Saya pribadi sih yakin, bahwa kurikulum pelajaran sekolah yang saat ini sudah ada pasti sudah melalui proses panjang penyusunannya. Dan, yakin banget lagi, bahwa pasti sudah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Tapi, sayangnya ada satu hal yang seharusnya masuk—tapi entahlah, mungkin lolos dari radar Mas Menteri—yaitu soal keterampilan keuangan.
Padahal katanya, keuangan merupakan salah satu dari 6 literasi dasar. Nah, kan? Jadi, gimana dong ya?
Kita bahas yuk, dalam artikel kali ini.
Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat.
[toc]
6 Literasi Dasar yang Harusnya Dikuasai oleh Semua Orang
Sebelum kita ke soal financial skill, mari kita lihat dulu 6 literasi dasar yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Keterampilan-keterampilan yang termasuk dalam literasi dasar ini akan dipergunakan untuk bisa surviving dalam hidup lo.
1. Literasi baca dan tulis
Ini adalah kemampuan untuk memahami teks tertulis secara penuh. Tak hanya memahami, tetapi kita juga seharusnya bisa menuangkan ide atau pikiran atau opini dalam teks tertulis juga.
2. Literasi numerasi
Literasi yang kedua ini berkaitan dengan memahami berbagai macam angka dan simbol terutama dalam hubungannya dengan menghitung, atau matematis. Ya, sepertinya sih yang secara praktis ya, prioritasnya. Nantinya bisa ditingkatkan lagi menjadi keterampilan membaca data, grafik, dan sejenisnya.
3. Literasi sains
Literasi sains meliputi keterampilan untuk memahami fenomena alam dan sosial, agar hidup menjadi lebih nyaman dan sehat.
4. Literasi digital
Di sini ada tuntutan untuk cakap memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, secara beretika, sehat, dan bertanggung jawab. Dengan teknologi digital, seharusnya kita bisa mendapatkan banyak informasi untuk meng-upgrade diri menjadi lebih baik, sehingga ke depannya kita bsia memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas hidup.
Nah, kayaknya sih hate speech dan berbagai hoaks nggak termasuk di sini ya.
5. Literasi budaya
Ini kaitannya dengan wawasan kebangsaan kita sih. Ya, sangat penting juga dong, bagi kita untuk mengenal budaya sendiri, ya kan? Apalagi lantas bisa mempelajarinya secara mendalam, dan kemudian berbagi untuk manfaat yang baik.
6. Literasi finansial
Nah, ini dia. Keterampilan mengelola keuangan juga merupakan salah satu literasi dasar yang harus dikuasai karena besar sekali peranannya dalam upaya surviving kita untuk hidup. Dalam keterampilan ini, ada cakupan mulai dari bagaimana mencari penghasilan serta mengelola penghasilan tersebut untuk kebutuhan hidup masa sekarang hingga jauh ke depan.
Kan lucu, di sekolah ada pelajaran baca tulis, mennghitung, juga ada berbagai pelajaran dengan muatan lokal sampai memperkenalkan teknologi, tapi kok nggak ada yang khusus diadakan untuk mengembangkan keterampilan keuangan sejak dini sih? Paling-paling, anak-anak cuma disuruh menabung dengan uang jajan.
Itu tuh nggak cukup.
Ilmu Keuangan yang Seharusnya Menjadi Pelajaran Sekolah
Dan … seperti kiti nitijin ying mihibinir, sebaiknya sertakan solusi nggak cuma bisanya kritik saja. So, saya memang mau menyoroti mengapa pelajaran keuangan nggak dimasukkan sebagai pelajaran sekolah. Nah, berikut beberapa aspek dalam keuangan yang penting untuk dipelajari oleh anak-anak sejak usia sekolah, dan seharusnya bisa ter-cover dalam pelajaran sekolah, menurut saya.
Jika kelima hal ini sudah bisa diajarkan sejak dini, rasanya nggak akan ada anak-anak madesu lagi deh. Alias masa depan suram.
1. Menghasilkan uang
Bagaimana cara menghasilkan uang, menurut saya, justru harus menjadi pelajaran sekolah pertama soal keuangan yang harus segera dipelajari. Mengapa?
