Yah, namanya juga manusia. Sudah biasa punya banyak mau, sayangnya sumber daya (baca: duit) juga pas-pasan. Mau dikasih penghasilan berapa pun—1 juta, 10 juta, sampai 100 juta—juga tetap saja nggak pernah merasa cukup. Kurang bersyukur? Bisa jadi. Tapi juga ada masalah lain: memang kita diharuskan untuk bisa menentukan prioritas keuangan.
Saat pemasukan dan pengeluaran nggak seimbang, maka saat itulah pasti kita akan mengalami masalah keuangan. Mau nggak mau ya harus diatur, terutama soal prioritas, agar semua kebutuhan bisa terpenuhi, baik kebutuhan di masa sekarang hingga kebutuhan di masa depan.
Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat.
[toc]
Mengapa Kita Harus Menentukan Prioritas?
Ya itu tadi, namanya manusia. Maunya banyak beud, sedangkan kadang nggak ngerasa aja kalau sebenernya nggak mampu. Duitnya sedikit, padahal kebutuhan banyak.
Ya kayak saya gini. Kebutuhan rasanya nggak pernah ada habisnya, bahkan itemnya saja selalu nambah dari bulan ke bulan. Godaan itu muncul terus, Esmeralda. Jadi, tanpa punya prioritas, jatah uang buat masa depan ya bisa kesabotase aja sendiri.
Sebagai seorang freelancer, penghasilan saya enggak tetap. Bahkan bisa dibilang, di setiap bulannya akan selalu ada saat-saat ketika saya khawatir tidak ada pemasukan sama sekali.
So, tanpa bisa menentukan prioritas dengan baik, keuangan saya pasti sakit banget deh.
Tapi, sebenernya nggak cuma itu aja juga sih. Menentukan prioritas dan kemudian menyusunnya, membuat kita dapat bikin rencana keuangan yang lebih terarah dan bijak. Selain itu, kita juga jadi bisa fokus pada hal-hal yang memang kita butuhkan. Pasalnya, saat kita sudah sadar bahwa kita punya banyak kebutuhan hingga ke masa depan, maka saat itulah kita sadar bahwa kita punya purpose in life.
Bukannya maruk, tapi pastinya kita pengin semua kebutuhan dipenuhi dengan baik. Tapi, yang bersifat mendesak dan akan menentukan baik buruknya hidup yang akan kita jalani, harus diutamakan.
Prioritas keuangan akan membuat hidup kita jadi lebih teratur dan hemat, hingga akhirnya kita bisa menjamin hidup kita sendiri akan lebih baik ke depannya.
So, inilah cara saya untuk menentukan prioritas.
Cara Menentukan Prioritas Keuangan
1. Sadar kemampuan
Ini yang harus disadari pertama kali. Kita mesti sadar diri—sadar bahwa duit kita tuh bukannya nggak ada habisnya, meski sekarang di tabungan juga sudah 200 juta lebih. Itu tuh belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kebutuhan kita ke depannya. Dua ratus juta itu mah kalau mau dipakai juga paling cuma dapat sekolah satu anak doang. Anak yang lain belum tercover.
Jadi harus sadar diri dulu, jangan halu!
Halu ini bahaya banget, soalnya; bisa bikin kita merasa sudah punya banyak duit, hingga mengaburkan banyak keperluan penting, dan digantikan oleh hal-hal remeh temeh yang nggak ada faedahnya dalam jangka panjang.
Jadi, sebelum menentukan prioritas, pastikan dulu kamu sadar diri dan nggak halu.
2. Buat daftar kebutuhan
Saya sendiri membaginya ke 2 kategori, yaitu kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang.
Daftar kebutuhan ini nggak bisa diselesaikan dalam sekali duduk, tetapi ini juga butuh proses. Pasalnya, kebutuhan itu kadang datangnya juga susul-menyusul. Ada yang belakangan muncul karena disebabkan oleh kebutuhan lain yang sudah terpenuhi.
Misalnya gini. Karena sekarang pandemi, kita lantas beranggapan jika ke kantor pakai motor sendiri tentu akan lebih aman ketimbang naik kendaraan umum. Maka, kita pun merencanakan untuk membeli motor, terlepas dari skema pembayaran apa pun. Singkat cerita, motor sudah di tangan, lantas muncullah kebutuhan yang lain. Mulai dari BBM, perawatan, hingga pajak tahunannya.
