Kabar akan terjadinya resesi 2023 sudah menyebar di mana-mana. Dan, seperti bisa diduga, panic attack juga di mana-mana. Sampai lumayan engeup ini dengar kata “resesi”, saking dibahasnya di mana-mana.
Tapi, apakah informasi tersebut valid? Apa yang harus dilakukan jika benar-benar terjadi resesi 2023? Pastinya kamu juga merasa was-was, tapi hindari rasa takut mengenai isu resesi ini. Kamu hanya perlu bersiap lebih awal untuk melakukan manajemen keuangan lebih baik, mau itu benar terjadi resesi ataupun tidak.
Kalaupun andai memang terjadi, anggap saja kamu sudah siap dengan alat tempurnya, kalau tidak tentu saja manajemen keuangan kamu menjadi semakin sehat bukan?
[toc]
Apa itu Resesi 2023?
Resesi ekonomi merupakan sebuah kondisi yang dialami sebuah negara dengan penurunan ekonomi karena tingkat penganggurannya semakin tinggi, memiliki nilai Produk Domestik Bruto yang semakin rendah, dan pertumbuhan ekonomi riilnya punya nilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Menurut Badan Pusat Statistika, kondisi ekonomi Indonesia saat ini telah mencapai inflasi sebesar 1,17 persen secara bulanan dan prediksinya akan terus naik hingga akhir tahun 2022. Presiden Indonesia pun sudah menyatakan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III tahun 2022 sudah mencapai 5,5 sampai 6 persen, lebih tinggi dari dua kuartal yang dialami sebelumnya.
Isu resesi 2023 ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti karena adanya guncangan ekonomi yang terbilang mendadak karena efek pandemic, punya utang yang menumpuk, terjadinya inflasi yang tinggi atau deflasi yang berlebihan hingga adanya fenomena panic selling pada asset investasi yang dimiliki.
Lantas, apa dampak resesi 2023 jika terjadi?
Hal yang paling dikhawatirkan jika terjadi resesi nanti yaitu dapat menyebabkan produk ekspor menurun, artinya pendapatan negara juga ikut menurun. Belum lagi akan berdampak pada nilai tukar rupiah yang semakin melemah sehingga membuat para investor menarik dananya dari pasar obligasi atau saham dan mengalihkannya pada aset yang lebih aman. Atau bahkan bisa juga memindahkan dana mereka ke luar negeri, yang lebih menjanjikan.
Bukan hanya itu saja, resesi ekonomi akan menyebabkan kenaikan suku bunga yang akan menghambat ekspansi usaha hingga membuat angka pengangguran di Indonesia semakin tinggi, serta pekerja akan mendapatkan potongan gaji dan juga tunjangan.
So, apakah semua yang dijabarkan di atas terdengar menakutkan? Fear not! Faktanya, siklus ekonomi ya begitu itu. Ada kalanya pertumbuhan ekonomi membaik, meningkat, bahkan dengan pesar. Ada kalanya juga kudu mundur dulu selangkah dua langkah.
Hadapi Resesi 2023 dengan Lakukan Cara Ini
Kendalikan diri dan tetap tenang saat mendengar isu resesi 2023. Isu ini masih diduga dan belum kejadian. Toh, kita sebenarnya sudah mengalaminya berkali-kali loh! Apa kabar kamu di tahun 1998? 2000? 2008? Dan, terakhir, di tahun 2020 kemarin? Baik-baik saja kan?
Terus, kenapa deh sekarang pada panik?
Daripada panik, sebaiknya mulai mengatur beberapa strategi pada pengelolaan keuanganmu saat ini. Lakukan beberapa cara ini!
1. Atur kembali keuangan, dan tetap belanja
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, memang akan mengeluarkan sejumlah dana setiap bulannya. Itu kan hal yang biasa.
Untuk menghadapi isu resesi, dibutuhkan pengaturan ulang pengeluaran bulanan menjadi lebih efektif lagi. Hal ini dilakukan agar kamu punya simpanan uang jika resesi benar-benar terjadi. Kurangi atau bahkan hilangkan pengeluaran yang bersifat konsumtif atau yang dirasa tidak perlu. Misalnya kamu bisa mengurangi biaya untuk liburan, mulai mengurangi jajan di luar dengan rajin masak, sampai beralih dari menggunakan laundry menjadi mencuci pakaian sendiri menggunakan mesin di rumah.
