Corona memang luar biasa sekali “jasanya”. Selain memperkenalkan kita tentang situasi new normal yang sekarang berlangsung, virus ganas ini juga memperkenalkan banyak hal baru. Salah satunya, investasi bitcoin.
Sebenarnya, bitcoin sendiri sudah muncul dan diperkenalkan cukup lama sebelum ini. Saya ingat betul, pertama kali ketika heboh malware atau ransomware bernama WannaCry yang diberitakan mampu mengunci data komputer kita selamanya, unless kita membayar sejumlah bitcoin pada pembuatnya. Peristiwa ini terjadi tahun 2017, kalau enggak salah.
Pikir saya waktu itu, luar biasa sekali, dan dilanjutkan dengan penasaran apa sih bitcoin ini? Namun, seiring waktu, bitcoin tak masuk radar saya, hingga ketika corona merebak. Tiba-tiba saja bitcoin menjadi bahan perbincangan. Katanya, harganya melangit, dan bahkan tembus sembilan ratusan juta per koinnya.
Wassalam.
Warbiyasak.
Kalau mau tahu soal seluk-beluk bitcoin sih sebenarnya di blog ini juga sudah ada. Silakan diklik saja link yang sudah ditautkan. Selanjutnya, saya cuma mau cerita, mengapa saya tidak tertarik untuk ikut hype investasi bitcoin.
Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat. Tidak ada maksud mendiskreditkan pihak mana pun dalam artikel ini. Artikel ini ditulis untuk tujuan berbagi dan menyampaikan awareness bahwa investasi haruslah dilakukan dengan pertimbangan yang matang, dan sesuai dengan kondisi serta tujuan kita.
[toc]
Alasan-alasan Saya Tidak Tertarik Investasi Bitcoin
1. Terlalu abstrak
Ini sebenarnya saya mau mengaku sih, bahwa otak saya enggak nyampe. Saya nggak ngerti, gimana itu bentuknya bitcoin, kok bisa-bisanya harganya semahal itu. Sungguh nggak paham, saya. Monmaap.
Begini. Kalau saham, memang nggak ada bentuknya. Tapi saya melihatnya kan sebagai hak milik perusahaan. Jadi ya perusahaan itulah yang menjadi barang komoditinya. Kayak gitu, bisa diterima oleh otak saya dengan baik. Ada “barangnya” yang bisa saya lihat, bahkan produknya saya pakai. Saya berinvestasi untuk sesuatu yang bisa saya ukur, saya lihat wujudnya.
Lah investasi bitcoin ini … Bentuknya nggak kelihatan. Memang banyak sih yang menggambarkannya sebagai koin emas. Kalau saya lagi mencari image untuk konten, ya kan ada sih image bitcoin, ethereum, dogecoin, dan sebagainya. Tapi, emang beneran bisa dilihat gitu koinnya? Entahlah.
2. Fluktuasi harga yang sangat tinggi
Setelah bitcoin mencapai puncak harga di sembilan ratusan juta rupiah, tiba-tiba saja harganya terempas sampai hampir setengahnya.
Wow! Saya naik roller coaster di Dunia Fantasi Ancol saja, pas turun gemeterannya luar biasa, sampai-sampai nggak bisa jalan. Bayangkan kalau saya investasi bitcoin. Mungkin bisa jantungan.
Saya bukan tipe investor dengan profil risiko terlalu agresif memang. Bahkan proporsi simpanan investasi saja 60-40 di reksa dana yang terdiri atas RDPU dan RDPT dibanding saham. Saham saya juga hanya mau yang relatif rendah risiko. Sama sekali nggak berani nyentuh gorengan.
Kebayang saya punya satu keping bitcoin ratusan juta, terus tiba-tiba nilainya tinggal setengahnya. Nangis bombay kayaknya.
3. Identik dengan scam
Karena “sejarah” perkenalan saya dengan bitcoin diawali dengan virus yang bernama WannaCry, saya jadi punya mindset bahwa bitcoin identik dengan scam.
