Kategori
Buku

[Kamis Buku] Daily Rituals: How Artists Work

Pernah penasaran dengan cara kerjanya para seniman? Ternyata gak jauh beda dengan orang kantoran. Mereka kerja sesuai jadwal yang teratur setiap hari. Mau itu nulis, melukis atau menggubah lagu. Penasaran? Ini buku yang gw review di Kamis Buku minggu ini.

Judul Buku: Daily Rituals: How Artists Work
Bahasa: Inggris
Penulis: Mason Currey
Format: epub
Sebelum mulai reviewnya,  gw copy sekilas isi bukunya yang dipajang di Goodreads ya:

Here are: Anthony Trollope, who demanded of himself that each morning he write three thousand words (250 words every fifteen minutes for three hours) before going off to his job at the postal service, which he kept for thirty-three years during the writing of more than two dozen books . . . Karl Marx . . . Woody Allen . . . Agatha Christie . . . George Balanchine, who did most of his work while ironing . . . Leo Tolstoy . . . Charles Dickens . . . Pablo Picasso . . . George Gershwin, who, said his brother Ira, worked for twelve hours a day from late morning to midnight, composing at the piano in pajamas, bathrobe, and slippers . . .

Awalnya niat baca buku ini karena gak mau kalan sama temen gw yang update status Facebook buku pesenannya sudah sampe,  dipotret dan dipajang.  Jiwa kompetitif masuk merasuk. *halah. Gw sih gak usah pesen buku fisiknya.  Ebook pun cukup.
Mulailah gw baca buku ini.
Halaman-halaman pertama masih semangat.  Penasaran bagaimana seniman-seniman terkenal dan maestro-maestro yang bahkan namanya banyak yang gw gak tahu itu kerja.  Sebut aja Karl Marx,  Charles Dickens,  Leo Tolstoy,  Agatha Christie, siapa yang gak penasaran bagaimana mereka bisa menghasilkan karya-karya fenomenalnya.
Tetapi memginjak separuh lebih buku ini,  meskipun ditulis dengan cukup segar,  ternyata masing-masing cerita dari tiap seniman itu punya benang merah.  Bosen sih nggak ya,  cuma di setiap cerita pasti ada pola,  rutinitas,  ritual yang dilakukan oleh tiap seniman ini.  Gimana bisa dibilang bosen lha kalok bacanya sampe habis.
Setelah baca buku ini,  rasa-rasanya perspektif gw akan seniman itu dijungkirbalikkan.
Dulu gw selalu menganggap kalo seniman itu tipe pekerja yang tidak bisa diatur ritme kerjanya.  Mereka lepas dari segala aturan yang membelenggu manusia kebanyakan.  Tapi setelah baca buku ini,  ternyata anggapan gw keliru.  Sama sekali keliru, paling nggak buat orang-orang yang ceritanya ditulis di buku ini.
Ternyata masing-masing dari mereka memiliki pola dan rutinitas tersendiri.
Memang pola dan rutinitasnya nggak seperti gw dan manusia kebanyakan yang masih kerja kantoran,  di mana kegiatan sehari-hari dimulai dengan bangun di pagi hari sekitar jam 5 ato 6,  berangkat dan ngantor jam 8 sampe jam 5, pulang dan istirahat.  Di beberapa chapter gw nganga takjub dengan ajaibnya seorang seniman mulai harinya. Bisa aja loh bangun jam 10 pagi,  makan sayur sedikit,  minum red wine dan kerja sampe malem menjelang pagi.  Ato bisa juga pesta sana sini tapi tiap jam tertentu pasti sudah sampe ruang kerjanya buat nulis ato menggubah masterpiece nya.
Terus terang gw lupa siapa punya habit apa,  tapi mereka semua meluangkan waktu beberapa jam sehari untuk mengerjakan apa yang jadi keahlian mereka.  Maafkan,  jadi baca sendiri aja kalo pengen tahu kebiasannya Karl Marx seperti apa ya.
Kalo dipikir lagi,  waktu yang mereka luangkan itu bukan lagi namanya menyempatkan,  tapi sudah jadi jawal rutin mereka setiap hari.  Sama kayak orang kerja aja.  Gak ada itu namanya alesan lagi males,  writer’s block buat penulis atau gak ada inspirasi buat pelukis.  Mereka bekerja di jam dan waktu yang sama setiap hari.  Menghasilkan dua atau tiga halaman tulisan,  sebaris warna atau dua-tiga baris lagu.
Melihat ke pengalaman diri sendiri jadinya malah bisa dimasukkan akal loh logika ini.  Dengan bekerja rutin setiap hari,  jadinya inspirasi akan semakin banyak masuk.  Misalkan saja ngeblog,  kalo rutin nulis postingan tiap hari,  bakalan dapet ide postingan semakin banyak.  Beneran.  Jadi kebayang kalo nyempetin waktu barang 20 menit gak keganggu apapu  dan cuma fokus nulis,  bisa jadi satu buku kali ya sebulan.
Menurut gw,  buku ini cocok banget buat dibaca sama kita-kita yang kadang kesulitan mencari ide padahal  pengen jadi penulis,  pengen menghasilkan gubahan lagu fenomenal tapi gak ada inspirasi.  Buat siapa aja deh,  bahkan buat orang kantoran yang kurang produktif.  Coba deh baca buku ini.
Nah sekarang gw jadi penasaran,  kalo kalian ada rutinitas gak yang dilakukan dalam ngeblog untuk menghasilkan inspirasi?
Postingan Kamis Buku yang lain:
[display-posts category=”books-2″]