Ingat, resesi bukan berarti kamu berhenti belanja ya. Justru kamu HARUS belanja, agar ekonomi tetap berjalan. Tapi sebaiknya diatur. Bijaklah dalam berbelanja. Susun skala prioritas, agar bisa memilah mana yang urgent dan mana yang ditunda saja sampai keadaan membaik.
2. Tetap disiplin membayar cicilan
Saat ini memang banyak akses yang menawarkan untuk mendapatkan uang lebih cepat dengan membayar melalui cicilan tiap bulannya. Ada fitur paylater yang bisa memudahkan penggunanya untuk membayar di bulan berikutnya. Belum lagi berbagai jenis pinjaman dana lain, mulai dari kartu kredit hingga pinjol. Kalau tidak dilakukan dengan bijak, kebiasaan ini hanya akan membuat utang menjadi menumpuk.
Ke depannya, pastikan cicilan bisa terbayar dengan baik. Kalau memang memungkinkan, lunasi semua utang dan cicilan, karena jika bebanmu bertambah nantinya, maka beban utang akan semakin memberatkan.
Sebaiknya tunda dulu membuat utang baru. Fokus pada utang yang sudah ada.
3. Punya Dana Darurat
Dana darurat penting untuk digunakan dalam keadaan genting. Mulailah menyiapkan dana darurat jika belum memilikinya, tapi jangan sekali-kali digunakan untuk keperluan yang tidak penting.
Untuk kamu yang masih single, dana darurat sebesar 3 – 4 kali pengeluaran akan cukup. Tetapi, kalau kamu sudah berkeluarga, kamu butuh lebih banyak dana darurat.
Jangan anggap remeh dana ini ya, jangan anggap juga bahwa ini sekadar uang nganggur. Banyak orang bisa survive sampai sekarang sejak pandemi karena memiliki dana darurat yang kuat. So, mari belajar dari resesi yang sudah-sudah. Seharusnya kan, kita semakin pintar sekarang karena sudah melalui berbagai kesulitan. Ya kan?
4. Cermat pilih instrumen investasi
Salah satu terjadinya resesi karena banyak investor menarik modalnya. Untuk menghindari hal ini, pilihlah investasi yang tahan dari resesi seperti yang telah dijamin oleh pemerintah atau dikelola oleh manajer investasi. Terutama sih buat kamu yang suka senam jantung nih kalau berinvestasi di agresif. Lebih baik fokus ke jangka pendek dulu.
Sementara, jika ada investasi risiko tinggi, misalnya saham, kalau memang belum akan digunakan dalam waktu beberapa tahun ke depan, tak perlu panik dicairkan. Tunggu saja sampai membaik kembali. Atau mungkin malah kamu bisa menambah lagi, mumpung dapat diskon jadi harga sahamnya murah. Ofkors, kalau memungkinkan ya, misalnya “amunisi”-mu masih banyak.
5. Lakukan Diversifikasi Investasi
Saat mendengar isu resesi, banyak orang yang terburu-buru menjual aset investasinya saat ini untuk menghindari isu tersebut. Padahal hal yang benar adalah memperbanyak aset investasi dengan cara diversifikasi investasi supaya punya portofolio beragam dan mengurangi risiko investasi.
Jika kamu belum bisa menambah modal untuk investasi, bagilah bobot investasinya. Misalnya kamu menginvestasikan 100% modal untuk saham, bagilah pada beberapa produk investasi seperti 20% untuk emas, 20% untuk saham, 20% untuk deposito, dan seterusnya hingga mencapai modal yang dimiliki.
Jangan takut menghadapi resesi 2023. Isu tersebut merupakan prediksi dan belum terjadi. Tetapi, bisa jadi terealisasi kalau kita panik dan jadi emosi.
Jangan terburu-buru untuk menjual aset investasi yang kamu miliki. Kemungkinan Indonesia mengalami resesi sekitar 3%, artinya ada 97% cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan resesi tersebut!
Ririn Caesar
Keren tulisannya, Kang