Punya rencana pensiun dini memang terdengar menyenangkan. Siapa sih yang nggak mau berhenti kerja lebih cepat dan menikmati hidup tanpa terbebani rutinitas kantor? Bisa lebih banyak melakukan hobi, atau switch career ke yang lebih passion tanpa khawatir besok makan apa.
Banyak orang mulai merancang hal ini sejak usia 20-an atau 30-an, berharap bisa lepas dari tekanan kerja sebelum waktunya. Tapi, di tengah semangat itu, muncul satu pertanyaan penting yang sering diabaikan, apakah cara menyiapkan dananya sudah tepat?
Banyak yang memilih menyimpan uang di tabungan biasa. Rasanya aman, mudah diakses, dan tanpa risiko. Tapi cukup nggak sih kalau cuma mengandalkan itu? Yakin, tanpa risiko?
Sebelum yakin bahwa menabung saja bisa bawa kita ke hari tua yang nyaman, ada baiknya kita pahami dulu sisi lain dari pilihan ini.
Apa Itu Tabungan Konvensional?
Tabungan konvensional adalah jenis simpanan yang paling umum digunakan. Biasanya disimpan di bank dan bisa diakses kapan saja lewat ATM atau mobile banking. Keunggulan utamanya ada pada sisi keamanan dan kemudahan. Uang yang ditabung tidak akan hilang, dan kapan pun dibutuhkan bisa langsung ditarik.
Karena itulah, tabungan ini cocok untuk dana darurat atau kebutuhan jangka pendek. Misalnya untuk bayar servis kendaraan, beli obat, atau biaya mendadak lainnya. Bunganya memang ada, tapi sangat kecil. Umumnya hanya sekitar 0,5% per tahun, bahkan bisa lebih rendah.
Nah, masalahnya, ada satu kelemahan yang sering luput disadari. Nilai uang di tabungan konvesinonal itu bisa turun perlahan karena inflasi. Harga barang naik tiap tahun, sementara tabungan tumbuhnya pelan sekali. Akhirnya, uang yang disimpan selama bertahun-tahun bisa jadi tak lagi cukup untuk kebutuhan yang sama.
Baca juga: Investasi vs Tabungan: Mana yang Lebih Efektif untuk Dana Pensiun?
Mengapa Tabungan Konvensional Kurang Cocok untuk Rencana Pensiun Dini?
Meski terlihat aman dan praktis, tabungan konvensional belum tentu jadi pilihan terbaik untuk rencana pensiun dini. Ada beberapa kelemahan mendasar dari sistem tabungan biasa yang justru bisa menghambat tujuan keuangan jangka panjang.
Supaya enggak salah langkah, penting untuk memahami dulu alasan mengapa tabungan konvensional kurang cocok untuk rencana pensiun dini.
1. Enggak Bisa Melawan Inflasi
Tabungan di bank memang aman, tapi bunga yang diberikan sangat kecil. Rata-rata hanya sekitar 0,5% per tahun, bahkan kurang. Sementara itu, inflasi tiap tahun bisa mencapai 3–5%.
Artinya, uang yang ditabung sebenarnya makin lama makin kehilangan daya beli. Kalau sekarang Rp1 juta bisa belanja banyak, lima tahun lagi jumlah yang sama belum tentu cukup untuk belanja kebutuhan yang sama.
2. Enggak Tumbuh Signifikan
Rencana pensiun dini butuh dana besar yang terkumpul dalam waktu singkat. Sayangnya, tabungan konvensional tidak punya kemampuan untuk mempercepat pertumbuhan dana.
Uang yang disimpan hanya akan bertambah sedikit demi sedikit. Tidak ada efek compounding yang signifikan seperti di instrumen investasi. Akibatnya, menabung saja tidak cukup untuk mengejar target pensiun dini dalam waktu 10 atau 15 tahun.
3. Kurang Efisien
Bunga tabungan konvensional masih dikenakan pajak meski kecil. Selain itu, imbal hasilnya jauh lebih rendah dibandingkan reksa dana, saham, atau SBN.
Kalau dihitung-hitung, dana di tabungan justru kalah jauh dari inflasi dan potensi keuntungan instrumen lain. Sementara itu, beberapa jenis investasi bahkan punya insentif pajak atau hasil bersih lebih tinggi.
Jadi, dari sisi pertumbuhan dan efisiensi, tabungan bukan pilihan paling optimal untuk jangka panjang.
Alternatif Tabungan Konvensional untuk Bantu Rencana Pensiun Dini
Kalau tabungan konvensional saja belum cukup untuk mensupport rencana pensiun dini, artinya perlu ada strategi lain yang lebih efektif. Untungnya, ada beberapa pilihan yang bisa melengkapi atau bahkan menggantikan fungsi tabungan biasa.
Dengan kombinasi yang tepat, tujuan pensiun lebih awal tetap bisa tercapai tanpa harus mengorbankan keamanan finansial. Berikut beberapa alternatif yang layak dipertimbangkan.
