Blockchain adalah teknologi di balik hal-hal yang lagi rame banget belakangan. Yes, bitcoin, dogecoin, et cetera et cetera itu.
Buat kamu, barangkali ini adalah hal baru. Tapi sebenarnya blockchain adalah teknologi yang sudah cukup lama diciptakan, di awal tahun 2000-an ketika seseorang yang bernama Satoshi Nakamoto menciptakan bitcoin untuk yang pertama kalinya.
So, barangkali kamu sekarang juga lagi tertarik banget untuk mengikuti berita-berita cryptocurrency ini, dan segala pernak-perniknya, maka secara khusus kita juga akan bahas di sini ya.
Yah, semoga bisa menjawab rasa penasaranmu, karena di sini akan diulas sesederhana mungkin, agar dapat lebih mudah dipahami.
[toc]
Blockchain Adalah Jaringan Terdesentralisasi
Apa Itu Blockchain?
Mari kita mulai dari definisi.
Seperti yang bisa diduga, blockchain ini terdiri atas 2 asal kata, yaitu block dan chain. Blockchain adalah catatan digital terhadap transaksi yang terjadi yang disebut ‘block’, yang antara satu block dengan yang lain dihubungkan dengan suatu daftar yang disebut ‘chain’. Chain dibentuk dengan menggunakan prinsip kriptografi.
Pada prosesnya, blockchain lantas menghasilkan aplikasi-aplikasi digital lainnya yang kemudian dikembangkan juga untuk berbagai keperluan.
Apa Istimewanya Blockchain?
Istimewanya, jaringan blockchain adalah jaringan yang terdesentralisasi, yang artinya tidak dimiliki dan memiliki otoritas mana pun. Ia berdiri sendiri secara independen, dan bersifat transparan. Setiap orang dapat melihat catatan digital dari setiap transaksi yang terjadi. Dengan begini, banyak orang menganggap bahwa jaringan ini lebih terjamin keamanannya, karena kalau ada satu dua hal ganjil terjadi, semua orang akan bisa melihatnya.
Contoh Penggunaan Blockchain
Salah satu contoh paling bagus untuk bisa memahami blockchain adalah melalui karya seni.
Beberapa artis dunia belakangan lagi getol banget jualan karya melalui NFT.
NFT, atau Non-Fungible Token, yang bisa dibilang salah satu bentuk mata uang kripto, tetapi berbeda dengan Bitcoin yang berbentuk koin, NFT berbentuk sertifikat digital.
Salah seorang seniman asal AS, Mike Winkelmann, berhasil menjual karya seninya yang berupa kolase 5000 gambar orang dengan harga USD69 juta lebih melalui pelelangan Christie’s. Penjualan karya seni ini melalui metode NFT.
Di dunia industri hiburan sendiri, tak kurang dari Kings of Leon, Shawn Mendes, Ja Rule, Snoop Dogg, sampai Paris Hilton pun berbondong-bondong berbisnis NFT.
NFT yang menggunakan jaringan blockchain akhirnya dapat memberikan peluang keuntungan yang lebih besar bagi seniman. Misalnya saja, di sektor musik, mereka tak lagi membutuhkan pihak ketiga, seperti distributor ataupun layanan streaming semacam i-Tunes atau Spotify, untuk bisa menjual karya mereka. Mereka bisa langsung mengedarkannya pada para penggemar. Para penggemar yang berminat cukup membayar tanda kepemilikan. Musik yang dibeli dapat dikodekan dalam blockchain tersebut, menjadikannya dalam bentuk arsip dalam penyimpanan cloud.
Mind you, biaya transaksi dalam blockchain adalah nol. Yes, zero! Biaya infrastruktur sih ada, tetapi biaya transaksi sama dengan nol. Jumlah yang dibebankan sangat kecil, sehingga layanan berlangganan atau streaming akan jadi sangat murah.
Cara Kerja Jaringan Blockchain
So, sudah tahu ya, blockchain adalah jaringan yang terdiri atas blocks berisi catatan transaksi yang dihubungkan dalam daftar tertentu yang membentuk chain, atau rantai.
Lalu, seperti apa cara kerjanya?
Ada 3 prinsip utama yang ada dalam jaringan blockchain. Mari kita lihat satu per satu.
Desentralisasi
Pada umumnya, orang-orang terbiasa dengan segala sesuatu yang terpusat. Misalnya saja, kita ambil contoh yang termudah: bank.
