Beberapa waktu yang lalu, terlihat beberapa saham bluechip mengalami koreksi yang cukup dalam. Hal ini diduga karena efek libur panjang Lebaran 2024 sehingga ada lagging sentimen. Sementara itu, juga diduga karena efek profit taking beberapa investor raksasa.
Memang, seiring waktu, indeks harga tetap bergerak. Meskipun tidak sedalam sesaat setelah libur Lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan turun 15,49 poin atau 0,22% ke level 7.083,76 pada penutupan perdagangan pada tanggal 14 Mei 2024 lalu.
Banyak yang menyebutkan, bahwa penurunan ini salah satunya karena konflik yang semakin memanas di Timur Tengah, ketika tentara Israel terus melakukan serangan di Jalur Gaza, Palestina.
Penyebab Saham Turun Harga
Jika mengutip dari situs OJK, harga saham memang bersifat fluktuatif, mirip dengan harga barang atau komoditi di pasar. Dinamika pasar inilah yang menarik minat investor.
Dalam teori ekonomi, fluktuasi harga saham adalah hal yang normal, dipengaruhi oleh dinamika penawaran dan permintaan. Harga naik ketika permintaan tinggi, dan turun ketika penawaran meningkat.
Ada beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, yang dapat memengaruhi harga saham.
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal mencakup kondisi fundamental ekonomi makro seperti suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral, fluktuasi kurs mata uang, kebijakan pemerintah, berita yang memicu panik, dan manipulasi pasar.
Misalnya, jika suku bunga naik, bisa mendorong investor mengalihkan dana ke deposito yang menghasilkan lebih banyak. Atau, bisa juga meningkatkan beban biaya bagi perusahaan yang berutang. Keduanya bisa menurunkan harga saham.
2. Faktor Internal
Faktor internal meliputi kinerja dasar perusahaan, aksi korporasi seperti akuisisi atau merger, dan proyeksi kinerja perusahaan. Dividen yang ditawarkan, tingkat utang, dan laba perusahaan adalah beberapa faktor yang juga dapat memengaruhi tren harga saham.
Saham dari perusahaan dengan fundamental kuat cenderung naik, sementara yang lemah cenderung turun.
Baca juga: Bagaimana Cara Investasi Saham dengan Risiko Minimal?
Saat ini sendiri, ada beberapa penyebab saham turun harga. Yang pertama, saat libur panjang Lebaran di Indonesia, IHSG mengalami penekanan akibat sentimen negatif global, termasuk kekacauan di Timur Tengah dan kenaikan inflasi di Amerika Serikat. Eskalasi konflik di Timur Tengah terjadi setelah Iran menyerang Israel dengan drone dan rudal, sebagai balasan atas serangan Israel ke konsulat Iran di Suriah.
Konflik ini menimbulkan kekhawatiran di pasar keuangan global, termasuk di Indonesia yang baru buka setelah liburan. Konflik ini disebut berpotensi memperluas dampaknya pada berbagai sektor, seperti penerbangan dan harga komoditas, dan meningkatkan inflasi global.
Di sisi lain, inflasi di Amerika Serikat sudah menunjukkan peningkatan sebelumnya, dengan indeks harga naik menjadi 3,5% pada Maret dari 3,2% di bulan Februari. Data ekonomi lain dari Amerika juga mengindikasikan bahwa ekonomi masih panas, termasuk penjualan ritel yang melampaui ekspektasi.
Kondisi ekonomi yang masih panas di Amerika, ditambah dengan eskalasi konflik, membuat pasar pesimis terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Alat prediksi pasar CME Fedwatch Tool mencatat probabilitas pemangkasan suku bunga yang sangat rendah. Jika situasi ini berlanjut, inflasi global mungkin sulit turun, dan ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga bisa memudar.
Tip Investasi saat Saham Bluechip Simpanan Turun
Jika saham bluechip yang kamu simpan mengalami penurunan, ada beberapa langkah yang bisa kamu pertimbangkan.
1. Evaluasi Penyebab Penurunan
Pertama-tama, penting untuk mengetahui penyebab dari penurunan tersebut. Apakah itu karena kondisi pasar secara keseluruhan, atau ada masalah khusus dengan perusahaan tersebut? Informasi ini dapat membantu kamu untuk membuat keputusan yang tepat.
2. Review Ulang Investasi
Periksa kembali alasan mengapa kamu memilih saham tersebut. Seperti kata David Lynch, “Know what you own, and know why you own it”
Apakah fundamental perusahaan masih kuat? Apakah perusahaan masih sejalan dengan tujuan investasi kamu untuk jangka panjang?
3. Berpikir Jangka Panjang
Saham bluechip biasanya dipilih sebagai instrumen investasi jangka panjang karena stabilitas dan keandalan perusahaan-perusahaan besar. Penurunan jangka pendek bisa jadi bukan merupakan masalah besar jika prospek jangka panjangnya masih baik.
4. Diversifikasi Portofolio
Jika portofolio yang kamu miliki saat ini terlalu terkonsentrasi pada beberapa saham besar saja, mungkin ini waktu yang baik untuk mempertimbangkan diversifikasi agar risiko bisa lebih tersebar. Lakukan riset dan analisis mendalam, dengan mempertimbangkan segala aspek. Terutama aspek kebutuhan dan tujuan investasimu.
