Kategori
Kamus Keuangan Perencanaan Keuangan

Gerbang Pembayaran Nasional, Apa yang Perlu Diketahui?

Gerbang pembayaran nasional sudah aktif, apa saja yang harus diketahui dan apakah kita harus ganti kartu berlogo GPN?

Sudah pada tahu kan kalau Gerbang Pembayaran Nasional sudah aktif? Atau malah baru denger tentang istilh yang lebih akrab disingkat jadi GPN ini?

Gue udah pernah denger tentang ini sejak di retail banking dulu (buat yang belom tahu, sekarang gue kerja di segmen corporate banking sejak 2009 sampe sekarang setelah sebelumnya cukup kenyang di retail banking). Jadi sebenernya udah lama gak bersentuhan sama pengetehuan di bidang mass banking ini dari sisi banknya. Jadi pengguna doang dari tahun 2009 itu. 😛

Ohiya, produknya retail ini juga disebut mass banking. Produk perbankan (yang memang) untuk rakyat kebanyakan. Kayak elu ama gue gitu dah. Hahahaha. 

Eh tiba-tiba akhir Juli 2018 kemaren rame tentang penggunaan GPN karena rupanya BI lagi ada program. Gue bilang tiba-tiba yakarena baru kemaren gue denger kalo GPN ini aktif dan kita sudah bisa tukar kartunya. 

Seperti biasa, biar gak ribet baca semua, ini gue kasih daftar isinya yes. 

Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) dan Pengaruhnya

Sebenernya Apa sih Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) Ini? Apa Pengaruhnya?

GPN Merupakan Program Pemerintah untuk Memperkuat Sistem Pembayaran dan Ekonomi Nasional

Halah, judulnya sok iyes. Bingung gimana mau bikin pake bahasa yang nyante soalnya. 

Tapi dari hasil baca-baca gini. GPN ini infonya adalah program pemerintah yang sudah digagas dari 20 tahun lalu. Mimpi pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia, pengen Indonesia punya sistem pembayaran terintegrasi sendiri. 

Maksudnya gimana sih Dan? Gini deh, coba ambil kartu ATM bank kalian.

  • Ada logo Visa atau Masternya gak?
  • Trus kalo belanja di dalam negeri biasanya kartu akan digesek harus di mesin EDC yang sama gak? 
  • Apa yang terjadi kalo kartu debitnya digesek di mesin yang berbeda?
  • Narik duit di ATM harus di mesin bank penerbit ato bisa di bank lain?

Terbukti dengan setiap bank cuma bisa melayani transaksi tanpa biaya di mesin ATM masing-masing.

Apakah Visa dan Mastercard gratis memfasilitasi transaksi kita di Indonesia? Cenchunya tidak kakaaaaak. There’s no such thing as a free lunch, dear! Berapa besaran biayanya? Ntar gue bahas singkat dah.

Baca juga Hal yang Harus Diperhatikan untuk Menjaga Keamanan Kartu Kredit!

Selain itu, dengan berbeda-bedanya jaringan bank, orang tentu akan lebih milih narik cash aja banyak-banyak daripada kena biaya kalo transaksi pake kartu. Karena kalo beda bank, pasti kena biaya. Yagak? Ya karena itu tadi, belum ada sistem terintegrasi.

Akibatnya negara harus siapkan duit buat biaya cetak uang terus menerus karena masyarakat belum siap jadi cashless society. Solusinya? Kalo ada sistem terintegrasi yang meminimalkan biaya, pasti akan menjadi insentif buat masyarakat. 

Dengan GPN, sistem pembayaran pun kemudian bisa diproses dan diolah di Indonesia. Sistem dan segala perangkat yang dulunya tidak dimiliki untuk memroses transaksi antar penerbit kartu yang berbeda pun akhirnya bisa diwujudkan dengan sistem GPN ini. 

kembali ke atas

Biaya yang Harus Dibayar ke Visa, Mastercard dan Principal Sejenis dan Berapa yang Dihemat

Balik lagi ke soal sistem pembayaran yang masih bergantung sama Visa dan Mastercard (dan mungkin perusahaan lain sejenis) tadi. Seberapa besar sih sebenernya biaya yang harus dibayar?

Sebagai contoh, penggunaan kartu debit berlogo Visa dan Mastercard untuk belanja deh.

Gini, pernah gak kalian lagi beli handphone, pas bayar pake kartu debit Visa ato Mastercard kalian, ditambahkan beban 3% dari nominal transaksi? Ya sebesar itulah biaya yang dibebankan oleh Visa dan Mastercard. Sekitar 2%-3.5%. Nilai uang itu nantinya sebagian akan dibayarkan ke Visa dan Mastercard sebagai biaya jasa pelaksanaan pembayaran dan sebagian lain ke bank penerbit kartunya.

Yayayaya, bank penerbit kartu dan si Visa dan Master pastilah kerjasama ada bagian banknya kan buat dapet. Dan biaya yang gue sebut tadi lazim disebut Merchant Discount Rate. MDR.

