Suami tidak bekerja itu semacam aib kalau di Indonesia. Pokoknya, jadi masalah yang serius banget sampai-sampai harus dibahas sampai tingkat arisan RT, RW, sampai kelurahan dan antarplanet.
Aib! Aib besar!
Tak hanya datang dari eksternal, kadang faktor internal juga terusik sih. Umumnya, ego suami pastilah terganggu—yang kalau dipikir-pikir, ego itu terbentuk ya karena stigma dari luar sih. Bener nggak?
Yuk, kita bahas!
[toc]
Suami Tak Bekerja, Istri Harus Apa?
Ya begitulah, masalahnya di Indonesia itu, urusan satu orang (atau satu rumah tangga) bisa jadi urusan orang sekomplek. Melihat suami tidak bekerja, pasti minimal akan ditanyakan oleh tetangga. Rese memang, tapi mau gimana lagi? Kita bicara soal fakta.
Padahal, penyebab suami tidak bekerja itu ada banyak lo, dan enggak semua negatif. Bisa saja alasan kesehatan, atau mungkin kena PHK. Ya masa mau nyalahin orang sakit atau kena PHK kan? Misalnya sebagai istri, ya pasti akan segera gercep mengambil alih tugas.
Perbedaan Upah
Tapi, masalahnya, permasalahan ini enggak hanya sampai di sini saja. Yang pasti, soal keuangan kudu diatur lagi. Mau nggak mau kita harus melek dan lihat realita, bahwa gap upah antara pekerja perempuan dan laki-laki itu masih ada di Indonesia. Coba cek data dari BPS yang dikemas oleh Databoks Katadata ini.
Dari mulai usaha jasa sampai level kepemimpinan, semua ada persentase gapnya. Bukan sekadar feminis, tapi artinya, kalau perempuan bekerja, penghasilannya ya bisa jadi enggak akan sebanyak laki-laki yang bekerja. So, memang harus kerja keras.
Nah, ini harus disadari oleh pasangan. Artinya, istri boleh saja ambil alih tugas menjadi tulang punggung, tapi suami ya harus paham akan kelebihan dan kekurangan jika seorang perempuan bekerja. Kudu sama-sama, terutama soal keuangan dan peran dalam keluarga.
Ego
Dalam hal ini, ego suami dan istri juga sama-sama akan terganggu.
Dari sisi suami, egonya terusik karena mungkin akan timbul rasa iri melihat istrinya lebih maju. Merasa tersaingi, bahkan sampai-sampai merasa harga dirinya turun, hingga akhirnya merasa tak dibutuhkan lagi.
Sementara istri jika harus bekerja menggantikan peran suami bisa saja lantas muncul rasa bersalah juga di hati karena meninggalkan anak-anak. Merasa tertinggal perkembangan dan pertumbuhan anak itu hal yang cukup menyakitkan lo buat seorang ibu.
So, komunikasi yang baik harus terus dijaga. Pahami alasan suami tidak bekerja, dan jika istri memang ikhlas, lakukan kesepakatan tentang peran dalam keluarga ini. Jika masih ada harapan, berikan suami kesempatan untuk membangun kariernya lagi.
Ingat, bahwa dalam rumah tangga, seharusnya suami dan istri adalah partner hidup, bukan soal siapa berperan lebih dari siapa.
Gaya hidup
Belum lagi soal kalau sebelumnya sempat punya gaya hidup yang enak, bisa saja lantas kebanting kan? Njomplang.
Tiba-tiba rencana keuangan buyar semua. Tujuan keuangan kudu dievaluasi dan disusun ulang lagi prioritasnya.
Namun sebenarnya perubahan seperti ini akan selalu terjadi ke depannya. Dan, rencana keuangan memang harus selalu disesuaikan. Perubahan rencana keuangan itu hal biasa, malahan bisa jadi rutin, karena kita harus beradaptasi.
Masalahnya, kadang ada yang terlalu nyaman dan enggan beradaptasi. Nah, itu bisa jadi penyebab munculnya masalah lain yang besar.
Atur Keuangan Keluarga Saat Suami Tidak Bekerja Lagi
Jaga cash flow tetap positif
Yuk, lakukan pemeriksaan terhadap kondisi keuangan saat ini dulu. Saat suami tidak bekerja lagi dan mengandalkan penghasilan istri, berapa pemasukan yang bisa diharapkan ada setiap bulannya? Adakah aset lain yang mungkin juga meng-generate penghasilan?
