Kategori
Fragment

Hush! Jangan (ga) Ngomongin Warisan!

Well… Today’s session of CFP Training should be taken into deep thinking.

Sesi pagi hari yang awalnya terasa memberikan semangat setelah sehari sebelumnya baru tidur jam 2 pagi, Debt Management, karena berasa menyentuh salah satu inti perencanaan keuangan pribadi ternyata tidak seberat yang gw kira. Setelah beberapa tahun bersentuhan dengan yang namanya kredit korporasi, Debt Management for pesonal finance felt so light. Yeaah, conceptually. 35% Debt to Income ratio and what’s behind flat and effective interest rate are not the things that will make my eyebrows frowned.

What I found interesting are the next two sessions. Diskusi mengenai Estate Planning dan Insurance Planning.

Estate Planning yang awalnya gw perkirakan akan ngebahas soal gimana ngerencanain beli rumah ternyata bicara tentang ngerencanain warisan. Dasar gw yang dodol! :P. Dan ternyata ini adalah salah satu isu penting juga di Personal Financial Planning! Well at the very least in Indonesia. Seperti mungkin kita pernah temui dengan mata kepala kita sendiri, banyak orang yang jadi musuh bebuyutan dengan saudara sendiri hanya karena beberapa ratus juta yang mungkin akan habis hanya dalam masa hidup mereka. (Stop, gw mulai ngelantur).

Hukum waris ini mungkin ga terlalu berlaku di negara lain. Cerita yg gw baca dari berita, tulisan temen n personal finance blogs yg gw ikutin rata-rata klo di masa pensiun orang akan menikmati dan mungkin menghabiskan hasil investasi mereka untuk hal-hal yang membuat mereka bahagia. Buat anak cucu? Mereka bisa cari sendiri katanya. Tapi di negara gw tercinta ini, waris masih jadi sesuatu yang sesuatu banget. -meminjam istilahnya Syahrini (halah!). Demi keberlangsungan kekayaan, demi kesejahteraan anak cucu dan sebagainya dan sebagainya membuat hukum waris menjadi krusial.

Waris mungkin sangat tricky dinegara ini. Karena dengan beragamnya suku dan adat istiadatnya dan juga hukum agama menjadikan banyak singgungan isu sensitif. Dengan kondisi ini, apabila kita memang ingin mengikuti budaya yang berlaku dan memberikan warisan material kepada anak cucu, berarti kita harus merencanakannya dari awal. Gw sendiri pribadi sih pengen punya sesuatu buat diwariskan ke anak cucu gw selain ilmu dan amal kebajikan (halah! apasiiiihh!!)

Mungkin isu ini terdengar tabu dan gak patut buat diomongin, tapi justru kalo ga diomongin dari awal bakalan bikin rame. Hal ini gw pikir emang bener juga sih. Bener karena ternyata setelah gw tau, yang harus diwariskan ga cuma harta. Tapi juga utang. Yup, utang diwariskan. Bukan gw ga tau kalo utang bisa dan harus diwariskan karena dalam islam memang utang orang tua yang meninggal harus dilunasi ahli warisnya, tapi ternyata itu diatur undang-undang loh! Ketinggalan banget deh gw. Hal ini terutama buat muslim yang secara hukum ga bisa menolak warisan. Jadi semuanya harus ditelan bulet-bulet. Baik itu harta ataupun utang. Kalau memang harta yang diwariskan lebih banyak maka akan kita nikmati net positive inheritance, kalau kejadian yang sebaliknya? Nah kan?

Ketentuan untuk keluarga non muslim diatur dalam aturan berbeda di hukum perdata yang memungkinkan ahli waris menolak haknya. Hanya saja penolakan ini harus dilakukan secara menyeluruh dan tidak boleh memilih-milih. Jadi kalau menerima ya terima semuanya dan kalau menolak ya tolak semua. Jadi menurut gw sih sama aja efeknya bwt ahli waris.

Trus ditengah-tengah pembahasan, temen gw cerita kalo dalem budaya Chinese, ternyata anak cewek sama sekali ga dibagi warisan. Semua bakal diberikan ke anak cowok. Nah kalo kayak temen gw yang lain yang semua anak ortunya cewek? Gw ga ngerti! 🙁 Untuk menghindari hal-hal yang gak diinginkan kita harus ngerencanain ini dari awal. Gitu!

Nah, surat warisan atau “Will” bisa dijadikan panduan buat yang ditinggalkan. Biar bisa tahu apa nantinya yang harus dilakukan untuk harta peninggalan kita itu. Tapi yang patut dicatat disini ternyata kata pengajarnya surat wasiat baru bener-bener valid selama tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Nah Lho?!!
Jadi kayaknya kalo di Indonesia nih, cerita macam Maria Mercedes yang jadi kaya berkat warisan orang yang ga jelas siapanya dia ga bakal kejadian deh. Meskipun sudah ada surat wasiat kalau ternyata isinya violate hak salah satu ahli waris, maka harus ditentukan berdasar undang-undang yg berlaku. Gitu sih katanya, cuman gw sendiri belum ngerti aplikasinya bagaimana.

Well, mungkin karena gw baru belajar awalnya, permukaannya aja, itulah kenapa gw bingung. :D. *optimis*

Yang lebih penting gw ga jadi ngantuk n nambah ilmu baru. Belom lagi soal asuransi tadi. Panjang juga sih tadi yang dipelajari.

*taroh ‎​ mulai nulis surat wasiat*

5 tanggapan untuk “Hush! Jangan (ga) Ngomongin Warisan!”

Hai Dani, maaf ya baru berkunjung kesini!
Ternyata ada soal warisan yang ditulis di posting ini…
Iya, banyak orang berselisih paham gara-gara warisan ini. Makin banyak harta yang diwariskan, makin heboh perselisihannya…padahal mungkin, warisan itu bahkan bisa hilang dalam sekejap kalau memang bukan rezeki kita. Jalannya bermacam-macam, biasanya lewat musibah yang tidak pernah kita duga sebelumnya atau tidak masuk dalam prediksi kita…

Tapiiii, selain ilmu, kita pasti pengen mewariskan harta buat anak-anak kita. Saya juga sama. Yang jelas, jangan berlebihan sehingga merugikan banyak orang, sewajarnya saja, secukupnya saja 🙂

Salam kenal Dani, trima kasih buat kunjungannya ke blog saya, seneng!

Halo Mba. Waduh, jadi malu dikunjungi sama Mba Bintang Timur.

Salam kenal Mba. 🙂 Your Blog is awesome!

Soal warisan memang harus direncanakan dan dibicarakan untuk menghindari perselisihan di antara orang yang kita sayangi. hehehe. Saya baru belajar soal ini. Jadi, kalau nanti ada pengetahuan baru, InsyaAllah akan di share lagi.. 🙂

Terima kasih Mba.. 😀

Wah, ketemu blog bagus 🙂 tulisan tentang warisannya enlightening banget Mas 😀 keep up the good writing!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version