Padahal ya, sebenarnya enggak gitu juga. Tapi melihat dari beberapa telusuran kejahatan siber, kok ya lagi-lagi banyak juga yang melibatkan investasi bitcoin.
Dikutip dari CNBC Indonesia, sepanjang tahun 2019 lalu, sejumlah USD4,52 miliar, atau sekitar Rp63 triliun, hilang akibat peretasan dan pencurian investasi bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Angka tersebut, konon, membesar dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Banyak orang pintar memprediksi, bahwa hal ini akan tetap marak ke beberapa tahun mendatang.
Nah, ketiga hal di ataslah yang membuat saya tidak tertarik investasi bitcoin. Catat, saya bukannya anti ya, cuma otak saya memang nggak nyampai, dan saya nggak pengin memaksanya bekerja lebih berat lagi.
Meski demikian, saya nggak menolak kok untuk mempelajarinya. Bahkan, sampai sekarang juga saya masih terus banyak menulis tentang bitcoin dan tetek-bengek kripto lainnya. Lumayanlah, sambil belajar. Mungkin nantinya saya tertarik, enggak tahu juga. Toh, saya juga dulu juga di posisi yang sama dengan investasi saham. Akhirnya juga masuk ke logika saya sih cara kerjanya.
Buat Kalian yang Mau Investasi Bitcoin …
Saran saja, kalau memang ada yang tertarik untuk investasi bitcoin, pastikan kalian hanya trading di perusahaan trading kripto yang memang sudah resmi dan diawasi oleh Bappebti. Baru ada 13 perusahaan lo, mereka adalah:
- Indodax Nasional Indonesia (INDODAX)
- Crypto Indonesia Berkat (TOKOCRYPTO)
- Indonesia Digital Exchange (IDEX)
- Zipmex Exchange Indonesia (ZIPMEX)
- Pintu Kemana Saja (PINTU)
- Cipta Koin Digital (KOINKU)
- Luno Indonesia LTD (LUNO)
- Tiga Inti Utama
- Bursa Cripto Prima
- Unbit Exchange Indonesia
- Triniti Investama Berkat
- Rekeningku Dotcom Indonesia
- Plutonext Digital Aset
Lalu pastikan kalian lakukan beberapa hal berikut:
1. Alokasikan sesuai porsinya dan profil risiko
Sudah tahu, risiko investasi bitcoin sangat tinggi, so kamu harus pastikan dana yang kamu pakai berinvestasi tidak akan mengganggu cash flow harian.
Jangan sampai pemenuhan kebutuhan hidup yang penting terganggu.
2. Pahami betul cara kerjanya
Kalau kalian untung, kan untungnya juga kalian pakai sendiri. Nah, kalau rugi, juga harus bertanggung jawab sendiri. Jangan salahkan orang lain, apalagi menyalahkan sistem.
Ingat, kesehatanmu.
Jadi, pastikan kalian benar-benar paham apa yang kalian lakukan. Kalau susah ngelogikanya, ya sudah. Berarti kalian dan saya satu server. Mendingan tunda dulu, sabar dan belajar lagi.
3. Pastikan keuangan tetap sehat
Kadang kalau lagi untung banyak, kita memang kalap. Makanya harus hati-hati, dan selalu pastikan keuangan sehat dulu sebelum mulai berinvestasi.
Nah, semoga kalian bisa cuan dari investasi bitcoin ya. Sedangkan saya, sepertinya masih jauh sih kalau memang mau ikutan. Mendingan belajar dulu saja.
Travel Blogger
Resiko terlalu besar investasi di crypto.
dani
Wah pernah investasi di Crypto ya Kak?
Tikno
Cuma iseng boleh aja. Asalkan jangan bernafsu ingin kaya dari crypto, bisa menyesal.
dani
Iseng dan punya strategi investasi yang jelas sih boleh 🙂