Dampak pandemi virus corona atau COVID-19 ternyata panjang ya, bahkan semakin meluas dan jumlahnya terus meningkat, perekonomian dunia termasuk Indonesia juga melambat. Resesi ekonomi terjadi, meski sebagian besar—termasuk kita—sekarang sudah mulai recovery. Pertanyaannya: sampai kapan recovery-nya? Bisa jadi, prosesnya lebih panjang daripada saat resesi. Artinya, ketidakpastian belum kelihatan hilalnya sampai kapan berakhir. Jadi, apakah kamu sudah membangun dana darurat?
Ya. Seharusnya dengan keadaan seperti ini kamu berpikir ulang mengenai pengelolaan keuanganmu. Tak jarang, orang sering melupakan pentingnya antisipasi berbagai hal, termasuk tentang dana darurat.
Yuk, kita lihat serba-serbi dana darurat ini!
[toc]
Dana Darurat: Seberapa Penting?
Kebanyakan dari kita memang kurang antisipatif terhadap hal-hal yang datang tak terduga, sehingga kita abai, nggak mempersiapkan membangun dana darurat jauh-jauh hari. Sebenarnya membangun dana darurat ini nggak sulit lo. Namun butuh perencanaan dan kedisiplinan dalam melakukannya. Hal ini dikarenakan banyak kebutuhan lain yang juga harus dipenuhi. Jadi, istilahnya, duit yang enggak seberapa ini mesti dibagi-bagi ke banyak kebutuhan. Sebisa mungkin kan semua terpenuhi dengan baik.
So, butuhkan perencanaan yang matang terlebih dahulu.
Apalagi di saat kondisi ekonomi negara mengalami krisis seperti diserang wabah corona begini. Dampaknya ke mana-mana. Akhirnya, kita harus mengalami ketidakpastian yang cukup lama.
Namun, jangan sampai keadaan yang tidak pasti ini membuatmu tidak bisa membangun dan memiliki dana darurat. Dengan adanya dana darurat akan menjadikanmu financial safety net di tengah ketidakpastian akibat krisis ekonomi ini.
Nah, jika negara mengalami krisis, lantas langkah apa yang harus kita lakukan untuk menghadapinya? Lalu, sementara masih krisis begini, apakah masih memungkinkan jika kita membangun dana darurat? Sementara, ada kebutuhan lain yang lebih penting.
Jangan salah, dana darurat ini juga penting lo. Penting. Banget.
Mau membangun dana darurat di saat krisis? Bisa, harusnya. Cobain langkah-langkah berikut ini. Yuk, simak!
Membangun Dana Darurat di Tengah Krisis
1. Menentukan Jumlah Dana Darurat yang Dibutuhkan
Pertama kali yang harus kamu lakukan sebelum menetukan jumlah dana darurat yang kamu butuhkan adalah dengan mengetahui berapa biaya pengeluaranmu dalam satu bulan.
Di saat krisis ekonomi ini, besaran dana darurat terbagi atas dua golongan. Untuk kamu yang single disarankan memiliki dana darurat setidaknya 4 hingga 6 kali dari biaya pengeluaran rutin dalam satu bulan, dan untuk kamu yang sudah menikah disarankan memiliki 9 hingga 12 kali dari pengeluaran rutin dalam satu bulan. Itu yang ideal.
Duh, beurad! Banyak beud.
Ya, nggak harus langsung semua juga. Sedikit dulu nggak apa, yang penting ada dan setiap bulan konsisten.
2. Menggunakan Metode Penganggaran
Sebaiknya kamu menggunakan metode penganggaran 50/30/20. Hal ini dapat diartikan bahwa 50% pendapatan untuk kebutuhan pokok (need), seperti kebutuhan rumah tanggap, utilitas, dan makanan, 30% untuk keinginan (want), dan 20% untuk tujuan pribadi (saving), seperti menabung, investasi, dan melunasi utang.
Metode penganggaran 50/30/20 bisa berhasil jika kamu disiplin dan konsisten dalam pengaplikasiannya, ya. Kamu bisa memasukkan dana darurat di metode penganggaran 20%. Namun sebenarnya metode ini cukup fleksibel kok, tergantung dari kebutuhan setiap orang yang berbeda.
Nah, apakah proporsi ni sudah cocok dan tepat untuk kamu?
