Tiongkok dan Taiwan bersitegang, sementara Ukraina dan Rusia belum beres juga masalahnya. Amerika Serikat—technically—sudah masuk jurang resesi ekonomi, sementara beberapa negara ASEAN juga melesat inflasinya. Krisis energi dan pangan melanda, bikin ketar-ketir.
Hadeh, begitu banyak masalah sedang terjadi di bumi ini. Terus, gimana nih investasi kita? Mesti berhenti, atau bisa lanjut?
Yuk, kita bahas!
[toc]
Resesi Ekonomi Mengancam Bumi
Inflasi di Amerika Serikat dilaporkan berada di level tertinggi setelah 40 tahun. Untuk mengendalikannya, The Fed pun menaikkan suku bunga secara agresif, menjadi yang tertinggi juga selama ini. Harga minyak dan gas dunia juga melesat tak terbendung. Saham-saham unggulan begitu volatile, bahkan yang kemarin jadi favorit bisa ARB berkali-kali. Cryptocurrency mengalami musim dingin berkepanjangan.
Sejumlah negara telah masuk ke jurang resesi ekonomi, bahkan ada pemerintah negara yang sudah menyatakan diri bangkrut.
Indonesia sendiri sempat diprediksi menjadi salah satu negara yang bakalan mengalami resesi, menurut survei dan penelitian Bloomberg dengan angka 3%. Dalam survei yang sama, Sri Lanka menjadi negara tertinggi risiko mengalami resesi dengan angka 85%, menyusul New Zealand dengan 33%, kemudian Korea Selatan dan Jepang yang sama-sama 25%. Indonesia sendiri berada di peringkat ke-14 dari 15 negara.
Artinya, indikator ekonomi masih Indonesia jauh lebih baik dari negara-negara lain yang peringkatnya di atas Indonesia dalam survei tersebut. Begitu penjelasan Ibu Sri Mulyani.
However, resesi ekonomi tidak berlangsung selamanya. Menurut Lindsey Bell, seorang ahli strategi keuangan dari AS, rata-rata resesi berlangsung dalam 11 bulan. Bahkan, resesi akibat pandemi tahun 2020 merupakan resesi terpendek, karena hanya berlangsung selama 3 bulan.
Jadi, kita harus bagaimana nih terkait investasi di masa resesi?
Investasi di Masa Resesi
Resesi ekonomi bisa terjadi kapan pun, tanpa bisa ditebak. Berapa lama akan berlangsung? Enggak pernah ada jawaban yang pasti. Toh, dalam sejarah, ada juga krisis ekonomi yang bahkan pernah terjadi selama bertahun-tahun.
Jadi, mari kita lakukan beberapa hal berikut ini agar tetap survive.
1. Jangan panik
Yang pertama harus dilakukan adalah tetap tenang.
Mungkin kamu sudah mengikuti berita, bahwa pasar-pasar modal di dunia banyak yang rontok mengikuti krisis ekonomi yang datang dan melanda berbagai negara. Anthony Saglimbene, seorang ahli strategi pasar modal berkata, bahwa durasi rata-rata bearish market adalah kira-kira 418 hari.
So, meski pasar saham sedang turun—yang pasti menyebabkan nilai portofolio kamu juga menurun, tapi dalam sejarah, pasar modal akan rebound begitu resesi berlalu.
Jadi, tak perlu panik, karena eventually, semua akan balik seperti semula nantinya.
2. Pilih produk dengan bijak
Clue utama adalah pilih produk yang bisa melayani kebutuhan untuk mencapai tujuan keuangan.
Di pasar modal sendiri, dalam situasi resesi, akan banyak investor yang cenderung menarik dana dari pasar. Pasalnya, tren saham juga akan menurun selama resesi. Hal ini memang benar, tetapi ingat fakta, bahwa resesi akan berakhir dan pasar saham akan rebound. So, saat pasar turun, ini adalah kesempatanmu untuk mendapatkan saham-saham mahal dengan harga murah aka diskon.
So, pastikan kamu memilih saham yang berpotensi rebound tinggi, seperti core stock atau blue chip, yang mampu bertahan dalam situasi krisis. Salah satunya adalah memilih saham yang bergerak pada consumer goods atau perbankan.
Selain core stock dan blue chip, kamu juga bisa memilih saham yang royal dalam memberikan dividen. Dengan begini, kamu bisa mendapatkan penghasilan pasif secara rutin, tergantung kepemilkan sahammu tentunya.
Kalau bingung yang mana, kamu bisa cek ke website resmi Bursa Efek Indonesia, dan unduh fact sheet index IDX High Dividend.
