Kategori
Perencanaan Keuangan

Cash Flow Statement Sehat dan Rasio Keuangan

Sudah cek cash flow keuangan menggunakan tools yang gw bagi kemaren? Coba cek rasionya deh di postingan ini, keuangannya sudah sehat apa belom? 😀 *ngajakin kepala berasep bareng-bareng nih gw. 😀

Gimana, sudah pada ngecek keuangannya pakai tools Financial Check-up yang gw upload? Udah ada yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp. 1 M? Satu ember? 😛 Trus udah tahu belom punya cash flow statement sehat atau masih perlu diperbaiki? *ampuuun Daaan!

Kalo belom ngeh apa yang gw obrolin silahkeun dibuka postingan Financial Check-up dan Semoga Jadi Tahun yang Cerah. Atau kalo mau langsung download toolsnya ada di sidebar kanan postingan ini ya linknya.

Jadi kemaren, kalo misalkan sudah diisi semuanya field-field yang bersesuaian, mestinya akan dapet diketahui kekayaan bersih yang dipunya. Kekayaan bersih ini nilai dari total semua aset dikurangi dengan total semua hutang. Selain itu kalo diperhatikan, di sheet kedua ada sheet Cash Flow yang mestinya juga diisi. Total kekayaan bersih yang gede belom tentu juga sudah bagus loh. Kudu dilihat lagi cash flow statementnya dan juga hasil rasio yang ada.

Cash Flow Statement Sehat yang Bagaimana?

Pertanyaan ini jawabannya sederhana banget. Cash flow statement yang sehat sih yang hasilnya positif.

Yes, as simple as that.

calculator

Di tools yang gw buat kemarin, ada bagian yang isinya cash flow statement. Pengisiannya sederhana banget, tinggal memasukkan aja pemasukan dan pengeluaran bulanan sesuai yang sudah berjalan selama ini. Kalo mau dibikin harian ya bisa aja, tinggal copy-paste sesuai jumlah hari tiap bulannya.

Ngisi ini jadi susah kalo misalkan gak terbiasa nyatetin pengeluaran hariannya apa aja.

Sering gak ngerasa kalo duit yang masuk ke rekening tiba-tiba aja udah habis? padahal belom dipake buat apa-apa dan masih banyak tagihan yang belom dibayar. Malahan mungkin ada yang baru nyadar beli dan bayar hal-hal gak penting setelah duitnya habis. Untuk menghindari ini kudu mulai bangun kebiasaan buat nyatetin apa aja pengeluaran harian dan ngelihat yang penting dan apa yang nggak. Kalo habitnya sudah kebangun, bakal keinget meskipun tanpa nyatet dan langsung jadi mental note waktu akan bayar sesuatu.

Gw pake aplikasi di android dan pernah gw buat postingannya di aplikasi smartphone terfavorit.

Kalo ternyat hasilnya masih negatif, cuma ada dua pilihan kok untuk membuat cash flow statement keluarga jadi positif: perbesar penghasilan dan atau kurangi pengeluaran.

Kategori pengeluaran di dalam sheet cash flow yang gw bikin ada 6: Kebutuhan Pokok, Tabungan dan Investasi, Asuransi, Biaya Pendidikan, Cicilan Hutang, Lain-lain.

Balik lagi, kalo misalkan hasilnya negatif, pilihannya cuma dua, menambah penghasilan biar lebih gede dari pengeluaran atau ngurangin pengeluaran. Tak iye?

Pengeluaran mana yang bisa langsung dipotong memang tergantung dari masing-masing keluarga dan kebutuhan. Tapi paling gak dari pengeluaran lain-lain mestinya yang paling gampang dipotong ya. Tapi kalo gak tahu apa aja pengeluarannya, ya gimana bisa motongnya kan-kan-kan? *trus gw disumpel struk belanjaan

Bisa jadi postingan tersendiri nih gimana motong budget yang gek perlu dan perlu. 😀

Rasio-Rasio Keuangan yang Perlu Diperhatikan

Untungnya ya, keuangan pribadi itu gak seribet keuangan korporasi. Jadinya ngebahas pun gak bikin kepala gw puyeng kecuali yang dibahas keuangan gw sendiri.  😛

Jadi kalo semuanya sudah diisi, bakalan dihasilkan rasio-rasio seperti di sheet ke tiga. Trus cara bacanya gimana?

