Kategori
Asuransi Perencanaan Keuangan

6 Fakta tentang Asuransi Pendidikan Anak yang Akan Membuatmu Menimbang Ulang

Dana pendidikan anak adalah salah satu tujuan keuangan yang penting untuk disiapkan jauh-jauh hari. Pasalnya sudah pada mafhum pastinya, bahwa biaya sekolah itu naik antara 10 – 20% setiap tahun. Nah, asuransi pendidikan adalah salah satu produk yang sering ditawarkan oleh lembaga keuangan yang bisa menjadi sarana untuk membangun dana pendidikan anak ini.

Produk ini cukup laris. Banyak yang pakai. Tapi, pertanyaannya: seefektif apa produk ini kalau beneran dimanfaatkan sebagai “tabungan” pendidikan anak? Apakah beneran menguntungkan? Gimana sih cara kerjanya?

Nah, mari kita lihat dulu beberapa fakta berikut dari produk asuransi pendidikan yang banyak diminati oleh orang tua yang pengin menyekolahkan anak setinggi-tingginya ini. Fakta berikut tidak akan pernah diungkapkan oleh agen asuransi. Kamu harus berusaha paham sendiri.

Loh kok gitu? Iya, makanya memang kita mesti cerdas dan melek berbagai cara kerja produk keuangan. Karena orang-orang ini kadang juga nggak bisa mengukur kita paham sampai di mana, mereka sekadar menjual produk—meskipun ya mereka akan menjelaskan kalau kita bertanya. Sayangnya, kadang sebagai (calon) nasabah, kita enggak tahu sebelah mana yang pengin kita ketahui. Ya kan? Mbulet deh emang.

Yah, jadi panjang intronya. Yuk, kita lihat aja uraiannya.

[toc]

Fakta Asuransi Pendidikan di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui

Pendidikan bukan suatu risiko

Nah, mari kita kembali ke definisi lebih dulu, agar kemudian lebih paham mengenai cara kerjanya dengan benar.

Asuransi adalah produk yang dibuat untuk bisa menjadi backup saat kita mengalami suatu risiko kerugian secara finansial. Misalnya seperti sakit, maka ada asuransi kesehatan. Jika kita mengalami kecelakaan di kantor, maka ada asuransi kecelakaan kerja. Jika kita meninggal padahal kita adalah tulang punggung keluarga, maka ada asuransi jiwa yang akan memberikan santunan pada ahli waris, sehingga ahli waris nggak telantar sepeninggal si pencari nafkah utama. Ketiga hal yang menjadi penyebab kerugian finansial itu adalah hal-hal yang tak kita inginkan terjadi, tetapi tetap mungkin terjadi. Paham kan?

Lalu, bagaimana dengan asuransi pendidikan? Apakah biaya pendidikan merupakan risiko kerugian finansial? Bukan dong. Saat kita punya anak, maka timbul pula yang namanya tanggung jawab. Bukan risiko. Adalah kewajiban kita untuk memberikan pendidikan terbaik sesuai hak anak-anak. Bukan sesuatu yang “tak kita inginkan terjadi”.

Tapi kan, misalnya, kita nggak bisa memenuhi biaya itu artinya itu terjadi kerugian finansial? Ya, makanya menabung. Bukan asuransi. Kalaupun nanti dalam proses menabung itu kita meninggal, misalnya, maka ya produk yang tepat adalah asuransi jiwa. Kan biaya pendidikan bisa direncanakan. Bisa dihitung. Sedangkan asuransi meng-cover risiko yang tak terhindarkan. Biaya pendidikan yang nggak terpenuhi bukan risiko, pertanyaannya: lah, gimana rencana keuangannya?

Paham ya, bedanya?

2. Asuransi pendidikan adalah asuransi yang dikombinasikan dengan investasi

Biaya pendidikan di Indonesia memang tinggi. Inilah “risiko” yang harus dihadapi oleh orang tua. Namanya inflasi. Jadi, ini yang harus diatasi.

Menabung saja enggak cukup untuk membangun dana pendidikan anak. Apalagi kalau mau sampai perguruan tinggi. Karena itu, ada alokasi dana premi asuransi pendidikan yang dialokasikan ke instrumen investasi.

Artinya asuransi unit link dong, kalau asuransi dikombinasikan dengan investasi? Yap, betul sekali. Salah satu metodenya adalah metode yang sama dengan asuransi unit link. Kalaupun misalnya enggak pakai investasi, maka ya, sebenarnya asuransi jiwa yang di-repack. Memang nggak pernah ada yang namanya asuransi pendidikan soalnya, karena pendidikan bukanlah suatu risiko.

