Menjelang pernikahan, saya sudah ditanya oleh (calon) suami, “Mau bikin rekening bersama nggak?” Langsung saya jawab, “Enggak.”
Saya sempat (pura-pura tak) melihat sedikit kekagetan di mata (mantan) pacar saya itu, dan terus lanjutkan, “Saya masih pengin kerja, dan pengin pakai duit saya buat apa pun yang saya mau. Saya minta jatah saja, sebagai bentuk tanggung jawabmu terhadap saya dan anak-anak kelak. Selebihnya, percaya saja mau digunakan untuk apa, pasti buat kebaikan keluarga.”
Dan, demikianlah. Sampai dengan hari ini, saya enggak pernah punya rekening bersama dengan suami. Tabungan punya sendiri-sendiri; dana darurat, deposito, reksa dana, semua punya sendiri-sendiri. Hanya simpanan emasnya saja yang dia titipkan ke saya.
Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat.
[toc]
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Sebelumnya disclaimer lagi dulu: Bahwa sesungguhnya setiap rumah tangga adalah hak dari masing-masing pasangan mengenai bagaimana mengaturnya, termasuk soal keuangan. Saya memang nggak punya rekening bersama dengan suami, tetapi bukan berarti lantas yang punya rekening bersama itu pengelolaan keuangan rumah tangga yang nggak baik.
Seorang teman punya rekening bersama pasangannya. Menurut mereka, dengan punya rekening bersama, tujuan keuangan keluarga jadi lebih mudah tercapai karena dimonitor oleh 2 orang. Pengeluaran pun (katanya) lebih terkendali, karena lagi-lagi dimonitor oleh 2 orang.
Nah, kemudian saya memutuskan untuk enggak punya rekening bersama suami. Mengapa?
Alasan Saya Nggak Punya Rekening Bersama Suami
Menghindari Ribet
Kalau semua uang yang kami dapatkan disimpan dalam rekening bersama, maka akan ada kemungkinan keribetan hidup bertambah. Dengan kata lain, mesti siap rajin bikin anggaran dan laporan—yang mana saya sangat malas sekali membuatnya.
Saya harus mengajukan proposal kalau mau membelanjakan uang, begitu juga dengan suami. Terus, bikin laporan pertanggungjawaban juga. Memang sih, setiap transaksi pasti sudah tercatat juga dalam aplikasi ibanking yang digunakan, tapi kan ya tetep ya, mesti bilang dulu atau menjelaskan urgensi pembelanjaan sesuatu.
Ribet banget sih, dalam bayangan saya.
Menghindari pikiran negatif
Ya, ini mungkin memang sifat buruk saya sih yang suka overthinking. Sebenarnya, saya juga nggak masalah ketika suami memberi uang untuk keluarganya, saya pun begitu dan dia juga enggak mempermasalahkannya di awal.
Tetapi, saya melihat peluang, jika saya—terutama sih—melihat secara langsung pembelanjaan-pembelanjaan untuk keluarganya yang banyak, bisa jadi saya akan overthinking dan malah kepikiran aneh-aneh.
Jadi, akan lebih baik kalau saya tidak perlu memonitor langsung berapa suami harus mendukung keluarganya secara finansial, dan suami juga tak perlu melakukan hal yang sama pada saya. Pada praktiknya, hingga sekarang, saya tetap bilang pada suami kalau saya membeli sesuatu atau memberi dana untuk Ibuk. Begitu juga dengan suami, akan bilang ke saya kalau habis mengirim orang tuanya dana.
Dan, kami ternyata baik-baik saja dengan begitu. Saya enggak merasa kenapa-kenapa, dan saya rasa suami juga fine-fine saja (malah kadang bertanya, dia bisa nambah apa buat Ibuk).
Lebih menghargai privasi
Memang kalau sudah jadi suami istri, semua-mua mestilah menjadi tanggung jawab berdua. Namun, kami tetaplah merupakan individu yang terpisah, meskipun sudah disatukan dalam janji sehidup semati. Tsah.
Saya tetap butuh ruang sendiri, dan saya juga ingin memberikan suami ruang tersendiri.
