Kategori
Crypto Investasi

NFT Indonesia: Awal Perkembangan dan Kreator Indonesia yang Sukses Menjual Karya

Popularitas NFT Indonesia meroket, terutama setelah Ghozali berhasil meraup (potensi) keuntungan sampai miliaran rupiah. Banyak yang takjub, “Foto selfie doang, dengan muka datar, kok bisa kejual sampai miliaran ya?”

Apakah kamu juga salah satu yang shock dengan fenomena si Ghozali Everyday ini? Lalu pengin ikut kebagian cuan?

[toc]

Apa Itu NFT?

NFT, atau Non Fungible Token, adalah semacam sertifikat digital yang disimpan dalam teknologi blockchain, yang diberikan untuk menjamin keaslian karya, apa pun bentuk asetnya, meski copy dari karya tersebut sudah beredar ke mana-mana.

Jadi, fungsinya sama seperti kamu beli logam mulia, lalu ada sertifikatnya. Kamu beli jam tangan antik, dan ada sertifikatnya. Hanya saja, alih-alih fisik, baik karya maupun sertifikatnya berbentuk digital di sini.

Perkembangan NFT

NFT menuai popularitas secara drastis di akhir Januari 2021, meskipun sebenarnya sudah mulai dikenal di tahun 2017 dengan diluncurkannya CryptoKitties.

CryptoKitties adalah sebuah game play-to-earn berbasis blockchain Ethereum. Dalam game ini, kamu bisa memelihara, mengembangbiakkan, memperdagangkan, dan berbagai aktivitas lainnya dengan objek kucing digital dalam sebuah metaverse.

Mari kita lihat grafik berikut ini.

Sumber: The Block

Dalam grafik tersebut, kamu bisa lihat bagaimana volume jual beli NFT melesat di tahun 2021. Pemicunya bukan Ghozali, tetapi peluncuran NBA Top Shot oleh Dapper Labs, yang juga membidani lahirnya CryptoKitties. NBA Top Shot fokus pada penjualan NFT berupa pernak-pernik NBA, seperti cuplikan-cuplikan video dan foto-foto. Ternyata inilah garis start NFT mulai dianggap bisa diandalkan sebagai medium penjualan karya digital, yang bisa menekan pembajakan. Bagi para kolektor dan penggemar, NFT juga menjadi semacam cara baru bentuk support terhadap idola mereka, siapa pun idola tersebut, tanpa perantara.

Hingga saat ini, entah sudah berapa ratus ribu karya digital sudah diperjualbelikan di marketplace NFT, meskipun masih terbatas pada karya seni, hobi, dan hiburan. Ke depannya, banyak pengamat dunia kripto percaya akan potensi perkembangan NFT art yang lebih jauh ke berbagai sektor.

Perkembangan NFT Indonesia

NFT Indonesia sendiri sebenarnya juga sudah mulai populer sebelum terjadi Ghozali Effect. Adalah Luna Maya, yang tercatat sebagai artis pertama yang menjual foto-foto dirinya sebagai NFT, digandeng oleh seniman Jepang, Tokau. Kemudian menyusul Syahrini, dengan avatar berhijab pertama di dunianya.

Ketika artis dapat menjual karya yang dihasilkannya di pasar NFT, publik masih cukup adem ayem. Bisa jadi, mereka merasa cukup untuk menjadi penikmat, karena sadar, para artis punya modal dan talenta yang memang bisa dikonversikan menjadi pundi-pundi uang.

Namun, ketika sosok Ghozali—yang notabene adalah “orang biasa”, seorang mahasiswa asal Semarang—sukses menjual foto-foto selfie muka datarnya di OpenSea, masyarakat pun tergugah. Mereka sadar, bahwa sebenarnya NFT tak terbatas hanya untuk orang-orang bertalenta seperti halnya para artis, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh rakyat jelata. Alhasil, segala macam foto pun diunggah ke NFT marketplace, dari mulai foto gorengan, bakso, bahkan sampai ada yang menjual foto KTP!

Atuhlah, memang, warga distrik +62 ini warbiyasak. Antara kreatif, latah, dan not-so-well-educated ini memang kadang nggak jelas batasnya. LOL.

Padahal jelas-jelas tindakan menyebarkan foto KTP dan identitas lain yang merupakan milik orang lain ini adalah tindakan kriminal.

Kalau sudah begini, wajar kan ya, kalau kita lantas bertanya-tanya, bagaimana peluang tren NFT Indonesia ke depannya? Benar-benar siap enggak sih kita menyambut era metaverse? Apalagi mengingat, juga sudah banyak orang yang mencoba membuat metaverse sekarang, tapi hasilnya abal-abal?

Toh, sekarang juga mulai muncul berbagai marketplace NFT lokal. Jumlahnya bisa akan bertambah banyak ke depannya, seperti halnya marketplace ijo, oren, merah, dan yang lainnya. Menjamur. Ekosistem memang belum memadai, but it’s getting there.

Yeah, so, mari kita lihat saja.