3. Tidak selalu bisa menguntungkan

Saat agen asuransi memberimu proposal, kadang mereka memang memberikan berbagai asumsi yang terdengar sangat optimis mengenai pertumbuhan nilai asuransinya. Sayangnya, asumsi optimis ini tak disertai dengan pemberian pemahaman bahwa ada risiko tinggi yang juga menyertainya.

Asuransi pendidikan memang berbeda dengan tabungan rencana pendidikan. Tabungan rencana pendidikan tidak ada pengalokasikan dana ke instrumen investasi. Namun, pertumbuhannya memang tak terlalu signifikan. Sedangkan, dana premi asuransi pendidikan sebagian diinvestasikan, sehingga menjanjikan imbal yang terlihat tinggi, tetapi risiko juga relatif lebih tinggi daripada tabungan rencana pendidikan. Tabungan rencana dapat jaminan dari pemerintah, karena merupakan produk perbankan. Asuransi pendidikan, tidak.

Ini sesuai dengan prinsip high return, high risik

Jadi, sebagai nasabah kamu harus paham, bahwa ada 2 kemungkinan bisa terjadi: untung atau rugi. Nah, ini tergantung banget dengan kondisi pasar, dan kepiawaian manajer investasi dari perusahaan asuransi yang bertugas mengalokasikan dana premi. Misalnya saja, kamu hendak mencairkan asuransi pendidikan saat ekonomi sedang resesi, so pasti, nilainya akan anjlok.

Inilah yang kemarin banyak terjadi dan jadi pemberitaan ketika orang-orang menuduh asuransi itu penipuan.

4. Potongan biaya cukup besar

Sebelum waktu yang ditentukan—biasanya sih 5 tahun—kamu bisa jadi akan mendapati nilai asuransi pendidikan yang kamu ikuti fluktuatif, naik turun, atau paling apes ya merosot. Ini biasanya timbul karena ada potongan biaya ini itu yang cukup besar, yang kadang kita nggak ngeh saat diberi proposal pengajuan asuransi di awal.

Salah siapa? Ya, agennya mungkin yang nggak menjelaskan. Salah kita juga, karena nggak paham cara kerjanya.

Jangan kaget kalau kamu menemukan hal ini pada asuransi pendidikan yang kamu miliki, terutama di tahun-tahun awal. Kalau masih sempat, ya tanyakanlah pada agen asuransi, terkait total potongan biaya termasuk komisinya. Karena itu, pilihlah tenor yang panjang dan mulailah sedini mungkin, agar manfaatnya bisa kamu dapatkan di saat yang tepat.

5. Pembayaran premi bisa lebih panjang dari yang dijanjikan

Iming-iming di awal biasanya sih nasabah dijanjikan kalau pembayaran preminya hanya sebentar. Kalau sudah melalui masa tertentu, nasabah bebas membayar premi tetapi asuransi akan berkembang karena nilai investasinya sudah dapat memberikan imbal untuk meneruskan premi.

Tapi, sayangnya, kondisinya nggak selalu ideal, Ferguso. Karena yang kondisi ideal happily ever after itu hanya ada di Disney movie. Ingat, bahwa premi dibayar oleh imbal investasi. Kalau investasinya anjlok, ya kamulah yang mesti bayar kekurangan preminya. So, bakalan lebih panjang karena kamu diminta untuk topup lagi. Kalau enggak, ya sama aja nggak bayar premi, manfaatnya akan hangus.

Yang kayak gini juga enggak akan dijelaskan oleh agen asuransi, karena (calon) nasabah bisa kabur kalau tahu premi bisa molor.

6. Jenis instrumen investasi

Kamu pasti sudah tahu, bahwa kesesuaian antara instrumen investasi dengan tujuan keuangan dan horizon waktu adalah faktor penentu tercapai enggaknya target nominal kita. Kalau misalnya, instrumennya risiko rendah—yang berarti imbal juga sepadan—bisa jadi akan kurang maksimal, terutama untuk tujuan jangka panjang. Sedangkan, kalau kita punya tujuan jangka pendek, dananya ditaruh di instrumen yang imbal hasilnya tinggi dan dengan risiko tinggi, ya bisa jadi, ntar pas dibutuhkan, nilai malah merosot jauh di bawah harapan.

Setiap perusahaan asuransi pasti akan menawarkan imbal hasil tinggi untuk produk asuransi pendidikannya. Nah, masalahnya, kadang (calon) nasabah nggak paham atau nggak ngeh atau “denial”, kalau imbal hasil tinggi akan selalu membawa serta risiko yang sama tingginya.