Nah, yang kayak gitu tuh, bisa banget memengaruhi daftar kebutuhan.
Jadi, pilahlah dalam kategori tertentu. Kalau saya sih, pakai dasar jangka waktu, biar sekalian kelihatan, mana yang lebih urgent dan mana yang bisa direncanakan sambil jalan. Daftar kebutuhan satu hingga dua tahun ke depan sudah pasti akan diprioritaskan. Sedangkan, yang lebih dari 2 – 3 tahun, bisa dibuat rencana keuangannya dengan menyesuaikan dengan kemampuan.
3. Tentukan mana kebutuhan, dan mana yang lebih mendesak
Ketika menyusun daftar untuk menentukan prioritas pertama kalinya, bisa jadi kita masih mencampuradukkan semua jenis kebutuhan, dan hanya dikategorikan berdasarkan waktu. Namun, ingat, bahwa ada satu faktor lagi yang juga penting untuk diperhatikan, yakni mana yang masuk kebutuhan primer, sekunder, dan akhirnya tersier.
Kebutuhan primer merupakan kebutuhan esensial yang wajib banget dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi, maka “hidup kita akan ada dalam bahaya”. Kebutuhan sekunder biasanya merupakan support untuk kebutuhan primer, yang sebenernya bisa saja enggak dipenuhi. Bikin kurang nyaman, tapi ya sudahlah ya. Tergantung kondisi saja nanti. Kepepetnya nggak usah juga nggak apa. Nah, kebutuhan tersier ini nih yang sebenarnya kalau misalnya nggak dipenuhi, kita tuh tetap yang baik-baik saja.
Misalnya begini. Ada daftar kebutuhan untuk cicilan KPR, ada juga kebutuhan renovasi rumah. Sudah pasti cicilan KPR harus diutamakan. Untuk renovasi rumah bisa juga dibuat daftar tersendiri. Misalnya, pintu pagar rusak, maka ini harus dibuat sebagai prioritas berikutnya setelah bayar KPR. Pengin ganti cat eksterior, bisa dibuat daftar berikutnya setelah memperbaiki pintu pagar yang penting banget buat keamanan rumah.
Kita bisa menentukan prioritas ini berdasarkan:
- Urgensi; mendesak enggak, penting enggak, bakalan mengganggu enggak kalau ditunda.
- Besarnya kebutuhan; mau yang kecil-kecil dulu atau yang nominal besar dulu.
- Melibatkan banyak orang atau tidak, misalnya terkait dengan keluarga besar, keluarga inti, atau diri sendiri.
Menentukan Prioritas: Siap untuk Perubahan Rencana
Setelah menentukan prioritas, mesti siap juga karena akan ada saat ketika kita harus beradaptasi dengan cepat terhadap situasi dan kondisi.
Kayak misalnya selama pandemi ini. Nggak pernah ada yang memprediksi hal seperti ini akan terjadi kan ya? Dengan demikian, kita juga harus mengubah prioritas hidup demi bisa survive melewati ujian yang sangat berat ini. Nggak apa, karenanya selalu bersiap untuk kemungkinan terburuk. Get the plan B, plan C, plan D, … to plan Z. And you always can get back to A.
Menentukan prioritas itu baik, tetapi kita juga perlu fleksibel. Memang menjengkelkan sih, terutama buat orang-orang yang slightly punya OCD terhadap rencana kayak saya. Mengubah prioritas dan membuat rencana baru is suck! Tapi, ya mau nggak mau harus dilakukan.
Kalau lagi down, ingat saja tujuan kita buat hidup. Semoga dengan begitu, kita termotivasi lagi untuk berjuang. Dan, ingat, pokoknya harus selalu siap untuk mengubah rencana.
Nah, itu dia cara saya menentukan prioritas keuangan supaya semua kebutuhan bisa terpenuhi dengan baik.
jufti
bermanfaat sekali, terima kasih atas sharing nya
dani
Sama-sama 🙂
Muhammad Afi Ramadhan
Much needed! Saya yg banyak maunya ini, juga bingung, mau nabung utk apa duluan ya, and this helps xD