Kategori
Kamus Keuangan

Silicon Valley Bank Bangkrut, Ini yang Perlu Kamu Lakukan jika Bank Bangkrut

Bank Silicon Valley (SVB), peringkat ke-16 bank terbesar di AS, mengalami kebangkrutan dalam waktu singkat 48 jam, Jumat 10 Maret 2023 yang lalu. Bank yang dikenal memiliki banyak deposit dari perusahaan-perusahaan startup dan juga berperan sebagai pemberi kredit ini akhirnya ditutup oleh otoritas Amerika Serikat.

Of course, hal ini membuat dunia keuangan umumnya, perbankan pada khususnya menjadi gaduh belakangan. Banyak pula yang kemudian menganalisis dampaknya, bahkan hingga ke Indonesia.

So, mungkin kamu juga bingung, apa pentingnya? Well, faktanya, bank bangkrut bisa saja terjadi. Bagaimana kalau hal ini terjadi juga pada bank tempat kamu menyimpan uang? Kamu harus melakukan apa karenanya?

Nah, yuk, kita bahas!

Kronologi Bangkrutnya Silicon Valley Bank

Beberapa pihak memicu kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB), termasuk bank investasi besar Goldman Sachs dan agensi pemeringkat Moody’s. Pada akhir Februari, eksekutif SVB berkonsultasi dengan Goldman untuk mencari solusi atas masalah yang timbul akibat kenaikan suku bunga The Fed. Bank yang fokus pada pendanaan startup tersebut memerlukan dana tunai, tetapi tidak yakin bagaimana cara terbaik untuk melakukannya.

Suku bunga yang meningkat memang menjadi ancaman nyata bagi lembaga keuangan seperti bank, dengan deposito dan nilai portofolio obligasi menurun tajam. Sementara itu, Moody’s juga sedang mempersiapkan penurunan peringkat untuk SVB. Akibatnya, bank harus mengatur kembali keuangannya untuk menghindari dampak buruk pada laba perusahaan.

Menurut laporan The Wall Street Journal (WSJ), pembicaraan antara SVB dan Goldman berlangsung selama sekitar 10 hari. Produk akhir adalah pengumuman pada 8 Maret tentang kerugian hampir $2 miliar, dan rencana penjualan saham yang membuat para investor khawatir.

Saham SVB Financial Group pun jatuh pada pagi berikutnya. Nasabah utama perusahaan, yaitu startup dan modal ventura dengan saldo besar yang tidak diasuransikan, panik mencoba menarik $42 miliar dalam satu hari.

Goldman telah meremehkan bahaya bahwa berita buruk berlebihan dapat memicu krisis kepercayaan yang dengan cepat dapat menjatuhkan bank. SVB runtuh dengan sangat cepat, dan menjadi kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS, memicu krisis perbankan trans-Atlantik yang sedang berusaha diatasi oleh pihak regulator.

Masih mencoba mengantisipasi efek krisis ini, eksekutif SVB mengajukan rencana untuk meningkatkan modal kepada Goldman. Dua perusahaan ekuitas swasta, General Atlantic dan Warburg Pincus LLC, menjadi calon investor.

Upaya Penyelamatan

Eksekutif ingin melakukan penempatan pribadi, di mana mereka akan menambahkan investor strategis untuk membeli saham dengan harga tertentu. SVB ingin melakukannya dengan cepat, beradu cepat dengan Moody’s yang dalam proses penurunan peringkatnya.

Goldman mendekati kedua perusahaan ekuitas swasta sambil menawarkan opsi penjualan saham hibrida kepada investor publik dan swasta untuk SVB. Goldman percaya opsi ini akan membantu perusahaan menemukan cukup banyak investor. Selain itu, juga menawarkan kesempatan kepada publik untuk membeli saham dengan harga yang sama.

Pada 5 Maret, Warburg mundur karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengevaluasi kesepakatan dengan SVB. Sementara itu, General Atlantic setuju untuk mengumpulkan $500 juta dalam penjualan saham.

Dalam waktu yang semakin sempit, SVB masih kekurangan $1,75 miliar dari target. Goldman memutuskan satu-satunya pilihan adalah penawaran saham publik dan penambahan modal oleh General Atlantic. Eksekutif SVB menyetujui rencana tersebut.

Di meja perdagangan, Goldman juga meracik kesepakatan lain. SVB mencari pembeli untuk portofolio sekuritas utang senilai $21 miliar. Pembelinya adalah Goldman.

Pada 8 Maret, Goldman menyelesaikan pembelian portofolio sekuritas SVB dengan harga diskon dari nilai pasar. Setelah pasar tutup, SVB mengumumkan kerugian sebesar $1,8 miliar atas penjualan tersebut, tanpa mengungkapkan pembeli, dan menyatakan akan menjual saham untuk meningkatkan modal.

Setelah pengumuman tersebut, harga saham perusahaan semakin anjlok dan tekanan semakin parah setelah Silvergate mengumumkan akan menutup bank karena kas tidak mencukupi akibat penarikan dana besar-besaran (bank run).

