Kategori
Fragment

Bangga, Saya Bukan Penyumbang Macet

Headline Koran 4 Januari 2012

Gerakan 1,000 sandal jepit untuk polisi.

Headline koran yang gw lupa koran apa, sepertinya membahas keangkuhan polisi memperkarakan remaja 15 tahun yang mencuri sandal jepit milik polisi. Sempat gw baca sekilas bahkan 25 sandal dikirimkan dari Jerman! Tapi bukan itu yang menarik perhatian gw.

Sedikit dibawah headline tadi, ada tulisan dengan style headline 2 kalo di komputer. Sedikit lebih kecil. ‘2012, macet dari halaman rumah’. Menarik! Kayak iklan properti yang menawarkan berbagai macam fasilitas yang pake istilah mereka : ‘…di/dari halaman rumah’. Contoh : ‘kemudahan berolahraga dan berwisata di halaman rumah!’, ‘akses tol 5 menit dari halaman rumah’, ‘kawasan niaga terpadu tak jauh dari halaman rumah’ dan semacam itu.

Sekarang seolah diiklankan ‘macet dari halaman rumah anda! Nikmatilah mulai 2012 ini’. Bwuuaaah. Hal pertama yang terlintas di pikiran gw: Alhamdulillaaah. Gw ga lagi terlibat dan berkontribusi dalam kemacetan itu!.

Udah dari Desember kemaren gw naik kereta ke Jakarta dan pas di Jakarta gw naik angkot dan atau jalan. Gw turut membantu pemerintah sedikit mengurai simpul kemacetan : mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang lalu lalang di jalanan Jakarta. Apalagi gw make motor yang selalu dituding jadi penyebab macet sama para pemilik mobil pribadi.

Menurut salah satu temen gw, pengendara motor punya motto ‘where there’s a way, there’s a will’. Motto yang gw yakin banget salah karena dalam beberapa kasus gw pake juga. Tapi gw adalah pengendara motor yang patuh dan taat kok. Selalu kasih lampu sign kalo mau belok kanan kiri dan ga akan maksa masuk kalo emang ga muat dan bisa bikin lebih macet. Pake helm standar SNI dan kaca spion gw lengkap. Pernah sih sekali doang nabrak tapi murni kecelakaan yang bukan sepenuhnya salah gw. Bukan karena pelanggaran lalu lintas.

Dengan naik motor hanya ke stasiun dimana jalanan Serpong masih luas dan lega, gw ga merasa menyebabkan kemacetan di Jakarta. Apalagi dengan jalan kaki dari stasiun ke kantor dan sebaliknya.

Trus gimana dong dengan orang-orang lain yang masih harus berkontribusi menyumbang kemacetan itu? Mungkin mereka kudu baca sih tuh koran. Biar mereka bisa ngebayangin gimana rasanya macet dari halaman rumah. Tapi bagaimana lagi juga sih ya. Kalau mereka ga pake kendaraan pribadi lagi, masih mungkinkah mereka berangkat kerja dengan nyaman dan aman sementara tahu sendiri kualitas public transport kayak gitu. Ah lagi-lagi menumpahkan tanggung jawab ke pemerintah. Ga asyik ah, karena emang ga bakalan ada ngaruhnya.

Gak papa meskipun gw harus berdesak-desakan berdiri selama 40 menit di kereta yang mungkin kadang berhenti sampai sejam dengan AC mati. Gak papa gw musti bangun jam setengah lima pagi buat kejar kereta. Gak papa gw musti lari-lari kejar angkot dan atau jalan sambil dengerin musik kaya orang gila di earphone. Gak papa, yang penting gw ngurangin satu kendaraan penyebab macet dan juga asep penyebab polusi.

-kapan-kapan pengen nyoba ngemobil sih ke Jakarta, sekarang sih belom punya. :P-

Stasiun Sudirman Pagi Hari

Pedestrian Space Sudirman

2 tanggapan untuk “Bangga, Saya Bukan Penyumbang Macet”

Hehehe, iya Dan, semua kan ada tahapannya…kelak kalo Dani udah punya mobil sendiri, siapa tau udah ada jalan layang tingkat 3 yang bisa mengurai kemacetan Jakarta 😉

Saya salut dengan orang yang mau melakukan solusi kayak Dani, bukan hanya menyalahkan orang lain tanpa pernah berkaca pada diri pribadi.
Ayo Dani, kurangi kemacetan di Jakarta, dengan cara kita sendiri…

Hehehe.. Seperti kata Mba, kalau bukan dari kita, bagaimana perubahan bisa terjadi? 🙂 mencontoh postingan mengenai memungut sampahMemungut Sampah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version