Pandemi COVID-19 telah meluluhlantakkan tatanan hidup manusia yang sudah berusia ratusan tahun. Hampir dua tahun, kita sudah berjuang melawan wabah ini. Meski tanpa mengecilkan upaya pemerintah, tapi kita harus melihat realita. Bahwa pagebluk ini belum juga terlihat hilal ujungnya.
Diperparah lagi dengan second wave yang sekarang melanda. Ribuan orang harus meninggal dunia setiap hari. Sekali lagi, setiap hari. Korbannya sudah banyak sekali, rasanya setiap keluarga kini sudah “mendapat jatah” dampak; entah itu ikut terpapar, harus kehilangan, ataupun terdampak secara ekonomi.
Sudah merata, pokoknya, pandemi ini membawa pengaruh buat seluruh umat manusia di dunia.
Di Indonesia sendiri, sebanyak 2,6 juta orang sudah menganggur. Ini data untuk tahun 2020. Data 2021 tentu belum lengkap untuk bisa di-share. Tapi rasanya, bisa saja akan berubah. Naik atau turun? Entahlah. Dalam data 2020 juga disebutkan, sebanyak 24 juta orang yang tadinya bekerja mengalami pengurangan jam kerja akibat COVID-19.
Ngaruh ke penghasilan? Ya, jelas!
Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat.
[toc]
Hikmah Pandemi COVID-19 ala Warren Buffett
Ternyata, pandemi ini juga kasih pengaruh ke investor kakap senior, Warren Buffett loh. Ya, jadi enggak cuma kamu (yang mengaku) sobat misqueen aja yang kena dampak. Si Opa ini juga dapat getahnya.
Mungkin kamu belum tahu, bahwa Berkshire Hathaway Automotive, salah satu anak perusahaan Berkshire Hathaway, merupakan grup dealer, salah satu yang terbesar di Amerika Serikat, dengan lebih dari 78 dealer yang dioperasikan secara independen. Perusahaan ini juga dicatat sebagai pemilik BNSF Railway dan NetJets, perusahaan yang bergerak di sektor transportasi, khususnya penyewaan jet bisnis swasta dan manajemen pesawat.
Dan seperti yang kamu tahu, imbas pandemi cukup terasa di bisnis sektor transportasi, khususnya transportasi udara.
Secara jelas, Buffett mengakui bahwa pelajaran terbesar dari pandemi COVID-19 untuk semua orang yang hidup di dunia ini adalah ternyata kita tidak pernah siap untuk situasi darurat. Padahal, hal seperti ini pasti akan terjadi sewaktu-waktu. Ternyata, banyak hal yang belum kita ketahui dan pelajari.
Karenanya, Buffett mengajak kita untuk menyadari berbagai jenis situasi darurat yang bisa—bahkan lebih buruk—terjadi di masa depan. Mulai dari ancaman nuklir, kimia, biologi, hingga siber. Katanya, masing-masing akan memberikan kemungkinan dampak yang sama buruknya dengan pandemi COVID-19.
Buffett mengaku dirinya—dan Charlie Munger—cukup beruntung bisa hidup dan “menjadi korban” pandemi COVID-19, karena dengan begitu, ia jadi punya kesempatan untuk belajar lagi berbagai hal.
Lalu, gimana nih dengan kita? Apakah kita siap untuk belajar juga seperti halnya Buffett, mengenai situasi yang sekarang dirasakan?
Ya, mungkin boro-boro sih. Masih sibuk mencoba untuk bebenah, Opa. Masih untung nggak jadi korban Satpol inih, Opa. #eh
Pelajaran Hidup dari Pandemi COVID-19 yang Saya Dapatkan
Saya bukan Warren Buffett.
Saya adalah pekerja lepas, yang ketika belum pandemi saja, penghasilan saya itu nggak tetap. Tentu saja, pandemi bikin saya tambah ketar-ketir. Setiap akhir bulan, selalu harap-harap cemas. Berharap agar klien selalu dalam keadaan baik, sehat, dan lancar bisnisnya. Tentu saja, supaya jasa saya bisa tetap dipakai. LOL.
Sungguh egois, tapi ya siapa sih yang enggak khawatir dengan kondisi seperti ini.
Tahun 2020, saya bisa menjalaninya dengan baik. Puji Tuhan-nya, kondisi masih lumayan lancar. Bahkan, karena banyak bisnis yang harus di-online-kan, saya pun kecipratan rezeki juga. Tapi, tahun 2021, saat pandemi COVID-19 masuk babak kedua, kondisi saya lumayan terdampak.
However, di saat lagi sulit, saya tetap mencoba untuk mencari hal-hal mencerahkan yang bisa saya dapat dari sekitar saya.
1. Hidup nggak ada yang bisa memprediksi
Saya kira sih, setiap orang yang hidup di dunia ini, pasti pengin agar hidupnya bisa baik-baik saja, lancar-lancar saja sampai akhirnya selesai. Sayangnya, hal itu tidak ada yang bisa menjamin.