SVB kini berada di bawah kendali LPS AS, yang sedang bekerja mencari pembeli bagi bank asal California tersebut. Kegagalan SVB menggambarkan bagaimana saran dari bank investasi terkemuka seperti Goldman Sachs dapat berdampak buruk bagi institusi keuangan yang sedang menghadapi masalah, dan mengingatkan bahwa keputusan yang diambil dapat memiliki konsekuensi jangka panjang yang signifikan.

Beberapa Penyebab Bank Bangkrut

So, dari kronologis runtuhnya Silicon Valley Bank di atas, kita bisa melihat beberapa pemicunya. Sementara, memang ada banyak faktor yang memengaruhi, tetapi umumnya bank bangkrut bisa disebabkan oleh beberapa hal ini.

Kondisi ekonomi yang tidak stabil

Kemungkinan adanya kondisi ekonomi global yang buruk atau perubahan signifikan dalam kebijakan moneter, yang menyebabkan tekanan pada industri perbankan dan pasar keuangan secara keseluruhan.

Kredit bermasalah

Bank mungkin mengalami peningkatan jumlah pinjaman yang macet atau tidak terbayar. Hal ini bisa menurunkan kepercayaan investor dan mengurangi likuiditas bank.

Regulasi dan pemenuhan peraturan

Bank menghadapi masalah dalam memenuhi persyaratan regulasi yang ketat, seperti rasio modal yang harus dipertahankan atau standar kecukupan modal. Seperti dalam kasus SVB yang terdampak oleh kenaikan suku bunga The Fed yang sangat agresif beberapa bulan yang lalu.

Keputusan manajemen yang buruk

Adanya keputusan investasi yang buruk atau pengelolaan risiko yang tidak efektif yang menyebabkan kerugian yang signifikan bagi bank.

Kehilangan kepercayaan nasabah

Kebangkrutan juga bisa dipicu oleh kehilangan kepercayaan nasabah, yang mengakibatkan penarikan dana massal dan mengurangi likuiditas bank.

Kalau Bank Kamu Bangkrut seperti Silicon Valley Bank …

So, bank bangkrut seperti Silicon Valley Bank memang bisa terjadi. Ya, amit-amit jangan sampai terjadi.

Tapi, ya namanya musibah. Enggak bisa dihindari, kadang.

Jika bank tempat kamu menyimpan uang mengalami kebangkrutan seperti SVB, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai nasabah untuk melindungi diri dan keuangan kamu. Apa saja?

Mengetahui perlindungan asuransi deposito

Di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, deposito nasabah dilindungi oleh asuransi deposito yang disediakan oleh pemerintah atau lembaga independen. Di AS, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) melindungi deposito hingga $250.000 per nasabah, per bank.

Nah, kalau di Indonesi, kita punya LPS, alias Lembaga Penjamin Simpanan. LPS akan menjamin simpanan danamu di bank hingga Rp2 miliar. So, kalau bank bangkrut, asal dana kamu di bawah Rp2 miliar, maka kamu tidak perlu khawatir.

Menyebarkan dana di beberapa bank

Sebagai langkah pencegahan, pertimbangkan untuk menyebarkan dana kamu di beberapa bank yang berbeda untuk mengurangi risiko jika satu bank mengalami kebangkrutan.

Memantau keuangan bank

Sebagai nasabah, penting untuk mengikuti perkembangan keuangan bank kamu. Perhatikan peringkat kredit, laporan keuangan, dan berita yang berkaitan dengan bank yang bersangkutan.

Jika kamu melihat tanda-tanda masalah keuangan, pertimbangkan untuk mengambil tindakan seperti memindahkan dana ke bank yang lebih stabil.

Menjaga likuiditas

Jaga sejumlah dana darurat dalam bentuk tabungan likuid, seperti rekening tabungan atau rekening pasar uang, sehingga kamu memiliki akses ke dana jika bank mengalami masalah.

Berinvestasi di instrumen yang lebih aman

Pertimbangkan untuk menempatkan sebagian dari danamu dalam instrumen investasi lain yang juga aman sebagai diversifikasi, seperti obligasi pemerintah atau reksa dana pasar uang.

Dalam menghadapi situasi ketika bank tempat kamu menyimpan uang mengalami kebangkrutan, seperti kasus Silicon Valley Bank, langkah-langkah yang telah disebutkan di atas dapat membantumu melindungi diri dan juga keuanganmu.

Penting untuk selalu berhati-hati dan proaktif dalam mengelola dana yang kamu miliki, mulai dari memonitor kesehatan keuangan bank, dan menjaga likuiditas. Dengan melakukan berbagai manajemen risiko yang baik, kamu akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan perbankan dan mengamankan masa depan keuangan kamu dalam jangka panjang.

Ingatlah bahwa pengetahuan dan kewaspadaan adalah kunci utama dalam menjaga kestabilan keuangan kamu dalam situasi yang tidak terduga.

Jangan lupa untuk follow akun Instagram Dani Rachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang praktis dan bisa dipraktikkan sendiri. Juga berlangganan newsletter dengan melakukan registrasi di sini, yang akan dikirimkan setiap bulan berisi berbagai update dan tren di dunia keuangan. Jangan sampai ketinggalan berita!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version