Liquidity Ratio

Liqudity

Liquidity ratio ini hasil hitungan aset lancar di neraca dibagi total pengeluaran bulanan di cash flow. Bahasa sederhananya ya total duit yang bisa sewaktu-waktu dicairkan ato dipake kalo misalkan gak ada lagi pemasukan.

Seharusnya kan pengeluaran bulanan itu dibiayai sama pemasukan rutin bulanan ya. Rasio ini sampe ada karena buat ngukur kalo misalkan ada apa-apa sama penghasilan bulanannya, apakah harta yang sudah kita kumpulkan yang berbentuk uang tunai bisa dipake buat ngebiayain keperluan.

Kondisi yang kayak gimana sih kok penghasilan rutin bulanan bisa hilang? Kalo misalkan aja pencari nafkah utama harus kehilangan pekerjaannya karena dipecat dan harus cari kerja baru.

Besarnya berapa sih tergantung dari jenis rumah tangganya. Kalo misalkan single gw bisa bilang 3 bulan ato minimal sebulan gaji sekarang cukup dengan asumsi bisa dapet kerjaan baru dalam waktu sebulan ato maksimal 3 bulan. Nah kalo keluarga, Suze Orman di Amrik sono menyarankan (sebenernya buat single juga) minimal ada 8 kali total penghasilan bulanan.

Gw juga masih pe-er di departemen ini. Sambil jalan sambil bangun dana darurat inilah. 😛

Liquid Asset to Networth

Gak usah bingung sama namanya ya, emang sengaja dibikin pake Bahasa Inggris biar kesannya owowow dulu. 😛

Rasio ini ngitung aset lancar dibagi dengan kekayaan bersih. Jadi membandingkan berapa sih uang cash kita kalo dibandingkan sama total kekayaan bersih (setelah hutang). Idealnya sih di kisaran angka 15%. Kalo angkanya lebih dari 15% kemungkinan kebanyakan pegang duit cash. Sayang kan duit cashnya, yang ada habis dipake buat beli barang gak penting nantinya.

Jadi misalkan gini, setelah diinput semuanya dan dapet hasilnya kekayaan bersih nilainya Rp. 1 Milyar, jadi nilai duit cash ato yang setara cash maksimal ya Rp. 150 juta. Kalo lebih dari itu, bisa dipertimbangkan buat diinvestasikan ke instrumen yang lain.

Saving Ratio

Stock Indicators

Saving ratio ini seberapa besar tabungan/investasi yang kita lakukan setiap bulan dari total penghasilan yang ada. Meskipun namanya rasio tabungan/saving, jangan bilang kalo duit yang di rekening tabungan itu bisa dimasukin ke sini ya manteman. 😀

Yang diitung di sini adalah total uang yang kita investasikan dibagi total pemasukan. Dan itu standarnya 10%. The more the better.Jadi kalo misalkan gaji sebulannya Rp. 8 juta, investasinya idealnya Rp. 800 rebu.

Saran gw sih SELALU lakukan investasi di awal. Jangan nunggu nanti setelah semua bayar-bayaran selese. Makjang abis itu duit kalo nunggu selese duluan! Percaya deh. *pelakunya soalnya *bahahahahaha

Investasi di awal ini bisa dilakukan dengan secara manual transfer ke rekening-rekening investasi atau kalo nggak ya tinggal buka instruksi pendebetan otomatis ke rekening investasi kita setiap tanggal gajian. Setahu gw Bank Mandiri dan Bank Commonwealth sudah bisa melayani auto invest ke rekening Reksadana.

Debt/Asset

Seperti namanya, rasio ini adalah nilai hutang dibagi dengan total aset. Maksimal rasio ini adalah 50%.

Artinya apa? Misalkan total harta kita Rp. 1 Milyar, ya total hutang kita paling gede ya Rp. 500 juta. Kalo sampe lebih berarti harta kita ya sebagian besar masih hutang. Belom jadi hak milik kita.