31 tanggapan untuk “[Kamis Buku] Daily Rituals: How Artists Work”

kalo buat ngeblog sejujurnya ga ada sih Dan ups hihihihi, kadang malah karena ada ‘kewajiban’ aja jd posting :P. Tapi buat nulis rutinitasnya udah ada, meskipun kyknya belom sesaklek blio2 para master itu yaa, kadang ada aja malesnya, biasanya gw ganti pake baca buku-nonton-film atau tidur hahahahaha

Leo Tolstoy ===> kpleset bacanya jadi Leo Sotoy 😀
kalau bicara anggapan atau penilaian…. bisa jadi dipengaruhi oleh opini yang kita terima dan data statistik yang tersaji.
mungkin kita lebih sering melihat seniman itu gayanya amburadul…. itu statistik jadinya. padahal ya nggak begitu semuanya
halah ngomong apa saya yah

Leo Tolstoy ===> kpleset bacanya jadi Leo Sotoy 😀
kalau bicara anggapan atau penilaian…. bisa jadi dipengaruhi oleh opini yang kita terima dan data statistik yang tersaji.
mungkin kita lebih sering melihat seniman itu gayanya amburadul…. itu statistik jadinya. padahal ya nggak begitu semuanya
halah ngomong apa saya yah
kalau inspirasinya ya sedapatnya. kalau nggak ada, biasanya saya nyari tantangan menulis. kalau nggak dapat juga ya… sudahlah

Setuju, Mas Dani. Dulu sih kayaknya keren aja kalau pernah terserang writer’s block, padahal itu cuma karena kurang kemauan aja. Haruki Murakami juga punya rutinitas menulis. Mungkin seniman itu kelihatannya aja yg santai, padahal pekerjaan mereka lebih menguras otak karena melibatkan daya cipta dalam pekerjaannya.
Da aku mah apa atuh, belum biasa dengan rutinitas menulis. Tapi dengan bergabung dalam kursus atau tanangan tertentu, bisa membentuk kebiasaan untuk menulis.

Aku suka buku iniiiii! Dulu, dulu banget… waktu hewan-hewan masih bisa bicara (halah), saya itu night owl alias mesti malam-malam dan sepi sepi baru bisa terinspirasi. Tapi sejak kerja jadi tahu kalo habit ini ga cocok sama deadline kerjaan hahaha akhirnya berubah deh jd morning person. Dan memang lebih seger juga sih kerja pagi-pagi, siang bisa istirahat bentar, malam leyeh-leyeh sambil cari reference atau review dan planning. Yang aku pelajari (tsah kesannya expert), apapun ritual habitnya, yang penting waktu istirahat dan senang-senang itu harus cukup dan harus berani bilang “nggak” / “cukup” supaya ga overwhelmed.

Setelah dibaca ulang, komen ini kok ga nyambung sama isi konten yang ditanyakan soal blog habit ya? Hahaha maaf ^^;

Penyakit malas memang susah ngilangin ya. Punya kebiasaan yang sudah mendarah daging dan dilakukan bertahun-tahun, panteslah mereka punya karya yang hebat. Gw pengen hebat tapi habit belum mendukung, 🙁

ada, biasanya baca timeline FB atau Twitter mas…hahahaha…kalo baca buku sih jarang 🙂 sebenarnya sih mau baca buku itu aslakan dikasih hahaha..kalo beli masih mikir..soalnya buku2ku semuanya gratisan hehehe…..

Dan baru tahu kalo Leo Tolstoy itu vegetarian dan punya 13 anak!!!! woww…… #EhAdaHubungannyaNggaSih 🙂

itu bener banget om
waktu bisa posting tiap hari, sering kebablasan bikin dua jurnal sebelum berganti hari
sekarang jarang nulis, ide malah mampet
kalo dilarikan ke analogi lain
berarti harus banyak buang duit biar cepet banyak duit
*mikir…

Setuju, ide dan plot bunnies itu sejatinya bisa datang buanyak banget, karena setiap benda yang kita lihat bisa jadi cerita, bisa jadi ide baru. Kalau menurut saya, tinggal konsistensinya saja, apakah napas si penulis cukup panjang untuk tetap bisa membuat nyala api kreativitas dalam ide itu tetap menyala. Soalnya dari apa yang saya alami (dan amati), buntu ide itu penyebab utamanya kebanyakan kebosanan :hehe.

Apa ya.. Kebanyakan ide muncul secara spontan sih, Bang. Ya uda langsung tulis aja. Wkwkwk.. 😛
Ohya, si Elia Bintang aka Controversy Rocks selalu bahas tentang seniman, penulis, dll dengan gaya yang penuh kritik.. Kadang aku ngga ngerti sih, tapi tetep komen. Mueheheh.. Kayaknya dia emang seneng banget tentang hal-hal kayak itu. 😀

Ini ngingetin sama seri biografi orang2 terkenal yg duluuu sering aku beli deh, yg berbentuk semi-komik gitu

Keren banget ni buku. Temanya unik. Di Indonesia kayaknya belum ada yg buku yg mengangkat tema ini….
Jadi kesimpulannya masterpiece mereka dihasilkan lewat kerja keras ya, bukan sekadar inspirasi semata yg datangnya tiba-tiba tanpa usaha….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version