Lagi pula, ya lucu nanti kalau misalkan pengin kirim-kirim hadiah pakai rekening bersama. Awkward banget saya bayanginnya. Hahaha.
Dengan begini juga, suami nggak perlu memalsu nota belanja kalau dia mau beli sesuatu kan? Saya sendiri juga dengan bebas mau membelanjakan uang saya untuk apa pun. Puji Tuhannya, sampai sekarang, kami nggak pernah aneh-aneh dengan belanja hal-hal di luar kebutuhan.
Alasan Mereka yang Punya Rekening Bersama
Lalu, apakah lantas yang memiliki rekening bersama itu buruk?
Nggak ya, saya enggak mencoba untuk beropini demikian di sini. Saya justru mau menunjukkan, bahwa punya rekening bersama atau apa pun pembagian perannya, semua pasti sudah dibicarakan oleh masing-masing pasangan. Pas kebetulan saja, saat ini saya bahas tentang ini, dan mau bilang aja—barangkali ada di luar sana yang masih galau soal keuangan keluarga—barangkali tulisan ini bisa menjadi bahan pertimbangan juga.
So, sebagai imbangan, berikut beberapa plusnya punya rekening bersama, as per pengamatan dan hasil dari sedikit interview dengan mereka yang punya rekening bersama.
Pengelolaan mudah
Menurut mereka yang punya rekening bersama, dengan begini, akan lebih mudah untuk memonitor kesehatan keuangan. Semua informasi bisa didapatkan di satu tempat; pemasukan dan pengeluaran lebih gampang dilihat dan dipantau. Misalkan ada yang di luar rencana, juga akan lebih mudah ditelusuri.
Kebetulan juga, salah satu pasangan yang memiliki rekening bersama merupakan keluarga yang penghasilannya berasal dari satu pintu, yang dikerjakan oleh suami dan istri bareng-bareng. Mereka punya bisnis yang dijalankan berdua. Dengan demikian, akan lebih mudah pengelolaannya bagi mereka ketika rekening bank disatukan.
Menjadi proyek bersama
Mereka yang memiliki rekening bersama menjadikannya sebagai proyek bareng-bareng. Misalnya, bangun dana darurat bareng, nabung buat DP rumah bareng, dan seterusnya. Tujuan keuangan keluarga buat mereka adalah proyek bersama, yang akan lebih mudah pengelolaannya ketika rekening tabungannya disatukan.
Nah, ini ada juga yang rekening tujuan keuangannya merupakan rekening kedua atau ketiga mereka, sedangkan masing-masing juga punya rekening sendiri-sendiri.
Keperluan perbankan
Rekening bersama bisa menghemat biaya administrasi. Bank biasanya memberlakukan batas minimal menyimpan uang, yang kalau di bawahnya maka tidak akan ada bunga sedangkan biaya administrasi akan jalan terus. Nah, rekening bersama bisa jadi alat buat “patungan” biaya administrasi dan tetap mendapatkan bunga meski minim.
Namun, harap dicatat. Jika nanti misalnya salah satu dari pasangan sudah enggak ada—karena satu dan lain sebab—maka pencairan rekening bersama juga akan lebih ribet.
Rekening Bersama: Yay or Nay?
Jadi, gimana? Mending punya rekening bersama atau sendiri-sendiri saja?
Ya, kembali lagi ke kebutuhan masing-masing dan juga kesepakatannya. Setiap rumah tangga dan keluarga kan punya kondisi dan prioritas tersendiri yang enggak bisa disamakan satu sama lain. Adalah tugas bagi masing-masing pasangan untuk menentukan dan menyesuaikan antara kebutuhan dan apa yang bisa menjadi solusi bagi kebutuhannya tersebut.
Setiap keputusan dan pilihan akan ada plus minus masing-masing. Demikian juga dengan keputusan untuk punya rekening bersama pasangan atau tetap memiliki sendiri-sendiri. Bahkan kamu juga bisa memiliki sekaligus rekening bersama dan rekening sendiri-sendiri. Sekali lagi, semua tergantung kebutuhan.