Jadi inget sabda blogger: “Harta adalah titipan, tapi hutang tetep harus dibayar.” Jangan (pura-pura) lupa bayar hutangnya ya Buibu dan Pakbapak 😀

Panjang sebenernya ngomongin hutang ini sendiri. Ada hutang yang baik dan ada hutang yang jahat macem Bawang Putih dan Bawang Merah. Mana hutang yang boleh dan mana yang enggak. Gw sendiri juga belom seratus persen juga bebas dari hutang, makanya rajin posting biar bisa bantu bayar cicilan #eh?!!

Debt Service Ratio

hutang bank

Kalo rasio ini biasanya juga dihitung sama bank untuk kasih hutang ke kita. Jadi sederhananya rasio ini adalah total cicilan hutang yang harus kita bayar dibagi dengan total income/pemasukan kita. Jumlah maksimal total angsuran yang harus kita bayar standarnya 35%. Lebih kecil dari itu bagus, tapi kalo lebih gede udah warning.

Kayak bank misalkan mau kasih pinjeman KPR, akan dihitung Debt Service Ratio ini dulu. Misalkan total penghasilan suami dan istri Rp. 21 Juta, total angsuran semua hutangnya termasuk KPR yang sedang diajukan ya cuma Rp. 7.350.000,-. Misalkan waktu itu mereka udah ngangsur cicilan motor, kartu kredit dan cicilan KTA total sebulan Rp. 5 juta, berarti angsuran KPR yang bisa mereka bayar ya cuma Rp. 2.350.000,-

Kalo dihitung, misalkan mereka ambil KPR 15 tahun, total limit KPR yang bisa mereka dapatkan ya :
12 x 15 x Rp. 2.350.000 = Rp. 423 juta. Ilustrasi sederhananya gitu sebelum memperhitungkan bunga atau keuntungan bank (kalo syariah).

Emang bisa ketahuan apa aja cicilan hutangnya? Bisa ketahuan karena BI menyaratkan laporan ketat per ID nasabah. Apalagi kalo hutang di atas Rp. 50 juta harus ada NPWP kan. Ya kecuali hutang panci dan di warung langganan ya.  😛

Non Mortgage DSR

credit card loan

Kalo ini nih total hutang kartu kredit dan KTA. Total cicilan maksimal 15% mestinya dari total penghasilan. Kalo lebih dari itu mah sebaiknya dilunasin dulu dan dipotong itu kartu kreditnya biar gak nyicil 12 bulan bunga 0% lagi. Ihik! 😛

Gak usah panjang-panjang kan ya bagian ini? 😀

Net Investment / Net worth

Nah kalo ini sih udah jelas lah ya, total nilai investasi terhadap kekayaan bersih yang kita punya. Nilai idelanya rasioa ini adalah 50%. kalo masih di bawah itu berati kemungkinan harta kita masih banyak yang berhutang.

Yang kudu diinget di sini nilai investasi ini gak termasuk mobil, handphone dan barang elektronik yang nilainya habis dimakan waktu dan digunakan sehari-hari ya.

Solvency Ratio

Nilai solvency ratio ini gunanya buat mengetahui nilai aset kita setelah dikurangi sama hutang. Kalo misalkan sewaktu-waktu kita gak bisa bayar hutang, kira-kira berapa banyak sih harta yang bisa kita jual buat nutupin hutang.

Nilai standarnya sih sekitar 40% dan semakin besar semakin bagus dong ya.

========

Gimana, kepala berasep? Bihiihihik… Sama kok gw juga berasep bikin postingannya. Hayuk atuh cuss periksa cash flow statement masing-masing. Cek mana yang masih kurang dan mana yang perlu dioptimalkan. Gw available setiap saat setiap waktu kok. Colek aja gw di twitter @danirachmat ato email ke dani.rachmat@outlook.com.

47 tanggapan untuk “Cash Flow Statement Sehat dan Rasio Keuangan”

hehe…saya juga berasep…apalagi mikiran uang…tambah pusing dan kebul2 asepnya….mending nyuruput kopi ndak mikiran uang…biar slow 😀

salam hangat mas

Hi Dan

aku udh email lo minggu kmrn , walaupun belum dibales ..jawaban pertanyaanku udh terpampang nyata dipostinga ini 😀

namun, ada lagi nih yang mau ditanyaain
1. untuk Non Mortgage DSR apa rumusnya udh bener ya? kok cicilan mobil dll dimasukin juga?
2. untuk Net Investment to Net Worth apa rumah/harta yang sudah lunas dimasukin kesana?