Intinya: anak mesti tahu dulu, dari mana uang berasal, sebelum akhirnya ia belajar menabung. Selama ini, rasa-rasanya, kita kebalik sih ngajarinnya. Yang pertama, anak akan diajari menabung dulu dari uang jajan. Lah, uang jajan kan tinggal dikasih orang tua. Mana dia tahu konsep kita harus kerja dulu baru dapat uang, kalau menabung dari jajan?
Kalau saya perhatikan sih, anak-anak saya sudah belajar mengenai berbagai profesi di bangku sekolah dasar. Ini bagus. Tapi, sayangnya belum ada praktik. Mungkin di sekolah lain, sudah sering ada yang bikin acara semacam kewirausahaan untuk anak-anak didiknya. Nah, itu bagus.
Jadi, rasanya nih, kurang merata saja, karena tidak ada mata pelajaran wajib soal kewirausahaan ini. Seandainya ada dan jadi wajib, pasti manfaatnya akan besar sekali. Jiwa entrepreneurship akan terpupuk, hingga mindsetnya nggak melulu mau jadi karyawan setelah besar nanti.
2. Berhemat
Pasti sudah tahu kan, salah satu “dalil” dalam ilmu investasi yang sering diwanti-wanti oleh para financial planner, adalah kita harus memastikan cash flow kita positif dan kondisi keuangan kita sehat sebelum mulai berinvestasi.
Nah, anak-anak diminta untuk menabung dengan uang jajan. Kok nggak diajarin hemat dulu?
Memang sih, di sini akan banyak berperan orang tua. Tapi nggak ada salahnya rasanya, kalau juga menjadi salah satu pelajaran sekolah; jadi bagian dari pembelajaran literasi keuangan.
3. Belanja
Ingat banget, pas dulu pertama kalinya ajak si bocil ke minimarket. Semua yang ditunjuk, harus masuk keranjang. Padahal maunya cuma beli pembalut saja, satu biji. Walhasil, batalkan rencana dan segera keluar dari minimarket tersebut.
Rewel, jelas. Tapi ini wajar sih. Pasalnya, dia juga belum ngerti konsep belanja dan uang. So, ada baiknya memang diperkenalkan sejak dini. Masuk ke dalam pelajaran sekolah kalau perlu.
4. Berbagi
Kalau soal berbagi, sepertinya sudah banyak sekolah yang memiliki program yang mengajak anak didiknya untuk lebih peduli dan mau berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Sudah bagus sih, tapi pasti akan lebih terasa lagi, ketika dibuat dan dikemas secara komprehensif dengan ilmu keuangan yang lainnya.
5. Menabung
Dan, akhirnya menabung.
Yes, memang menabung ini seharusnya menjadi “level tertinggi” dalam ilmu keuangan. Mana ada orang tiba-tiba saja bisa menabung, tanpa menghasilkan uang lebih dulu, lalu mengelolanya dengan baik terlebih dahulu?
Ada baiknya, anak-anak juga diajari dari langkah paling awal, hingga kemudian anak akan lebih paham, mengapa ia harus menabung dan bagaimana cara menabung yang benar. Harus diajarkan juga, bahwa menabung itu artinya tidak saja menyimpan uang, tetapi dengan pengelolaan yang benar, akhirnya akan jadi sumber penghasilan juga sebagai passive income.
Saya kira sih, untuk usia anak-anak yang duduk di bangku sekolah kelas besar (kelas 5 atau kelas 6) akan sudah bisa memahami konsep seperti ini, jika step by step pembelajarannya bener.
Oh well, ini sekadar pikiran idealis saya saja sih—yang barangkali justru akan mendatangkah komen kurang lebih, “Anda terlalu ngadi-ngadi!”
Tapi, beneran. Saya merasa, sekarang sudah bukan waktunya lagi untuk menggampangkan masalah keuangan. Anak-anak harus sudah mulai mengerti sejak awal bagaimana konsep keuangan yang benar ini. Dengan demikian, secara tidak langsung, kita juga akan mengurangi peluang terjadinya jebakan investasi bodong, atau utang sembarangan di pinjol ilegal, FOMO, dan seterusnya.
Setuju nggak sih?