5. Tetap atau Jual?
Terakhir, setelah melakukan evaluasi, kamu bisa memilih untuk tetap menyimpan saham tersebut jika sudah benar-benar yakin dengan prospeknya. Atau, bisa jadi pilihan yang lain; menjualnya jika kamu memprediksi akan ada lebih banyak kerugian di masa depan.
Setiap keputusan harus didasarkan pada analisis menyeluruh dan pemahaman tentang toleransi risiko serta tujuan keuangan kamu.
Strategi Investasi Dollar Cost Averaging
Dollar Cost Averaging (DCA) merupakan strategi investasi yang efektif, terutama ketika harga saham bluechip mengalami penurunan.
Strategi ini memungkinkan investor untuk menginvestasikan sejumlah uang yang tetap secara berkala, seperti bulanan atau kuartalan, tanpa mempertimbangkan tinggi rendahnya harga saham pada saat itu. Hal ini memungkinkan pembelian lebih banyak saham ketika harga rendah dan lebih sedikit ketika harga tinggi, secara efektif menurunkan harga rata-rata per saham seiring waktu.
Strategi ini sangat cocok di pasar yang volatil, membantu mengurangi risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan jangka panjang tanpa perlu memprediksi pergerakan pasar.
Berikut step by step metode dollar cost averaging yang bisa dilakukan.
1. Tentukan Jumlah Investasi
Pilih jumlah uang yang ingin diinvestasikan secara berkala, misalnya setiap bulan. Jumlah ini harus sesuai dengan anggaran keuangan tanpa mengganggu kebutuhan dasar lainnya.
Biasanya, para ahli keuangan menyarankan minimal 10% dari penghasilan langsung dialokasikan untuk tabungan dan investasi di awal kamu gajian. Dari 10% ini, kamu bisa membaginya lagi ke dalam beberapa persentase alokasi sesuai instrumen yang kamu manfaatkan, salah satunya ke saham.
Sisihkan di awal, jangan investasi dari uang sisa. Karena, tidak akan pernah ada uang sisa.
2. Pilih Interval Waktu
Tentukan frekuensi investasi. Misalnya sebulan sekali, atau bisa juga kuartalan dengan jumlah yang sudah ditentukan.
Interval yang teratur penting untuk memaksimalkan efektivitas DCA.
3. Pilih Aset Investasi
Pilih aset yang ingin dibeli secara berkala. Saham bluechip atau reksa dana adalah pilihan populer karena umumnya memiliki risiko relatif lebih rendah dan performa yang stabil dalam jangka panjang.
4. Buka Rekening Broker
Daftar di sebuah platform investasi atau broker yang tepercaya. Pastikan broker tersebut menawarkan fasilitas auto-debit untuk investasi berkala, yang memudahkan proses DCA.
5. Atur Pembelian Otomatis
Atur pembelian otomatis untuk aset yang dipilih sesuai dengan jumlah dan interval waktu yang sudah ditentukan. Ini memastikan bahwa investasi dilakukan secara konsisten tanpa perlu intervensi manual. Supaya kamu enggak beralasan lupa, atau uangnya kepakai.
6. Pantau dan Sesuaikan
Sesekali, review portofolio untuk memastikan bahwa investasi masih sesuai dengan tujuan keuangan jangka panjang. Sesuaikan jumlah investasi atau frekuensi jika keadaan keuangan berubah.
7. Ulangi Proses
Teruskan proses ini selama periode investasi yang diinginkan, menyesuaikan rencana sesuai dengan perubahan pasar atau tujuan pribadi.
Mengikuti langkah-langkah ini dapat membantu meminimalkan risiko sambil secara bertahap membangun investasi dalam pasar yang tidak dapat diprediksi. Metode DCA adalah cara yang efektif dan relatif mudah untuk memulai dan memelihara kebiasaan investasi.
Saham bluechip yang turun memang bisa menimbulkan kekhawatiran, tetapi dengan strategi yang tepat, seperti Dollar Cost Averaging, risiko kerugian dapat diminimalkan. Memahami dan menerapkan pendekatan yang sabar serta berdasar analisis akan membantu dalam mengelola investasi saham bluechip untuk jangka panjang.
Baca juga: Investasi di Pasar Saham untuk Bisa Menjalani Gaya Hidup FIRE
Mau tahu bagaimana merencanakan FIRE dan membangun aset 300 kali gaji dengan lebih detail? Kamu harus banget punya buku ini. Kamu bisa baca dan belajar secara fleksibel, dan dapatkan insight lebih detail mengenai konsep FIRE.
Sudah bisa dibeli di toko-toko buku di kota-kota besar di Indonesia! Get your copy now!
Jangan lupa untuk follow akun Instagram Dani Rachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang praktis dan bisa dipraktikkan sendiri. Juga berlangganan newsletter dengan melakukan registrasi di sini, yang akan dikirimkan setiap bulan berisi berbagai update dan tren di dunia keuangan. Jangan sampai ketinggalan berita!