3. Membedakan Rekening Dana Darurat dengan Rekening untuk Kebutuhan Harian
Cara yang kedua adalah membedakan rekening dana darurat dengan rekening untuk kebutuhan harian.
Buatlah rekening khusus untuk dana darurat, supaya dana daruratmu tidak tercampur dan menghindari dana darurat dipakai untuk kegiatan konsumtif. Kamu juga bisa mencari institusi perbankan yang mempunyai biaya administrasi bulanan rendah dan bebas saldo minimal saat pertama kali membuka rekening.
Sebaiknya kamu menyimpan dana darurat di instrumen yang mudah dicairkan, seperti rekening bank, deposito, reksa dana pasar uang, dan emas.
4. Meminimalkan Pengeluaran
Dari catatan cash flow yang sudah kamu buat dan lakukan, kamu bisa menekan pengeluaran. Kamu juga bisa melakukan evaluasi cash flow setiap minggu atau bulan.
Carilah alternatif produk tertentu yang harganya lebih murah tanpa mengurangi manfaatnya. Istilahnya, cari barang substitusi. Jika kamu dapat memilih produk dengan bijak, maka kamu bisa terhindar dari sifat konsumtif.
5. Mengurangi Utang dan Segera Lunasi yang Tersisa
Di saat krisis eknomi, kita harus menyadari bahwa akan ada peluang kondisi ketika kita harus menjual aset-aset yang kita miliki karena terjerat utang ataupun kehilangan pekerjaan.
Agar terhindar dari hal ini, segeralah lunasi utang yang masih tersisa dan tekan beban utang semaksimal mungkin. Kamu dapat membayar utang yang mempunyai bunga tinggi terlebih dahulu. Hal ini dapat mengurangi beban biaya bunga yang harus kamu bayarkan dalam jangka panjang.
Banyak orang yang tidak menyangka terkena krisis ekonomi di masa pandemi seperti ini. Paling banyak dari mereka kesulitan membayar cicilan utang mereka. Cara alternatif yang bisa dilakukan adalah:
Meninjau kembali skema pembayaran utang
Hubungi bank atau lembaga keuangan untuk bertanya tentang program restrukturisasi jika memang ada. Pada umumnya mereka mempunyai program ini di masa krisis seperti saat ini, atau kamu juga bisa melakukan program refinancing.
Melakukan pembayaran minimal cicilan
Ini biasa dilakukan untuk utang yang mungkin bisa ditunda sementara waktu dan hanya membayar bunganya saja, misalnya seperti utang penggadaian.
Melunasi utang dengan aset
Kamu juga bisa menjual aset yang kamu miliki dan digunakan untuk menutup utang-utangmu.
6. Diversifikasi Aset yang Dimiliki
Memiliki aset atau kekayaan merupakan komponen yang tak kalah penting untuk menghadapi krisis ekonomi. So, cobalah untuk diversifikasi aset.
Cek aset yang sudah kamu punya, dan tinjau kembali aset mana yang tidak likuid dan bisa ubah menjadi aset yang likuid.
7. Jaga Kehatan untuk Menghindari Kebocoran Keuangan
Salah satu cara agar kamu bisa memiliki dana darurat adalah dengan menjaga kesehatan. Walaupun kita sudah ter-cover asuransi, namun pasti ada biaya obat yang tidak tercover dan kita harus mengeluarkan uang lebih untuk menebusnya. Pengeluaran inilah yang nantinya akan memengaruhi cash flow kamu.
Jaring penyelamat di saat krisis, selain dana darurat, adalah asuransi. Ini juga penting banget. So, apabila kamu belum mempunyai asuransi kesehatan dan jiwa, cobalah untuk mengajukannya. Sesuaikan biaya premi yang kamu bayarkan dengan kebutuhanmu.
Kesimpulan
Nah, itulah beberapa cara membangun dana darurat di masa krisis ekomi di saat pandemi ini. Enggak pengin kan kamu makin nambah utang? Yuk, cobalah membangun dana darurat dari sekarang, agar kamu terhindar dari utang di masa krisis.
Kamu juga bisa membangun dana darurat sekaligus memperbaiki gaya hidup, loh! Hal ini menunjukkan jika dana darurat berdampak lebih luas dalam hidup kita, bukan? Mulailah membangun dana darurat untuk hidup yang lebih bijak!
Semoga bermanfaat, ya.
No Responses