Kalo berdasar datanya LPEM FEB UI yang dikutip Kontan, nilai fee yang dipotong dari transaksi dalam setahunnya mencapai Rp. 1,75 trilyun! 

Dengan diaktifkannya GPN yang bisa menjadi satu platform pembayaran nasional, berdasarkan kajian yang sama, biaya yang dihemat bisa sampai Rp. 830 Milyar! Sebuah penghematan yang luar biasa bukan? Mempertimbangkan uang sebesar itu didapatkan dari nasabah receh macem gue (gak berani ngajak orang lain). 

kembali ke atas

Efeknya Gerbang Pembayaran Nasional untuk Kita Sebagai Nasabah Apa?

Banyak mamen! Mayan lah paling gak. Lah, giamana sih?! Hahahaha

Karena sistem yang sudah terintegrasi berada di Indonesia dan yang memroses semuanya entitas Indonesia, seperti dibilang tadi, biaya bisa dihemat. Ujungnya yang diuntungkan ya nasabah. Kita!

Perlu untuk Memahami Tabungan Lebih Baik

Selama ini kan charge 2% – 3.5% ini kan selalu dibebankan ke kita toh? Dengan GPN ini, biaya yang cuma 1%-an ini kita juga yang akan rasakan. 

Dan kita gak perlu pusing lagi mikirin bank apa yang kita pake dan mau transaksi di mesin bank yang apa. 

Kalo sebelumnya kita pake bank A kena biaya sekian kalo transaksi di ATM Bank B, ke depannya bakalan gada tuh biaya. Katanya. Soalnya akiks belom nyobain sendiri. 

Jadi ideal banget kan dengan kondisi kayak gitu. Kemana-mana gak perlu bawa duit karena dimanapun dengan kondisi yang ideal tidak perlu kuatir biaya narik tunai atau transaksi di manapun. Cukup bawa kartu ATM berlogo GPN. Yagak?

Cashless society yang diharapkan sama Bank Indonesia dan pemerintah pun bisa terwujud. 

kembali ke atas

Trus, Kekurangannya GPN Apa? Gak Mungkin Semua Kelebihan Tanpa Kekurangan, Kan?

Yak betul!

Kartunya gak bisa dipake di luar negeri karena gak ada lagi logo Visa, Mastercard atau jaringan pembayaran internasional lainnya. Cuma bisa dipakai di Indonesia.

Efeknya apalagi selain itu?

Yes bener lagi! Pinter amat sih kamyu! *trus digaplok.

Ya pastinya ga bisa dipake buat transaksi online yang masih menggunakan teknologi payment gatewaynya Visa, Mastercard endesbra endesbre. Kalo misalkan si transaksi onlinenya sudah disupport sama GPN sih mungkin bisa ya.

Cuma buat yang suka beli buku di Amazon, bayar domain dan hosting di perusahaan luar negeri atau suka belanja-belanja di Kickstarter dengan sangat menyesal kartu GPNnya belom bisa dipake ya. Yakarena memang pemborosan transaksi yang bisa dilakukan (paling gak sampe saat ini ya baru transaksi lokal).

Baca juga Tips Membaca Buku untuk Orang Sibuk.

Ato kalo kek gue yang sering lanjalan ke luar negeri nih (halah mbelgedhes), kartu GPN gabisa dipake di luar Indonesia.

Kalo dibawa doang sih bisa. Tapi ga bisa transaksi pake kartu itu. Lhalhalhalha, terus piye?

kembali ke atas

Njuk Piye? Haruskah Ganti Kartu GPN?

Ini hasil teleponan gue kemaren sama mas-mas call centernya bank yang angkanya cantik banget, 14000.

Bayangkan percakapan sudah lima menit dan gue sudah mengajukan pertanyaan yang sama dua kali. Trus gue kan julid ya.

“Saat ini penggantian kartu GPN harus datang ke kantor cabang dan sifatnya harus diorder. Jadi…” <~ gue yakin banget dia baca naskah yang harus dibaca sesuai ketentuan call centernya.

“Masnya, saya sudah tahu, Mas sudah sebutkan itu dua kali lho. Saya tahu harus ke cabang. Ada kewajiban gak buat ganti kartu debit Visa saya yang sekarang belum habis masa berlakunya dengan kartu GPN? HARUS APA GAK?” <~ yang caps lock gue gak bentak ya. Cuman gue tekenin doang. *senyum manis

“Err… Tidak ada kewajiban Pak. Kalau harus ganti atau tidaknya. Saat ini penggantiian kartu GPN harus datang ke kantor cabang dan sifatnya harus diorde…” <~ perhatikan kalimat yang diulang.

“Ada batasan waktu maksimal sampai kapan gak Mas gak wajibnya? Apakah sampai dengan tahun berapa atau bagaimana?”

“Baik Pak, sampai saat ini belum ada. Dan harus saya ingatkan bahwasannya saat ini penggantian kartu GPN harus datang ke kantor cabang dan..”

“Oke Mas. Terima kasih bantuannya”
Monmaap mas call centernya. Saya potongin mulu. Saya yakin njenengan orang yang sabar.