Lalu buat anggaran dengan memperhatikan skala prioritasnya. Cicilan utang dan pemenuhan kebutuhan pokok adalah prioritas utama. Yang lain, sesuaikan dengan kemampuan. Apalagi yang bersifat keinginan belaka, bisa diturunkan prioritasnya—kalau perlu ditunda saja.
Jika memang belum memungkinkan, tunda saja investasinya. Jika income-nya memang belum memungkinkan, investasi juga percuma. Bisa enggak harus mencairkan investasi yang sudah ada saja mungkin sudah sujud syukur, ya nggak sih?
Ajukan restrukturisasi utang, jika perlu, dan hindari membuat utang baru selama kondisi belum stabil lagi.
Jika sebelumnya suami istri bekerja, dengan suami tidak bekerja lagi, maka sudah pasti pendapatan berkurang. Pengeluaran rutin harus disesuaikan. Jangan sampai cash flow menjadi negatif.
Potong pengeluaran yang tidak penting. Turunkan gaya hidup, enggak usah gengsi.
Buat perencanaan keuangan yang baru. Coba simak artikel tentang contoh perencanaan keuangan pribadi ini kalau mau lebih jelas ya.
Amankan dana darurat
Keluarga yang harus hidup dengan satu penghasilan punya risiko keuangan yang lebih tinggi. Apalagi kalau nafkah yang didapatkan sifatnya tidak tetap atau tidak stabil. Atau mungkin punya risiko tinggi.
So, dana darurat harus benar-benar diamankan. Jika memang memungkinkan, tambahlah nominalnya. Kalau tadinya dana darurat 6 bulan pengeluaran cukup, mungkin bisa ditambah menjadi 9 bulan.
Tapi ini memang PR besar sih, karena dengan demikian kudu rela lebih keras berusaha dan berhemat lagi.
Miliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa
Asuransi jiwa wajib dimiliki oleh si tulang punggung keluarga. Jika istri yang akan diandalkan sebagai pencari nafkah, maka pastikan ia dilindungi oleh asuransi jiwa.
Sementara, setiap anggota keluarga wajib punya asuransi kesehatan, mulai dari pasangan, anak-anak, hingga orang tua kalau mereka juga menjadi tanggungan keluarga. Bahkan, kalau memang ada ART, pastikan dia juga punya asuransi kesehatan yang cukup. Karena, ketika dia sakit, kan kita sebagai pemberi kerja yang harus menanggung risiko keuangannya.
Meski iurannya dinaikkan, tapi BPJS Kesehatan tetap punya premi yang paling terjangkau dengan coverage yang sangat lengkap. Tapi, kalau memang dibutuhkan, kamu bisa menambah dengan asuransi kesehatan swasta yang sesuai.
Miliki sumber penghasilan alternatif
Tergantung pada kondisi, kamu dan pasangan bisa mencari sumber penghasian alternatif. Mungkin yang bisa dilakukan sembari di rumah secara online.
Misalnya suami tidak bekerja di kantor lagi, bisa mencari jenis-jenis pekerjaan lepas seperti desain, programming, dan sebagainya. Kalau perlu menambah skill ya bisa dipertimbangkan, yang sekiranya bisa mendukung ikhtiar ini.
Atau mungkin bisa mencoba berbisnis berdua. Sesuatu yang bisa dilakukan berdua, saat suami di rumah atau istri sudah selesai jam kantor. Bisnis apa? Nah, silakan didiskusikan.
Jalani berdua, kesepakatan berdua
Last but not least, apa yang ada di dalam rumah, biar saja tetap berada di rumah. Omongan orang di luar rumah tak begitu berarti, enggak akan mengubah apa pun karena mereka enggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Betul? So, tetap bersepakat berdua, dan berkomitmenlah dengan kesepakatan tersebut.
Komunikasi jadi hal yang sangat penting. Dengan komunikasi yang lancar, masalah apa pun akan jadi lebih mudah untuk dicari solusinya.
Nah, itulah beberapa hal penting yang bisa dilakukan terkait pengelolaan keuangan dan tetek bengeknya ketika suami tidak bekerja lagi. Semoga ke depannya menjadi lebih ringan ya, buatmu dan keluarga.