Thank Dan

Walah. Kok tidak ada email masuk ya? Saya beneran belom nerima ini.. (>.<)
Kalau untuk non mortgage DSR saya masukkan sekalian cicilan mobil karena mobil konsumtif dan bukan mortgage memang 😀 Just to be safe sayahnya.

Kalo rumah yang ditinggalin dan harta yang dipergunakan tidak dimasukkan ke investment. Masuknya ke harta penggunaan pribadi. Jadi yang investment memang benar-benar harta investasi 😀

Makasih yaaa Bu sudah mau mantengin blognya 😀

Balas

Hihihi, cash flow-ku masih sederhana tipe-tipe transaksinya jadi relatif “mudah” dianalisa. Untung banget sejauh ini selalu positif, hehe. Masalah investasi itu yang masih PR banget nih (kalau tabungan gak dihitung. Dan memang sebaiknya gak dihitung sih. Suku bunganya turun lagi dong ini barusan, jadi 0.6% per tahun aja sekarang disini 🙁 ).

Dan, baca istilah2 diatas serasa De Javu ke mata kuliah Rekayasa Keuangan di TI haha. Aku dulu pas kerja pernah dibagian budgeting, salah satu yang dikerjain ya ngitung2 seperti ini. Lembur sampai pagi ngitungin duit perusahaan, sementara duit sendiri berceceran entah kemana haha. Eh ketemu suami yang rajiiinnn banget bikin Cashflow. Segala macam dimasukin sheet sama dia. Iya soalnya dia ngitung cashflow pribadi sama perusahaan (dia ada usaha sendiri). Aku yang ngelihatin cuma diem mbatin “rajin yo bojoku :D” Thanks sharingnya Dan.

Aku tuch tiap hari nyatat Dan. Tapi habis nyatet pengeluaran harian trus direkap ke bulan dan pas tahun kemaren ngitung-ngitung bingung sendiri. Antara takjub sama besarnya pengeluaran yang aku keluarkan untuk hal-hal yang remeh-remeh sampai akhirnya tutup excel dan tidur pulas. Dah dah goodbye langsung. Karena ngelihat semuanya jadi sakit kepala hiksss..

Mumpung masuk tahun baru dan diawal bulan perlu buka lagi itu file excel hiksss..Bebenah lagi pengeluaran kedepan.

Duuuuh aku buta banget soal beginian ini MasDan. Tapi harus ah mulai bikin cash flow biar tau dan bisa merencanakan masa depan yang lebih cerah gemilah *cielehhh hihi
Tak download ya mas filenya, suwuuuuun 😀

eet daaah, bukan berasep lagi ini mah..udah ngebul2 Daniiii…hhihihihi…

gue musti bikin cashflow yang lebih rapih lagi ini mah… 😀

Duh, aku takut ngomongin duit…..*liat dompet

mayan, masih ada 2 biru…dan selebihnya strook minimarket

Gara2 nyatetin pengeluan ini, aku jadi tahu ternyata aku boros di post yang bener2 nggak aku banget: kosmetik! LOL. Baru tahu pas akhir 2015 kmrn. Padahal aku jarang dandan. Langsung deh kekepin dompet buat pengeluaran ini. Nggak iseng2 beli2 yg ga dipake lagi. Haha. Itulah pentingnya nyatet2, jadi financial clicic ya Mas 😀

Hihihi. Karena rajin nyatet jadi ketahuan apa yang bikin kantong jebol ya Mbak Nia. Saya juga. Kalo saya mungkin di transport sama biaya makan di luar. Ini pe er banget dah.

Balas

Suka pusing tuh Dan kalo ngitung2 ginian…palagi audit keuangan diri sendiri,,,makjang makjleb depisitnyah !
Btw, postingan ini kan jadi ngampleng guweh banget ! bahahahaha #ikutan bahasanya Dani…;

Jadi enak nih kalo ada yg mo bahas topik ini, tinggal refer ke sini. Nice post masbro…

Untuk sekarang gua masih gak terlalu peduli dengan cashflow semacam ini bang. Pengeluaran dan pemasukan gua random. Gak terlalu dihitung-hitung. Kira-kira bahaya gak bang buat ke depannya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version