Buat yang ngerasa diombang-ambingkan oleh harga saham baru-baru ini, mana suaranya? Memang ya, sesuatu. Sejak negara api pandemi mulai menyerang, indeks harga saham gabungan, alias IHSG, bergerak begitu liar. Sehari menghijau, setengah hari membara, lalu tiba-tiba setengah hari berikutnya menghijau. Bahkan kadang pergerakannya berubah dalam hitungan jam.
Luar biasa sekali.
Bisa dibilang sih, saat-saat seperti ini adalah waktunya kamu yang berniat untuk menjadi trader saham diuji bener-bener, ya kan? Buat para value investing gimana? Ya, sama saja sih. Cuma kalau trader nunggu dan menganalisis kapan titik atas terjadi, untuk berpeluang cuan walau sedikit, sedangkan para value investor nunggu titik terbawah untuk bisa beli demi cuan.
Sebenarnya, apa sih yang bisa bikin indeks harga saham naik turun seperti ini? Hal ini perlu kamu ketahui lo, agar kamu bisa membaca situasi, dan akhirnya bisa memanfaatkannya demi mendapatkan manfaat teroptimal dari investasi saham.
Ini dia sebab-sebabnya.
[toc]
6 Penyebab Indeks Harga Saham Naik Turun
1. Kebijakan pemerintah
Boleh dibilang, inilah penyebab terbesar mengapa indeks harga saham di pasar modal setempat bergerak, baik naik ataupun turun. Bahkan ketika kebijakan itu masih berupa rumor atau wacana yang belum kelihatan hilalnya kapan direalisasi saja, biasanya sudah bikin efek pada pergerakan harga saham.
Beberapa kebijakan pemerintah yang biasanya kasih efek lumayan signifikan itu biasanya yang terkait dengan kebijakan investasi asing atau penanaman modal asing, kebijakan utang, kebijakan perseroan, dan kebijakan perdagangan luar negeri.
Buat trader, penting banget untuk selalu peka terhadap penyebab pergerakan saham satu ini. Kalau kamu piawai membaca situasi, hal ini bisa jadi salah satu “senjata mematikan” untuk mendapatkan cuan harian.
2. Ekonomi makro
Naik turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia, naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, hingga perubahan kebijakan The Feds—bank sentral Amerika—bisa jadi beberapa penyebab pergerakan indeks harga saham yang paling berpengaruh dari sisi ekonomi makro.
Bisa juga dari sisi nonfinansial, misalnya seperti meningkatnya angka pengangguran atau laju inflasi yang biasanya “mengekor” kalau ada pergolakan politik dan keamanan negara.
Kok bisa gitu sih? Padahal kayak suku bunga naik kan pengaruhnya ke pinjaman kredit bank, kok bikin harga saham naik turun?
Logikanya, ketika suku bunga naik, para investor akan memindahkan dana investasinya dari instrumen agresif ke deposito, karena akan lebih mendatangkan cuan bagi mereka. Akhirnya, karena banyaknya saham dilepas, nilainya pun turun. Begitu juga jika sebaliknya yang terjadi.
Nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing juga memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan indeks harga saham. Hal ini juga terjadi pada rupiah di Indonesia, terhadap dolar AS. Apalagi jika emitennya merupakan perusahaan yang punya beban utang dalam mata uang asing.
Begitu juga perusahaan yang basis bisnisnya adalah mengimpor produk tertentu. Saat rupiah melemah, mereka akan merugi lantaran beban operasional akan meningkat. Harga saham pun melemah.
Hal sebaliknya pun berlaku.
Sayangnya, hal ini juga sedikit banyak sulit diprediksi, karena naik turunnya nilai mata uang ini sendiri juga bisa disebabkan oleh banyak sekali faktor.
3. Isu-isu lainnya
Kalau ngomongin soal faktor-faktor eksternal yang bisa membuat indeks harga saham mengalami pergerakan itu memang nggak ada habisnya sih. Nilai saham itu memang kayak ABG yang lagi putus cinta; baperan dan sensi beud. Ada apa dikit, langsung reaktif.
Tapi kalau dilihat-lihat ya, ini ada kaitannya juga dengan sifat gampang takutnya kita. Emosian; gampang panik, tapi juga gampang seneng.