Bank pusat menyimpan segala data transaksi dan data nasabah. Ketika kita hendak transfer, beli pulsa, topup reksa dana, dan berbagai transaksi lainnya secara digital, maka kita akan mengirimkan data dan instruksi pada satu server pusat bank yang bersangkutan, dan kemudian sistem akan menjalankan instruksi kita. Seiring dengan itu, data pun diupdate oleh server sesuai dengan kondisi terbaru. Update data ini akan dapat dilihat dari berbagai komputer yang tersambung ke pusat.
Memang sekarang sudah semakin canggih. Namun, sistem terpusat ini ada kelemahannya.
Satu kelemahan terbesarnya adalah keamanan. Ketika data disimpan di satu pusat, maka ini akan menjadi sasaran empuk bagi hacker. Juga, ketika server pusat sedang rusak atau lagi diupdate sistemnya, maka seluruh proses pun terhenti juga.
Dengan jaringan blockchain yang terdesentralisasi, maka tak ada satu entitas pun yang akan memonopoli sistem. Ketika satu sistem down, maka jaringan tidak akan terpengaruh dan bisa berjalan seperti biasa.
Transparansi
Ada yang bilang, jaringan blockchain adalah jaringan dengan privasi yang baik, namun di sisi lain juga transparan.
Lo, maksudnya gimana itu? Private tapi transparan?
Jadi, gini. Ketika ada transaksi cryptocurrency terjadi, maka kamu akan bisa melihat data transaksinya yang terbuka bagi siapa saja, sedangkan nama penggunanya akan dienkripsi dengan kode kriptografi yang rumit. Dengan demikian, data diri si pengguna terlindungi, tetapi transaksinya bisa kamu lihat dengan jelas.
Tingkat transparansi seperti ini belum pernah ada dalam sistem keuangan konvensional. Dengan begini, tingkat akuntabilitas menjadi lebih terukur.
Kekekalan
Blockchain adalah kekal. Atau ketetapan.
Apa itu maksudnya?
Karakter ini–dalam kaitannya dengan cryptocurrency–berarti adalah ketika sesuatu sudah dimasukkan ke dalam sistem blockchain, maka hal itu tidak dapat diganggu gugat lagi. Mau dihapus, dirusak, atau diutak-atik, sudah tidak bisa lagi.
Kok bisa gitu ya?
Ini semua karena fungsi hash kriptografis yang hanya dimiliki oleh teknologi blockchain.
Apa sih itu hash kriptografis?
Hash adalah fungsi matematika yang mengubah input dengan panjang tertentu menjadi output yang terenkripsi dengan panjang yang tetap. Jadi, terlepas dari jumlah asli data atau ukuran file yang terlibat, hash secara unik akan selalu berukuran sama.
Selain itu, hash tidak dapat digunakan untuk “merekayasa balik” input dari output hash, karena fungsi hash bersifat “satu arah”. Kayak misalnya penggiling daging; kan nggak mungkin kita mengembalikan daging giling yang sudah dimasak jadi steak?
Dengan proses tertentu, jika kamu menggunakan fungsi seperti itu pada data yang sama, maka hash akan identik, sehingga siapa pun dapat memvalidasi bahwa datanya sama (yaitu, tidak diubah).
Blockchain adalah serangkaian data dan hash yang menunjuk ke blok sebelumnya, sehingga kemudian membentuk rantai. Jika, misalnya, seorang hacker masuk dan kemudian mengubah susunan data di block 3, maka secara otomatis block 2 akan kena efek. Lalu, perubahan di block 2, akan mengubah data di block 1, dan seterusnya. Hingga kemudian, akan mengubah seluruh rantai yang ada.
Manfaat Blockchain bagi Kita
Mereka yang bergerak di industri keuangan menjadi pihak yang paling potensial untuk bisa memanfaatkan blockchain secara optimal.
Salah satunya untuk pengiriman uang internasional. Data Bank Dunia menyebutkan, bahwa saat ini sudah lebih dari USD430 miliar uang telah dikirimkan melalui blockchain.
Blockchain memang menjadi peluang untuk memotong ongkos dan juga lebih praktis secara prosedural, karena tidak membutuhkan perantara.
Blockchain adalah instrumen yang saat ini paling tepat untuk penciptaan nilai dan otentifikasi informasi digital yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh netizen. Dengan blockchain, human error akan terminimalisasi, akuntabilitas akan meningkat, dengan tingkat privasi yang lebih tinggi pula. Blockchain adalah penjamin validitas transaksi yang absolut, tanpa bisa dibantah, dan hal ini pastinya akan sangat menguntungkan bagi mereka yang berkutat di industri finansial.
Penutup
Demikian sekilas mengenai teknologi blockchain, yang akhir-akhir ini mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Gimana, kamu tertarik untuk ikut menjadi penggunanya?