Kalau dipikir-pikir ya, yang namanya bulan puasa itu, kita seharusnya bisa banyak menekan nafsu—baik itu nafsu makan, nafsu belanja, dan lain sebagainya. Tetapi, tak sedikit orang yang mengeluh dan curhat, bahwa pengeluaran justru meningkat di bulan Ramadan.
Tanya, kenapa?
Iya kan? Padahal logikanya, dengan berpuasa di siang hari, kita seharusnya bisa mengurangi pos makan dong ya? Jajan-jajan di luar juga seharusnya berkurang banget.
[toc]
Pengeluaran Kita di Bulan Puasa
But yeah, biasanya sih, semakin kita mengekang diri, maka godaan pun semakin dahsyat datang. Betul enggak? Yang biasanya lihat gorengan-gorengan biasa saja, saat kita lagi diet, gorengan itu terlihat menggiurkan. Begitu juga saat kita berpuasa.
Apalagi di bulan puasa juga banyak “acara” tambahan, selain ibadahnya itu sendiri. Misalnya ada acara buka bersama alias bukber, atau ngabuburit. Bahkan ada juga sahur on the road. Yah, meski sekarang juga dibatasi sih, lantaran kita masih harus disiplin taat protokol kesehatan dan menjauhi kerumunan.
Dan entah kenapa, saat bulan puasa, banyak di antara kita yang justru meningkatkan standar makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Misalnya, biasanya makan malam pakai nasi warteg aja cukup, sama segelas teh anget. Eh, sekarang nggak cukup. Mesti ada kolak dulu. Terus ada sop buah, bubur, lalu baru makan besarnya. Ditutup lagi dengan puding.
Menu seharian dijadikan satu saat berbuka. Nggak heran deh, pengeluaran justru melonjak.
Nah, ada beberapa alasan memang di balik pengeluaran kita yang melonjak di bulan puasa. Mungkin berikut ini ada salah satunya (atau malah semuanya?). Artikel ini ditulis bukan dengan maksud untuk menghakimi, tetapi mengajakmu untuk berinterospeksi. Bahkan nantinya bisa juga membuatmu jadi menikmati Ramadan dengan cara yang berbeda, dengan cara yang seharusnya. *benerin kerudung*
5 Alasan Pengeluaran di Bulan Puasa Jadi Meningkat
1. Harga melonjak
Pada dasarnya, harga-harga kebutuhan pokok kita memang akan meningkat di saat-saat seperti ini—menjelang Ramadan ataupun hari raya yang lain. In fact, tanda-tanda harga naik itu sebuah kepastian menjelang bulan puasa. Inflasi itu terjadi hampir di setiap tahun dan selalu mendekati Ramadan.
So, enggak heran, kalau puasa, pengeluaran juga tiba-tiba naik. Yang enggak puasa, juga kena imbas. Jadi, seharusnya sih ya sudah biyasak. Terus gimana dong? Ya, diatur lagi atuh!
2. Menu yang berlebihan
Nah, makanan dan minuman biasanya juga merupakan pos pengeluaran terbesar yang meningkat banyak di bulan puasa.
Kayak yang diceritakan di awal tadi, kalau biasanya nasi warteg cukup, ditambah air mineral, saat bulan puasa, jadi berasa kurang. Kurang afdal kalau nggak pakai kolak dulu, minimal teh anget manis, terus gorengan-gorengan, dan setelah menyantap makanan utama ya enggak afdal juga kalau enggak ditutup dengan sop buah.
Yang tadinya makan nasi plus lauk cukup, sekarang tambah endebre endebre. Kadang juga ada rasa pengin ngasih reward ke diri sendiri juga kan ya? Sebuah pukpuk sudah mampu menuntaskan puasa seharian. Padahal kan ya mah kewajiban. CMIIW.
3. Paket data
Pandemi corona tak memungkinkanmu untuk ke mana-mana di kala ngabuburit. Nggak kayak dulu yang bisa nongkrong-nongkrong dulu, terus disambung dengan buka bersama.
Sekarang, kamu harus lebih banyak menjauhi kerumunan. Yang paling baik tentu saja tetap tinggal di rumah. Tapi, ya enggak seru kalau ngabuburit sambil nganggur aja. Yang ada, tiap kali nengok ke arah jam, atau nunggu kok suara bedug nggak datang juga.