Misalnya saja kayak kasus Lapindo belasan tahun yang lalu, bisa bikin PGAS mengalami penurunan nilai saham lantaran investor panik bisnis PGN akan hancur. Kepanikan juga pernah terjadi di tahun 2008, ketika banyak pengamat memprediksikan kalau AS akan mengalami resesi parah, hingga menyebabkan indeks bursa dunia anjlok sampai 3 digit.
Di awal tahun 2020, kita juga mengalami kepanikan luar biasa, ketika satu per satu negara di dunia melakukan lockdown akibat penyebaran virus corona yang tak terkendalikan.
Hmmm, kepanikan apa lagi ya, yang pernah bikin indeks harga saham ikut kelojotan? Ada lagi yang kamu ingat? Tulis di kolom komen ya.
4. Manipulasi
Nah, kalau ngomongin soal ‘manipulasi’ kepikirannya pasti aksi jahat yang tidak bertanggung jawab. Ya, enggak salah sih kalau kepikirannya ke situ, karena memang sering terjadi freud juga di pasar saham.
Biasanya, ini dilakukan oleh para investor besar, juga mereka yang berperan sebagai bandar. Mereka punya beberapa trik yang biasa dilakukan untuk mengontrol harga saham yang ada di lantai bursa. Untuk apa mereka melakukannya? Ya, demi keuntungan mereka sendiri, baik itu atas nama pribadi mereka ataupun on behalf orang yang mempercayakan dananya untuk diinvestasikan.
Hal ini bisa menimbulkan kerugian pada orang lain loh. Makanya, BEI juga punya banyak aturan, dan juga sering banget ngasih sempritan sana-sini. Ya, apa lagi kalau bukan demi mencegah praktik-praktik manipulasi pasar saham seperti ini.
Tapi, kabar baiknya, manipulasi saham seperti ini biasanya enggak banyak berpengaruh bagi nilai saham milik emiten-emiten besar yang sahamnya masuk ke dalam list blue chip. Biasanya sih ‘gelombang’ yang ditimbulkan akibat manipulasi hanya berlaku buat saham-saham list bawah saja, yang memang rentan banget terembus isu sana-sini.
5. Aksi korporasi
Aksi korporasi di sini misalnya seperti adanya merger, akuisisi, right issue, stock split, hingga update pembagian dividen, yang akan dilakukan oleh emiten-emiten yang sahamnya diperdagangkan di bursa.
Kalau kamu perhatikan, perusahaan yang berencana untuk bagi-bagi dividen, biasanya nilai sahamnya akan naik menjelang cum dividen—yaitu tanggal akhir perdagangan dengan hak dividen.
Kamu mungkin juga sempat memperhatikan, ketika Disney mencaplok Fox, harga saham Disney juga meningkat tajam, karena orang-orang menaruh harapan pada perkembangan bisnis Disney ke depannya. Begitu juga ketika bank-bank syariah hendak dimerger tempo hari, harga saham BRIS meningkat sangat tajam.
6. Fundamental perusahaan
Fundamental perusahaan juga akan memengaruhi naik turunnya indeks harga saham. Misalnya seperti laporan keuangan emiten, tren dan prospek bisnis ke depan, kecenderungan perkembangan pasar, dan sebagainya.
Emiten dengan fundamental perusahaan yang bagus, harga saham akan tetap cenderung lebih stabil, meskipun ada isu dan berbagai pengaruh dari luar. Ya, kalaupun naik turun, mereka masih berada di top of list. Hampir enggak seberapa, dan kadang malahan jadi incaran para value investor lantaran pada berburu diskon.
Kinerja perusahaan dalam jangka panjang juga bisa memengaruhi pergerakan indeks harga saham, karena ini menjadi acuan utama investor ketika pertama hendak mengoleksi sahamnya. Beberapa rasio yang menjadi bahan acuan pertimbangan meliputi rasio utang, PBV, EPS, hingga kecenderungan revenue dan laba yang bisa diraih oleh perusahaan.
Kesimpulan
Itu dia 6 hal yang bisa menyebabkan indeks harga saham bergerak naik maupun turun. Jika kamu pengin mendapatkan cuan yang optimal dari investasi saham yang kamu lakukan, kamu harus banget paham mengenai hal ini. Karena dengan memahaminya, kamu bisa mengelola risiko dengan lebih baik, dan bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli ataupun melepas saham koleksimu.
Salam cuan!