1. Investasi Jangka Panjang
Kalau punya rencana pensiun dini, uang bukan cuma disimpan, tapi harus bisa berkembang. Salah satu cara paling efektif adalah lewat investasi jangka panjang.
Saham, reksa dana, atau properti bisa beri imbal hasil yang jauh lebih tinggi daripada tabungan. Memang ada risiko, tapi risikonya bisa dikendalikan kalau paham cara kerjanya dan sabar. Dengan strategi yang tepat, uang bisa tumbuh berkali-kali lipat dalam 10–20 tahun.
2. Instrumen Dana Pensiun
Ada produk keuangan yang memang didesain khusus untuk pensiun. Misalnya DPLK aka Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Instrumen seperti ini punya sistem setoran rutin dan bunga tetap yang lebih tinggi dari tabungan. Cocok buat yang pengin aman tapi tetap ingin ada pertumbuhan dana. Selain itu, DPLK juga punya insentif pajak yang bikin hasil bersihnya lebih maksimal.
3. Side Income dan Aset Produktif
Rencana pensiun dini bukan cuma soal menabung atau investasi, tapi juga soal menambah sumber penghasilan. Side income seperti bisnis kecil, proyek freelance, atau properti sewaan bisa jadi penopang tambahan.
Aset produktif ini akan terus menghasilkan uang meski kita sudah tidak aktif kerja. Dengan begitu, rencana pensiun jadi lebih realistis dan aman. Punya banyak sumber penghasilan bikin beban ke satu tabungan jadi nggak terlalu berat.
Tip Menyusun Rencana Pensiun Dini yang Realistis
Punya rencana pensiun dini memang menarik, tapi mewujudkannya butuh perencanaan yang matang. Berikut beberapa tip sederhana untuk menyusun rencana pensiun dini yang realistis dan bisa dijalankan sejak sekarang.
1. Tentukan Target Dana Pensiun
Langkah pertama yang penting adalah tahu dulu butuh berapa. Caranya gampang, tinggal hitung gaji atau penghasilan kamu sekarang lalu kalikan 300.
Misalnya, gaji kamu Rp10 juta per bulan, berarti butuh sekitar Rp3 miliar untuk kamu bisa pensiun dan menjalani gaya hidup seperti sekarang.
Rumus ini memang kasar, tapi cukup membantu untuk gambaran awal. Tanpa target yang jelas, rencana pensiun dini bisa terasa mengambang dan sulit dicapai.
2. Hitung Waktu yang Ada
Setelah tahu target, langkah selanjutnya adalah hitung waktunya. Misalnya sekarang usia 30 dan mau pensiun di umur 45, berarti punya 15 tahun. Dari situ bisa dihitung, berapa yang harus disisihkan setiap bulan.
Ini penting supaya rencana sesuai dengan kemampuan, bukan sekadar angan-angan. Kalau ternyata targetnya terasa berat, masih bisa disesuaikan dari sekarang. Entah dengan memperpanjang waktu atau menambah instrumen keuangan.
3. Diversifikasi Sumber Dana
Jangan hanya mengandalkan satu sumber dana, apalagi cuma tabungan. Rencana pensiun dini akan lebih kuat kalau uang ditempatkan di berbagai instrumen.
Campurkan tabungan, investasi, aset produktif, bahkan passive income. Tujuannya biar enggak panik saat ada satu sumber yang melambat. Dengan diversifikasi, kondisi keuangan tetap stabil meski ada perubahan pasar atau situasi mendadak lainnya.
Baca juga: 7 Pertanyaan tentang Dana Pensiun yang Paling Banyak Ditanyakan Orang-Orang
Rencana pensiun dini bukan sesuatu yang mustahil, tapi jelas butuh persiapan lebih dari sekadar menabung di bank. Tabungan tetap penting, tapi sebaiknya jadi bagian dari strategi yang lebih luas.
Dengan kombinasi investasi, sumber penghasilan tambahan, dan perhitungan yang matang, pensiun lebih awal bisa jadi kenyataan. Kuncinya ada di langkah kecil yang konsisten, bukan keputusan besar yang tergesa-gesa.
Mau tahu bagaimana merencanakan FIRE dan membangun aset 300 kali gaji dengan lebih detail? Kamu harus banget punya buku ini. Kamu bisa baca dan belajar secara fleksibel, dan dapatkan insight lebih detail mengenai konsep FIRE.
Sudah bisa dibeli di toko-toko buku di kota-kota besar di Indonesia! Get your copy now!
Jangan lupa untuk follow akun Instagram Dani Rachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang praktis dan bisa dipraktikkan sendiri. Juga berlangganan newsletter dengan melakukan registrasi di sini, yang akan dikirimkan setiap bulan berisi berbagai update dan tren di dunia keuangan. Jangan sampai ketinggalan berita!