Kreator NFT Indonesia yang Sukses Meraup Keuntungan

1. Ghozali

Nggak bisa debat sih, yang paling fenomenal memang Ghozali; sosok yang “mendobrak” pemahaman, bahwa setiap orang bisa saja menjual NFT dan meraih keuntungan.

Ghozali, melalui akunnya Ghozali Everyday di OpenSea, berhasil mendapatkan keuntungan sebesar Rp1.5 miliar dari penjualan foto selfie dirinya yang dilakukannya selama 5 tahun. Well, sebuah pembuktian, bahwa persistensi bakal berbuah manis, bukan?

2. Syahrini

Syahrini merupakan salah satu artis yang termasuk awal menanggapi tren NFT Indonesia. Ia membuat serangkaian avatar yang menggambarkan dirinya mengenakan dress panjang berwarna lilac, dengan kacamuka (kacamata besar semuka) yang memang menjadi ciri khasnya. NFT Syahrini ini diklaim sebagai NFT berhijab pertama yang ada. NFT ini merupakan hasil kerja sama Syahrini dengan NFT Kings Pro dan PT Anak Gaul Jaksel.

Koleksi yang diberi nama “Metaverse” ini dijual di Binance, dengan harga 20 BUSD, atau hampir setara dengan USD 20 saat itu. Tersedia 18 ribu NFT yang bisa dibeli, dan dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yang khas Syahrini banget, seperi #HussHussSanah dan #MajuMundurCantik. Tak main-main, avatar Syahrini ini terjual habis hanya dalam satu hari.

3. Denny Januar Ali

Penulis buku yang juga sering disapa Denny JA ini menjual lukisan dirinya yang berjudul “A Portrait of Denny JA – 40 Years in The World of Ideas” dengan harga 27.5 WETH, atau setara hampir Rp1 miliar, melalui platform OpenSea. AlanJoe Jr adalah orang yang membeli NFT Denny JA ini.

Dalam lukisannya tersebut, tergambar foto diri Denny JA, yang terdiri atas kolase cover buku-buku yang sudah didesain olehnya selama karier 40 tahun. Ad 102 cover buku yang disertakan, dan dilukis oleh seorang seniman, bernama Galam Zulkifli.

4. Luna Maya

Luna Maya bahkan menjadi artis pertama yang punya NFT Indonesia loh! Adalah Tokau, seorang kreator NFT asal Jepang, yang bekerja sama dengan Luna Maya, membuat karya digital berupa foto-foto dalam jumlah terbatas, yang kemudian berhasil dijual sebagai aset NFT. Hanya ada 10 item saja, dan didukung oleh Gushcloud International. Salah satunya berjudul Luna Maya ‘The Queen of the Moon’.

NFT Indonesia miliki Luna Maya dijual melalui Bakery Swap dan Binance, seharga 5 BNB, atau sekitar Rp34 juta.

5. Ridwan Kamil

Ridwan Kamil, sang gubernur Jawa Barat ini, memang dikenal sebagai arsitek pada awalnya. Karena itu, layaklah beliau punya talenta lukis yang luar biasa. Jadi, enggak salah kalau kemudian juga mencoba peluang untuk menjual karya lukisnya sebagai salah satu aset NFT Indonesia. Masih di OpenSea, lukisan self portrait Ridwan Kamil berhasil dijual dengan harga 1 ETH, atau setara dengan Rp45.9 juta.

Sebelum menjual karya seni pribadinya, Ridwan Kamil juga diketahui berhasil membantu menjual lukisan para seniman kaligrafi Jalan Braga di OpenSea, dan laku hingga Rp4.2 juta.

Kesimpulan

Nah, itu dia beberapa sosok kreator NFT Indonesia yang berhasil menjual karya seni digitalnya di marketplace NFT, dan meraih keuntungan besar. Gimana? Makin mupeng?

Pastinya! Namun, sebelum akhirnya benar-benar menjual NFT, ada baiknya kamu selami dulu seluk beluk NFT ini. Kemudian, cermati apakah kamu punya karya yang memang unik dan bakal disukai oleh pasar, sehingga meningkatkan peluang terjualnya karyamu itu. Jangan melakukan tindakan melanggar hukum, seperti menjual kartu identitas orang sebagai NFT Indonesia. Rasanya kok ya malu-maluin.

Last but not least, pastikan kamu sudah punya keuangan yang sehat. Karena untuk menjual NFT, itu juga butuh modal. Belum lagi, juga ada risiko yang harus kamu kelola dengan baik.

Ebook Kemerdekaan Finansial Level #1: Arus Kas Positif & Budgeting, termasuk alat cek kesehatan keuangan & budgeting + contoh pengisian. Hanya Rp47.770, cara belinya tinggal klik saja button di bawah ini, dan ikuti petunjuk berikutnya.

2 tanggapan untuk “NFT Indonesia: Awal Perkembangan dan Kreator Indonesia yang Sukses Menjual Karya”

Betul banget. Sayangnya pemahaman masyarakat masih kurang, sehingga masih terekspos risiko yang besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version