Mana kadang kita juga nggak tahu kan, dananya diinvestasikan ke instrumen apa. Coba deh, tanyakan hal ini ke agen asuransi. Seharusnya sih, mereka bisa jawab, instrumen jenis apa yang digunakan. Ditambah dengan kapasitas manajer investasi yang kadang kita juga nggak tahu karena prospektusnya juga nggak dikasih—nggak kayak di reksa dana yang dijembrengin—ditambah nggak tahu juga instrumennya apa. Lengkap sudah nggak pahamnya.

Nah, so, sebenarnya semua itu bisa dibaca di polis. Sayangnya memang, kadang banyak dari kita yang malas baca. Kalau malas baca, malas belajar, dan asal setuju terus tanda tangan, ya, inilah yang menjadi risiko  terbesar kamu dalam asuransi pendidikan, dan juga asuransi lainnya.

Terus, setelah membaca beberapa fakta di atas, sekarang gimana? Mau terus ambil asuransi pendidikan? Ya boleh saja. Kalau sudah sampai di sini, artinya kamu sudah tahu cara kerjanya kan?

Berikut adalah tip buat kamu yang mau ambil asuransi pendidikan, meski sebenarnya ini adalah produk asuransi lain yang di-repack.

Tip Memilih Asuransi Pendidikan yang Sesuai

1. Jangan malas baca polis

Penyakit ini! Jangan diterusin deh, kebiasaan buruk ini. Iya kok, butuh waktu banget buat baca polis yang biasanya tebal itu. Iya, memang kadang juga polis itu susah dipahami, orang bahasanya mbulet semua. Tapi, demi meminimalkan risiko di kemudian hari, yang bakalan membuat kamu lebih besar penyesalannya ketimbang rasa malasmu saat harus membacanya, mendingan baca deh.

Kita berhak mendapatkan gambaran dan  penjelasan detail mengenai produk yang kita beli, tak ketinggalan berbagai produk asuransi. Karena itu, luangkan waktu untuk membacanya.

2. Putuskan dengan kepala dingin

Jangan buru-buru. Biarkan saja agen asuransi menelepon atau kirim WA untuk menanyakan kelanjutan tawarannya. Toh memang itu tugas mereka. Jawab dengan sopan kalau misalnya memang belum sempat mempelajari proposal ataupun ilustrasinya.

Take your time, untuk mencermati, ke mana danamu nanti akan pergi dan dipakai untuk apa saja. Termasuk, bagaimana caranya untuk klaim. Tanyakan juga berapa lama proyeksi untuk topup preminya, juga mintalah penjelasan terkait penggunaan instrumen investasi.

3. Reputasi adalah kunci

Sudah terlalu banyak kasus pelaporan produk asuransi yang diduga menipu korban. Ada yang karena si nasabah yang enggak paham cara kerja sehingga menganggapnya sebagai penipuan, ada juga yang memang bener-bener penipuan. So, kamu harus benar-benar bisa menentukan, perusahaan asuransi seperti apa yang bisa melayani kebutuhanmu dengan baik.

Ada perusahaan asuransi yang kalau kita mengajukan permohonan melalui agen yang sudah kita kenal lama akan lebih mudah pengurusannya. Apalagi kalau anggota keluarga. Ada juga yang lebih suka menggunakan jasa agen yang profesional. Ya, mana saja sih enggak masalah. Yang penting, jangan beli kalau hanya karena kasihan tapi sebenarnya enggak butuh.

Pastikan agen dan perusahaan asuransinya legit. Untuk agen, konon, ada wacana untuk sertifikasi. So, yeah, ini akan membantu kita juga nantinya.

Demikian ulasan mengenai asuransi pendidikan yang wajib kamu ketahui. Pahami cara kerjanya, prinsipnya dengan baik, sehingga manfaatnya pun bisa kamu rasakan. Jika memang dalam perjalanann kamu merasa bahwa asuransi pendidikan tak dapat melayani kebutuhanmu, akan lebih baik kalau kamu investasi sendiri, maka itu juga akan baik sekali loh. Kamu nggak harus beli asuransi pendidikan hanya karena orang lain membelinya juga.

Jangan lupa untuk menyehatkan dulu kondisi keuangan kamu, sebelum membeli produk asuransi pendidikan. Sekali lagi, karena adanya elemen investasi, maka kamu harus memitigasi risikonya dengan baik.

Ebook Kemerdekaan Finansial Level #1: Arus Kas Positif & Budgeting, termasuk alat cek kesehatan keuangan & budgeting + contoh pengisian. Hanya Rp47.770, cara belinya tinggal klik saja button di bawah ini, dan ikuti petunjuk berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version