Pandemi memakan jutaan korban, nggak cuma di Indonesia bahkan seluruh dunia. Masa masih belum juga sadar, bahwa hidup itu ternyata penuh dengan risiko. Dan risiko hidup yang paling besar, yang saya takuti adalah ketika saya tidak bisa lagi mencari penghasilan.
Saya kira, hal ini juga ditakuti oleh kalian semua.
Jadi, mari bersiap untuk kondisi buruk. Banyak skenario yang bisa kita buat untuk meminimalkan risiko dalam hidup, terutama kalau kita lihat dari segi finansial. Coba kita lihat:
- Dana darurat itu penting
- Asuransi kesehatan itu penting, makanya jangan telat bayar premi
- Asuransi jiwa itu penting, makanya segera dibeli. Kita nggak pernah tahu, sampai kapan kita “diizinkan” bekerja, ya kan?
- Jangan habiskan duit buat kebutuhan saat ini aja. Kita nggak akan tahu apa yang akan terjadi besok.
Begitu juga dengan pekerjaan, tak ada yang bisa memprediksi. Bahkan seorang karyawan tetap, bisa saja kehilangan pekerjaan kalau memang lagi krisis. So, kalau buat freelancer, ya palingan tambah deg-degan aja sih. Heuheuheu. Dan ini sungguh tak menyamankan, to be honest.
2. Sehat itu ternyata mevvah luar biasa
Yang di rumah, kebetulan semua sehat. Puji Tuhan. Tapi suami sempat terpapar, dan harus isoman 14 hari di luar sana. Meski demikian, akhir-akhir ini boros banget buat vitamin dan suplemen. Suami sih ada support dari kantor, jadi ya bisa terbantu.
Kebayang mereka yang sulit mengakses perawatan kesehatan. Sudah pasti, buat mereka, sehat itu jadi barang mevvah; mahal secara harga, mahal secara mental. Sakit—nggak cuma bikin badan nggak nyaman—tapi keuangan juga sekarat. Hiks.
So, kayaknya ke depannya mesti ubah proporsi anggaran di pos kesehatan. Sudah nggak bisa kasih anggaran tipis. Bulan depan harus lebih baik lagi nih, budgeting-nya. Semangat!
3. Jangan tunda lagi untuk belajar sesuatu
Sebenarnya, memang, dengan adanya teknologi informasi yang sudah berkembang pesat ini, memungkinkan kita untuk melakukan apa pun tanpa terbatas ruang dan waktu. Maka, beruntunglah buat yang update dan nggak gaptek. Apalagi punya bisnis yang juga bisa dijalankan secara online. Pandemi barangkali tidak terlalu fatal menghantam, meski ya terdampak juga.
Nah, buat yang belum, sekarang waktunya buat belajar berbagai hal baru lagi.
Saya sendiri pengin banget upgrade ilmu digital marketing dan menulis, maka saya sempat berinvestasi lagi di beberapa kelas online. Meski belum sepenuhnya saya pratikkan, tapi sudah berhasil mengantongi beberapa ilmu baru. Semoga bisa saya pakai, setidaknya untuk mendongkrak bisnis saya lebih baik lagi, sampai bisa membuat hidup lebih nyaman.
Eh ya, berarti saya punya same energy-lah ya sama Opa. Nggak jele-jele amat berarti. LOL.
Yuk, buat yang kemarin ngaku gaptek, buruan belajar. Seenggaknya, kamu nggak asing dengan berbagai perangkat yang akan membantu kinerjamu. Yang kemarin tarsok tarsok mulu untuk investasi, ayo, belajar investasi lebih rajin lagi. Sumbernya sudah banyak, cara belajarnya juga banyak. Nggak ada alasan lagi kan? Juga belajar hal-hal lain yang sekiranya bisa menambah value untuk dirimu sendiri. Apa saja. Segera agendakan!
Saya sendiri sudah menjadwalkan untuk ambil e-course untuk digital marketing. Tertarik pengin memperdalam bahasa Inggris, terutama secara aktifnya, baik speaking maupun listeningnya. Terus ya, pengin gali ilmu-ilmu baru soal menulis lebih banyak lagi. Dan, tentu saja, terus update pengetahuan soal keuangan. Sebuah milestone tersendiri ketika akhirnya saya tahun ini bisa mendigitalkan hampir semua transaksi yang saya butuhkan.
Itu Pelajaranku, Apa Pelajaranmu?
Nah, itu dia 3 pelajaran terbesar yang saya dapatkan selama pandemi COVID-19. Apakah ada di antaranya yang sama dengan pelajaran yang sudah kamu dapatkan? Atau, kamu punya pelajaran lain, yang belum saya sebutkan? Boleh loh, ditulis di kolom komen.
So, kita masih tetap belum yakin, kapan pastinya bencana ini akan berakhir. Tentunya kita berharap untuk bisa selesai secepatnya. Semoga kita semua survive sampai nanti ya!