Merencanakan masa pensiun bukan cuma urusan orang yang sudah mendekati usia tua. Justru semakin awal dipikirkan, semakin tenang menjalani hidup ke depan. Bagi karyawan swasta, dana pensiun sering kali jadi hal yang terlupakan, padahal kebutuhan hidup setelah pensiun tetap harus terpenuhi. Ada yang mengira nanti bisa santai-santai saja, padahal kalau tidak disiapkan dari sekarang, bisa-bisa malah repot sendiri di masa tua.
Merencanakan dana pensiun bukan soal berapa besar gajinya sekarang, tapi soal bagaimana mengatur penghasilan untuk masa depan. Dan, waktu berjalan terus. Pensiun bukan hanya soal berhenti kerja, tapi tentang tetap hidup nyaman tanpa bergantung pada siapa pun.
Buat karyawan swasta, ada beberapa kantor yang memang memberikan benefit khusus untuk dana pensiun, entah lewat BPJS Ketenagakerjaan atau program lain seperti DPLK. Nah, untuk memastikan, coba cek dulu ke bagian HR, apakah sudah terdaftar dan berapa yang sudah terkumpul.
Tapi jangan langsung tenang. Meskipun ada bantuan dari kantor, tetap penting buat hitung ulang. Apakah dana itu cukup untuk hidup setelah pensiun? Jangan-jangan malah masih kurang banyak.
Cara Merencanakan Dana Pensiun untuk Karyawan Swasta
Supaya bisa punya dana pensiun yang cukup, ada beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan sejak awal.
Setiap orang punya kebutuhan dan rencana hidup yang berbeda, jadi cara merencanakannya juga bisa disesuaikan. Tapi, ada langkah-langkah dasar yang bisa jadi panduan untuk mulai mengatur dana pensiun dengan lebih terarah. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan agar masa pensiun nanti berjalan sesuai harapan bagi karyawan swasta.
1. Tentukan Usia Pensiun yang Diinginkan
Langkah pertama ini kelihatannya simpel, tapi penting banget. Coba pikirkan, kapan ingin berhenti kerja?
Usia pensiun tiap orang bisa beda. Ada yang mau pensiun lebih cepat di usia 50, ada juga yang nyaman kerja sampai 60 tahun. Buat karyawan swasta, usia ini memang lebih fleksibel. Apalagi kalau punya skill langka, biasanya ya semakin lanjut.
Usia pensiun ini jadi dasar untuk menghitung berapa lama waktu yang tersedia untuk menabung. Semakin cepat pensiun, berarti waktu menabung lebih pendek, tapi masa pensiun jadi lebih panjang. Sebaliknya, kalau pensiun lebih lambat, waktu menabung lebih panjang, tapi masa menikmati pensiun lebih singkat.
Untuk merencanakankannya dengan baik, pilih usia yang realistis, sesuai dengan kondisi kerja dan kesehatan.
Baca juga: Investasi vs Tabungan: Mana yang Lebih Efektif untuk Dana Pensiun?
2. Hitung Kebutuhan Dana Pensiun
Setelah tahu mau pensiun kapan, sekarang waktunya hitung-hitung. Kira-kira, butuh berapa uang per bulan setelah pensiun?
Hitung biaya hidup seperti makan, listrik, air, transportasi, dan jangan lupa biaya kesehatan yang biasanya makin tinggi di usia tua. Misalnya, butuh Rp10 juta per bulan, berarti dalam setahun perlu Rp120 juta. Kalau pensiun selama 25 tahun, berarti total dana pensiun sekitar Rp3 miliar.
Angka ini masih kasar, tapi bisa kasih gambaran. Belum lagi harus memperhitungkan inflasi, karena harga kebutuhan akan naik dari tahun ke tahun.
3. Cek Sumber Dana Pensiun yang Sudah Ada
Mungkin sudah ada sumber dana pensiun yang otomatis dikumpulkan. Contohnya, Jaminan Hari Tua (JHT) dari BPJS Ketenagakerjaan. Yang ini, ada peraturan wajib termasuk buat perusahaan swasta. Jadi, seharusnya setiap pekerja punya.
Beberapa perusahaan juga ada yang ikut program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) secara mandiri. Atau bisa juga punya DPPK. Coba cek, berapa saldo yang sudah terkumpul sejauh ini.
Selain itu, hitung juga tabungan pribadi, deposito, atau investasi lain yang bisa dipakai nanti. Sumber-sumber ini akan mengurangi jumlah dana yang harus dikumpulkan sendiri. Semakin banyak sumber yang sudah ada, semakin ringan beban untuk menyiapkan sisanya.
4. Mulai Investasi untuk Dana Pensiun
Kalau sudah tahu berapa kebutuhan dana pensiun dan berapa yang sudah terkumpul, sekarang waktunya mulai investasi. Menabung saja sering tidak cukup karena nilainya bisa tergerus inflasi.
Pilih instrumen investasi yang sesuai, seperti reksa dana, saham, emas, atau properti. Kalau masih muda dan waktunya panjang, bisa ambil risiko lebih tinggi seperti saham. Tapi kalau sudah dekat pensiun, sebaiknya pilih yang lebih aman.
Yang penting, rutin menyisihkan sebagian penghasilan untuk dana pensiun setiap bulan. Konsisten lebih penting daripada besar kecilnya nominal.
5. Evaluasi dan Sesuaikan secara Berkala
Rencana yang sudah dibuat jangan dibiarkan begitu saja. Setiap 1 atau 2 tahun, coba cek lagi. Apakah ada perubahan pendapatan? Pengeluaran bertambah atau berkurang? Mungkin juga ada perubahan rencana hidup.
Kalau ada yang berubah, sesuaikan juga rencana dana pensiun. Mungkin perlu menambah investasi, atau mungkin sudah cukup. Intinya, jangan sampai rencana pensiun jadi usang karena tidak pernah diperbarui. Evaluasi rutin akan membantu tetap di jalur yang benar.
Baca juga: 7 Pertanyaan tentang Dana Pensiun yang Paling Banyak Ditanyakan Orang-Orang
Punya dana pensiun yang cukup bukan hal yang mustahil, asal disiapkan dengan baik sejak sekarang. Setiap langkah kecil yang dilakukan hari ini bisa berdampak besar di masa depan. Jangan tunggu nanti, karena waktu terus berjalan dan kebutuhan hidup tidak akan berhenti.
Meskipun masih bekerja dan merasa penghasilan cukup, tetap penting untuk mulai merencanakan. Dengan persiapan yang matang, masa pensiun bisa dinikmati dengan tenang, tanpa khawatir soal keuangan.
Mau tahu bagaimana merencanakan FIRE dan membangun aset 300 kali gaji dengan lebih detail? Kamu harus banget punya buku ini. Kamu bisa baca dan belajar secara fleksibel, dan dapatkan insight lebih detail mengenai konsep FIRE.
Sudah bisa dibeli di toko-toko buku di kota-kota besar di Indonesia! Get your copy now!
Jangan lupa untuk follow akun Instagram Dani Rachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang praktis dan bisa dipraktikkan sendiri. Juga berlangganan newsletter dengan melakukan registrasi di sini, yang akan dikirimkan setiap bulan berisi berbagai update dan tren di dunia keuangan. Jangan sampai ketinggalan berita!