Nah penjelasan yang lebih jauh setelah googling gue dapet dari Jenius. Bukan promosi loh ini:

Jadi berdasarkan penjelasan di atas, gosah serta merta kalian ganti semua kartu debit jadi GPN. Kalo misalkan nih punya lebih dari satu rekening bank, pilih aja yang paling banyak dipake transaksi di dalam negeri buat ditukar jadi kartu GPN. Apalagi kalo biayanya suka mahal tuh bank.

Kalo kalian klik linknya Jenius di atas, bakalan dapet penjelasan juga bahwasannya kartu berlogo GPN-nya Jenius bisa merupakan salah satu X-Card yang fungsional. Sebuah solusi yang menurut gue oke karena gak harus nutup kartu utama berlogo Visa atau Mastercard kayak bank lain. Dan ini bukan iklan ya.

Baca juga postingan kerja sama dengan Jenius: Menjadi Banker untuk Diri Sendiri? Jenius! 

Ada lagi dengan tambahan penjelasan dari Mandiri nih:

Yagak? Biar biaya yang kudu kita tanggung jadi murce bos.

kembali ke atas

Kesimpulan: Gerbang Pembayaran Nasional, Yay or Nay?

Wagelaseh kalo sampe ada yang bilang nay. Ya pasti Yay lah!

Akhirnya ada harga yang masuk akal buat transaksi (perbankan) di Indonesia. Gue sendiri ngerasa biaya yang dicharge ke kita sebagai nasabah masih kemahalan. Mulai dari saldo minimum rekening, biaya admin bulanan rekening, biaya ATM, ditambah biaya transfer dan biaya transaksi di ATM bank lain.

Mau buka rekening? Baca dulu tulisan tentang Pertimbangan Wajib Buka Rekening Bank ini. 

Dengan diterapkannya GPN ini kita sebagai nasabah diuntungkan. Meskipun dari sisi bank sebagai penyelenggara transaksi akan kehilangan potensi fee based income dari biaya transaksi yang dipotong sebelumnya. But what do we care as customers right? Paling cuma orang banknya yang bonusnya dikit ntar #eaaaa

Selain itu, GPN juga bakalan ngebantu perekonomian Indonesia loh. Gimana? Dengan menghemat devisa. Kok bisa?

Ya bisa lah. Inget gak tadi ada data yang gue kutip? Dengan menghemat sebesar Rp. 800 milyar, dana itu bisa masuk ke dalam cadangan devisa negara. Kok devisa, katanya Rp. 800milyar-an? Rupiah loh. 

Lah kan bayarnya ke Visa, Mastercard dan sejenisnya mamen. Itu di luar negeri dan pasti bayarnya gak dalam Rupiah kan? Setara Rp. 800 milyaran maksudnya. 

Jadi terlepas kekurangan yang mungkin masih ada dalam hal keamanan dan kerahasiaan data (yang semoga udah gak ada lagi), semangat GPN ini bagus untuk kita sebagai nasabah individu dan untuk negara. Jadi kalau ada yang belom ganti kartu GPN, bisa dicoba buat ganti dan buat yang sudah pake GPN, boleh dong dishare di kolom komen? Please? 😀

kembali ke atas

8 tanggapan untuk “Gerbang Pembayaran Nasional, Apa yang Perlu Diketahui?”

Udah pasti yeslah buat GPN bang, secara kan nanti bisa lebih adem saldo di rekeningnya. Hehe. Saya udah cukup lama dengar soal GPN sih, cuman kalau mau ganti kartu atm masih belum deh. Soalnya saya masih sering belanja pakek cash. Tapi nanti kedepannya bakal pake juga kok’. Good Article, anyway

Mas, apakah smua mesin EDC Merchant sdh support GPN ? klo blum gue msh pake Master Card dlu.. heheh

Saya udah ganti, tapi baru 1 bank dan milih rekening yang jarang dipakai untuk transaksi sebenernya karena dibilang EDCnya belum banyak yg ngedukung.

Mumpung ke bank, sekalian ya bantu ngedukung program pemerintah biar ala-ala warga negara baik budiman :D.

Sekali waktu pernah nyoba untuk top up e-money dari bank itu, mumpung lagi ada standnya gitu. Dipakailah kartu berlogo GPN dan ternyata EDC nya belum bisa, hehehe.

Karena memang masih baru banget dilaunching sih ya Mbak. Makanya banyak EDC yang belum support, karena buat bank ganti EDC juga bisa dimasukkan ke investasi sih.
Makasih sharingnya Mbak 🙂

Balas

Apa ga bisa ada Visa/Mastercard dan GPN dalam satu kartu ya?

Kalau dilihat biaya memang menarik GPN tapi saya juga menggunakan VCN untuk pembayaran seperti Instagram ads.

Sampai saat ini sepertinya belum ada Mas. Dan tujuan awalnya penggunaan GPN kan memang untuk menggantikan Visa/Mastercard dalam sistem pembayaran nasional agar lebih efisien dan menguntungkan baik dari sisi pengguna maupun sistem keuangan kita 😀

Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version