Ya, begitulah. Sukanya mikir terlalu panjang, untuk satu hal penting. Giliran soal belanja flash sale aja, langsung gercep. Hadeh, kadang meskipun sudah di-self pukpuk dan menenangkan diri dengan kalimat, “Nggak papa telat. Yang penting sekarang sudah mulai!” Tapi ya tetep aja, ada rasa menyesal kenapa menunda investasi.
Oh well, sebenernya sih ya udahlah ya, yang penting sekarang kan sudah mulai. Tetapi, ada bagusnya juga nih kalau kita kasih beberapa hal akibat dari menunda investasi. Barangkali ada di antara kamu yang sekarang juga maju mundur nggak jelas untuk investasi juga. Dengan tahu apa akibatnya seperti yang berikut ini, semoga sih bisa membuatmu termotivasi untuk segera mulai, nggak usah nunggu lebih lama lagi.
Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat.
[toc]
Ini Akibat dari Menunda Investasi
1. Dana pendidikan anak telat dibuat
Gara-gara menunda investasi, sampai dengan sekarang ini, saya belum bisa mengamankan dana pendidikan kedua anak saya. Paling-paling ada baru untuk jenjang berikutnya saja, belum tuntas sampai selesai Strata-1, setidaknya.
Kemarin sempat menelusuri biaya masuk ke beberapa universitas negeri. Salah satu universitas negeri di Surabaya mematok uang masuk Rp100 juta sekian, sehingga kalau dihitung-hitung untuk sampai dengan lulus nanti, kita mesti menyediakan dana setidaknya Rp500 juta. Ini belum termasuk biaya hidup dan biaya tugas-tugas.
So, misalnya kita hitung untuk 6 tahun mendatang, dengan inflasi 15%, maka nantinya kalau anak saya masuk ke universitas yang sama akan butuh dana sekitar Rp231 juta, untuk uang masuk saja. Kalau mau dipersiapkan sampai selesai, berarti lebih sedikit dari Rp1 miliar.
*semaput*
2. Belum siap juga pensiun sampai sekarang
Berapa kebutuhan saya untuk bisa hidup sejahtera di masa pensiun? Yang pasti angkanya mengerikan!
Saya sebelumnya sih berencana untuk nggak pensiun lantaran saya sekarang sudah mengerjakan apa yang saya cintai banget. Pokoknya, saya mau lakuin ini sampai Tuhan nggak mengizinkan saya melakukannya lagi deh.
Cuma ya, kalau dipikir-pikir, kadang sekarang saja saya sering kepikiran untuk berhenti saja. LOL. Terutama kalau badan capek banget, ngadat, mood drop, atau kondisi lagi kurang nyaman. Of course saya nggak bisa melakukannya sekarang, karena masih ada kebutuhan penghasilan dan gara-gara saya menunda investasi.
Tapi, suatu hari nanti, ya masa saya nggak pensiun? Mungkin saja saya masih melakukan apa yang saya sukai, tapi penginnya ya sudah bukan karena ngejar setoran lagi. Saya melakukannya karena memang suka, yang bisa berhenti kapan pun saya pengin berhenti.
Tapi kapan? Entah. Karena, seenggaknya menurut perhitungan yang saya lakukan, seenggaknya saya mesti punya uang Rp3 miliar untuk bisa hidup sejahtera di masa pensiun nanti. Baru kerasa sekarang kalau portofolio saya masih tipis banget, yampun.
3. Nggak bisa jadi salah satu orang terkaya Indonesia secepatnya
Kemarin baru saja baca berita tentang meningkatnya jumlah orang kaya di Indonesia sebesar 61.69%, dari jumlah 106.215 orang di tahun 2019 menjadi 171.740 orang di tahun 2021. Mereka yang dikatakan kaya ini adalah yang memiliki net worth sebesar US$ 1 juta atau lebih. Sedangkan, yang net worth-nya US$100 juta atau lebih juga meningkat sebesar 22.29% YoY.
Ini merupakan data laporan dari Credit Suisse
Kok bisa? Padahal pandemi masih berlangsung. Seharusnya banyak yang terdampak secara ekonomi kan? Buktinya, banyak bisnis tersendat. Bahkan, Indonesia pun turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah sekarang. Kalah jauh dari Malaysia.
Misalnya saja seperti Budi Hartono yang pada 2021 ini kekayaannya melonjak lebih dari 50%, merupakan orang terkaya di Indonesia. Tahun 2020, bos Djarum tersebut memiliki kekayaan besih sebesar US$ 13,6 miliar, atau sekitar Rp 197 triliun. Kini nilainya meningkat menjadi US$ 20,5 miliar, atau sekitar Rp 296,10 triliun. Demikian pula dengan Michael Hartono yang kini menempati posisi kedua orang terkaya di Indonesia. Dia memiliki kekayaan yang naik 51,53% persen dari US$ 13 miliar di tahun 2020 menjadi US$ 19,7 miliar di tahun 2021.
Apa yang Menyebabkan Orang Kaya Makin Kaya di Tengah Pandemi?
Ternyata, salah satu penyebab mengapa jumlah orang kaya bisa bertambah adalah mereka tak hanya mengandalkan penghasilan dari satu pintu income saja, tetapi punya beberapa jenis stream. Tahu enggak, stream income mana yang konon menjadi stream terbesar bagi orang kaya? Betul sekali. Dari investasi.
Oh well, akibat menunda investasi akhirnya membuat saya tidak termasuk ke dalam daftar orang yang meningkat kekayaannya di tahun 2021. Wqwqwq.
Memang sih ada peningkatan aset yang saya punya sekarang, tapi itu saya dapat karena saya qerja qeras bagai quda, dan juga thanks to beberapa instrumen yang sudah saya miliki dan telah memberikan return positif meski masih tipis.
Tapi bayangkan jika saya sudah memulainya, let’s say, 20 tahun yang lalu, ketika saya mulai melangkah menjadi first jobber. Saya hitung pakai kalkulator investasi nih ya, kalau saya sudah mulai investasi di 20 tahun yang lalu, maka tahun ini investasi saya seharusnya setidaknya sudah senilai Rp672 juta. Bisa jadi lebih, kalau saya bisa meningkatkan proporsi pos investasi seiring meningkatnya pendapatan saya juga.
Hiks.
Menunda Investasi, Segera Mulai Sekarang
Itu dia beberapa akibat yang saya rasakan sekarang gara-gara saya menunda investasi. Ya sudahlah ya, kan nasi sudah jadi bubur, sekarang tinggal gimana caranya supaya tetap enak buburnya. Ditambah ayam suwir, kacang kedelai sangrai, daun bawang, dan kecap kali, biar jadi enak.
Nyatanya kita enggak sendirian kok. Konon, 40% populasi di dunia sekarang sedang menghadapi masalah yang sama, karena mereka telah menunda investasi.
Nggak apa terlambat, toh saya masih ada waktu untuk mengejar ketertinggalan. Meski berat, tapi ya let’s keep moving.
So, semangat juga buat kamu yang senasib sama saya sekarang. Seenggaknya masih dikasih waktu, yuk mari kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.