3. Disiplin
Saat ancaman resesi ekonomi datang, mulailah untuk rutin menabung dan berinvestasi pada instrumen sesuai profil risiko dan kemampuan. Enggak perlu terlalu banyak instrumen, tetapi disiplinlah pada satu atau dua jenis portofolio, tapi pastikan profitable dengan risiko yang bisa ditekan sebisa mungkin.
Berinvestasi dan menabung secara disiplin, sesuai rencana keuangan yang sudah ditentukan. Lakukan investasi dan menabung ini di awal bulan, atau segera setelah kamu menerima penghasilan, agar tak hanya bisa menyisihkan uang sisa belanja. Pasalnya, uang belanja tidak akan pernah bersisa.
Pilihan Instrumen Investasi saat Resesi Ekonomi
Bisa jadi, memilih instrumen investasi ini cukup tricky. Buat kamu yang sudah mulai investasi beberapa tahun yang lalu, asalkan kamu sudah cukup melakukan analisis, kamu bisa melanjutkan apa yang kamu mulai. Namun, jika kamu baru mulai investasi sekarang, berikut beberapa pilihan instrumen yang bisa dipertimbangkan.
Investasi Saham
Investasi di pasar saham tetap akan jadi pilihan yang baik, meskipun resesi ekonomi datang. Namun, syaratnya, kamu harus memilih saham yang tepat. Beberapa sektor memang cukup tahan banting terhadap resesi, sementara yang lain bisa saja terguling. So, kamu bisa cek, terutama dari data historis. Pergerakan harga saham saat resesi akibat pandemi tahun 2020 bisa jadi acuan.
Saat ini, kondisi memang sedang tidak baik-baik saja. Harga saham memang bisa jadi turun nilainya. Tetapi, ketika ekonomi sudah kembali pulih, kamu akan memiliki potensi keuntungan berlipat. Tentu saja, kalau kamu memilih saham yang tepat. Kalau enggak? Ya bisa jadi sih, perusahaannya malah terdampak resesi dan bangkrut. Ouch.
Reksa Dana
Reksa dana merupakan instrumen investasi yang terbukti cukup tahan banting kala kita mengalami resesi ekonomi akibat pandemi kemarin.
Kamu bisa lihat nih, dalam grafik yang diambil dari situs Bisnis.com di atas. Dalam kondisi resesi akibat pandemi kemarin, reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap masih bertumbuh positif, sementara IHSG anjlok.
Obligasi
Obligasi, terutama obligasi negara, bisa banget menjadi salah satu opsi instrumen investasi yang oke saat resesi ekonomi terjadi. Instrumen ini relatif aman dibandingkan instrumen yang lain, karena dijamin oleh negara dengan undang-undang. Dalam sejarah, belum pernah negara gagal bayar utang kepada warga negaranya.
Kuponnya bisa kamu terima setiap bulan, sehingga seakan-akan kamu mendapatkan penghasilan rutin sampai dengan jatuh tempo tiba. Besarnya tentu saja sesuai dengan besaran investasi yang kamu lakukan. Semakin besar modal investasimu, semakin besar pula kupon yang akan kamu terima.
Logam Mulia
Dan, tentu saja, saat dunia sedang tidak baik-baik saja, maka instrumen logam mulia alias emas pasti akan moncer.
Namun, untuk bisa meraih keuntungan dari emas, maka kamu harus membelinya jauh sebelum resesi terjadi. Kalau kamu baru membeli saat menjelang resesi, bisa jadi harganya sudah mahal, sehingga keuntungan akan sulit untuk didapat.
So, kalau memang kamu ingin punya instrumen penjaga nilai aset, miliki emas sebelum resesi terjadi. Saat resesi, asetmu ini bisa menjadi pegangan atau dana darurat yang bisa dicairkan jika dibutuhkan.
Kesimpulan
Indonesia bakalan masuk resesi ekonomi ataupun tidak, enggak salahnya kalau kita selalu bersikap hati-hati terutama dalam hal keuangan.
Investasi harus tetap dilakukan, baik saat kondisi sedang baik-baik saja, maupun saat resesi ekonomi terjadi. Kita hanya perlu mengubah prioritas. Dikurangi boleh, sesuai kondisi dan kemampuan, tetapi kalau kita menyerah investasi saat resesi, bisa jadi saat itu pula kita sudah menggagalkan rencana keuangan kita sendiri.
Semoga kondisi segera membaik ya. Dan, kita juga bisa sesegera mungkin untuk bebas finansial. So, enggak perlu pusing lagi dengan mau resesi atau enggak.