Maka jadilah kamu nonton film, streaming ini itu, scroll Tiktok, nonton YouTube untuk mengisi ngabuburit. Paket data sudah pasti akan bertambah. Apalagi kalau kamu menjadwalkan untuk buka bersama pakai Zoom. Kalau setiap hari, sekian jam online Zoom, paket data juga lumayan tuh kalau enggak pakai Wifi.
4. Promo dan diskon
Bulan puasa identik juga dengan promo dan diskon. Nggak cuma di mal atau toko konvensional, toko-toko online malah lebih gencar lagi promo dan diskonnya. Bahkan setiap jam ada saja diskon dan flash sale.
Luar biasa kan? Sungguh godaan yang hakiki bagi jempol-jempol yang sedang dilatih untuk menahan nafsu. Banyak barang lucu, murah lagi. Duh, kapan lagi sih bisa beli barang semurah ini?
5. THR
Ada pula yang berpikir, “Ah, enggak apalah belanja. Toh nanti akan ada THR kan? Belanjain dulu ajalah. Ketimbang kehabisan.”
Yes, THR yang belum terlalu terlihat hilalnya pun jadi “alasan” untuk mengeluarkan uang lebih.
Iya sih, THR bisa kita anggap sebagai pemasukan tambahan, tapi seharusnya nggak dijadikan sebagai alasan juga untuk pengeluaran “tambahan”. Malahan, THR harus dipakai untuk berbagai kebutuhan mendesak, yang penting, tapi sehari-hari kita masih pas-pasan secara finansial. Misalnya, untuk membayar premi asuransi tahunan. Atau, disisihkan untuk bayar pajak-pajak. Atau, malah untuk melunasi tagihan kartu kredit. Siapa tahu, habis Lebaran, kita jadi bebas utang kartu kredit.
Kesimpulan
Gimana, apakah hal-hal di atas masih menjadi alasanmu untuk mengeluarkan uang ekstra di bulan puasa tahun 2021 ini?
Iya memang, setiap orang punya prioritas dan kebutuhan masing-masing sih. Dan, enggak ada salahnya juga kok, kalau memang kamu mau menambah menu makanan buka puasa, atau mau belanja baju mumpung ada flash sale di jam-jam ngabuburit. Semua sah-sah saja kamu lakukan, apalagi kamu kan belanjanya juga pakai uang kamu sendiri.
Semua oke, asalkan kamu memang dengan sadar membelanjakannya. Intinya, jangan kemudian menyesal atau mengeluh, uang habis saat gaji atau THR belum cair lagi.
Kira-kira masih ada alasan lain enggak, kenapa pengeluaran seseorang bisa begitu melonjak di bulan puasa, yang belum ketulis di atas? Boleh share di kolom komen ya.
Sekali lagi, artikel ini ditulis bukan untuk menghakimi siapa saja ya, tetapi lebih sebagai bahan untuk introspeksi, untuk kemudian bisa mencari solusi agar menjadi lebih baik.
Selamat menjalankan ibadah puasa, fellas! Semoga amal ibadahmu diterima ya.
nia nastiti
Imho alasannya seperti yang sudah disebutkan Mas Dani di awal, karena merasa banyak menahan diri jadi kayak pada pengen reward dengan menu yang lain dari biasanya atau reward lain yang menyedot dana seperti langganan penyedia film/drama bulanan atau karena semata aji mumpung sedang ada THR, dan kadang hal tsb ga disadari sama yang bersangkutan, hihi
Iqbal
Sepakat mas, mestinya pengeluaran untuk makanan jadi ga banyak di bulan Ramadhan. Tapi dalam case saya, itu hanya pada makanan pokok. Kalo saya ketika sudah beberapa hari puasa, lama2 udah ga terlalu antusias makan, apalagi pas sahur. Porsi nasi pun ga banyak, yang penting air putih. Makan buka pun ga banyak, makan malam pun kalo ga memaksakan diri makan pun ga makan. Makanya setelah Ramadhan biasanya berat badan saya turun. Tapi di sisi lain pengeluaran buat snack jadi meningkat. Biasa ngga makan gorengan tahu2 jadi makan gorengan. Sepertinya untuk snack ini agak sulit dihindari karena ada nuansa seru makan gorengan saat berbuka 😀
dani
Bener juga sih. Meskipun memang rasa pengen makan sangat berkurang, tapi mulut dan badan pasti akan craving jenis makanan tertentu ya. 🙂