Baru-baru ini, baca berita bahwa sejumlah apartemen di Jakarta dijual dengan harga murah. Tak kira-kira, harganya bahkan jauh di bawah dari pembelian apartemen beberapa tahun lalu. Hal ini banyak terjadi pada apartemen pinggiran khususnya di daerah Cibubur. Iklan bertebaran di mana-mana, menawarkan barangkali ada yang mau beli apartemen tersebut.
Dikatakan juga dalam berita yang sama, hal ini terjadi karena pecahnya bubble apartemen.
Tampaknya menarik ya? Gimana kalau kita bahas di artikel kali ini?
[toc]
Fenomena Bubble Apartemen
Kondisi seperti ini umumnya terjadi secara merata mulai dari segmen apartemen mewah sampai ke kelas menengah. Penyebabnya? Tentu tak lepas karena sepinya pasar sewa apartemen yang membuat para pemiliknya tidak mau menanggung beban service charge dan yang lainnya.
Namun, menurut Clement Francis, Ketua DPD Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) DKI Jakarta, fenomena banting harga apartemen ini tak bisa melulu dikaitkan dengan ‘bubble’ harga apartemen yang pecah. Pasalnya, keputusan penjualan apartemen di bawah harga pasar masih ditentukan oleh pemiliknya masing-masing, berkaitan juga dengan arus kas masing-masing.
Akan tetapi, tentu dirinya juga tak memungkiri jika fenomena saat ini menjadi pertimbangan para pemilik apartemen melepas propertinya dengan harga yang jauh lebih murah. Apalagi jika mengingat adanya ancaman resesi di masa depan. Bisa jadi, hal ini merupakan bentuk kewaspadaan dari para pemilik apartemen atas adanya prediksi ancaman resesi tersebut.
Sementara, kalangan pengembang juga tahu bahwa saat ini sedang tidak ada keseimbangan dari permintaan dan juga penawaran. Hali ini akhirnya membuat pengembang tidak mau ambil risiko tinggi dengan mengambil proyek baru. Mereka tidak ingin gegabah dan kemudian harus menjual apartemen baru yang ready stock dengan harga di bawah pasar untuk menghabiskan pasokan.
Perbandingan apartemen primer dan sekunder itu normalnya harus mencapai 15% sampai 20%. Namun, saat ini pemilik apartemen sendiri yang menentukan berapa harga saat melepas unitnya yang cenderung banting harga demi melepas beban biaya apartemen dan kepentingan mendapatkan uang tunai untuk antisipasi ke depannya.
Apa Itu Bubble Properti?
Mari kita bahas dulu mengenai fenomena bubble properti ini.
Bubble properti ini bisa dikatakan sebagai fenomena melonjaknya harga perumahan akibat banyaknya permintaan pasar yang sifatnya spekulasi.
Istilah ‘bubble’ sendiri merupakan sebuah ilustrasi dari kenaikan harga yang terus melambung seperti gelembung udara yang semakin membesar. Namun, kenaikan harga ini sayangnya enggak bisa berjalan secara terus-menerus karena pada akhirnya akan menyentuh titik jenuh.
Nah, pada titik jenuh tersebutlah gelembung mulai “pecah”, dan akhirnya kempis yang ditandai dengan harga yang menurun.
Apa yang menyebabkan terjadi pecahnya gelembung ini?
Penyebab Bubble Properti
Tidak pernah ada rumus pasti, kapan sebuah bubble akan pecah.
Bubble properti ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti permintaan tinggi tapi persediaan properti terbatas sehingga harganya pun akan meningkat. Penyebab hal ini juga dikarenakan latar belakang dari berbagai hal, misalnya rendahnya sebuah suku bunga kredit yang mengakibatkan orang semakin terdorong untuk mengambil pembiayaan properti.
Kita bisa lihat, bahwa ketika dalam suatu wilayah ada satu atau dua titik yang terbilang sangat strategis, maka otomatis properti di sekitar titik tersebut akan menjadi incaran. Hal ini akhirnya mendorong orang untuk berlomba-lomba menempati daerah tersebut yang berakhir dengan peningkatan harga.
Selain itu, longgarnya sistem pinjaman juga menjadi penyebab bubble ini muncul, karena ya siapa sih yang enggak mau mendapatkan kemudahan administrasi peminjaman uang? Jangankan kreditnya ringan, diskon barang-barang receh yang kadang fungsinya enggak jelas pun diminati kok. Apalagi jika ditambah dengan suku bunga kredit properti rendah, tentu situasi gelembung ini akan cepat terjadi ataupun lambat terjadi.
Bukan hanya itu saja. Jatuhnya harga saham pun bisa memengaruhi bubble properti ini. Faktanya, hal ini juga yang menjadi penyebab munculnya fenomena yang sama, yang terjadi di Amerika Serikat pada awal tahun 2000-an. Saat itu, teknologi semakin maju dan mengakibatkan banyak saham yang tadinya terbang tinggi menjadi jatuh harganya sangat rendah. Karena hal tersebut, investor pun meninggalkan pasar saham dan memindahkan uangnya ke pasar properti yang menyebabkan permintaan pasar terus meningkat.
Dampak Bubble Properti
Dampak dari bubble properti hanya ada dua, yaitu either harganya melonjak tajam atau harganya menurun tajam.
Contohnya saja di Amerika Serikat pernah mengalami bubble properti di awal tahun 2000-an yang menyebabkan resesi ekonomi. Jika di Jepang harga perumahan melonjak tajam, di Amerika Serikat justru harganya menjadi menurun tajam. Hal ini yang membuat nilai kekayaan rumah tangga mengalami keanjlokan yang juga sangat tajam, sehingga warga Amerika harus mengurangi belanja konsumsinya.
Akhirnya hal ini membuat pertumbuhan ekonomi melambat dan terjadilah penurunan harga rumah yang menjadi penyebab kredit macet dan mengakibatkan beberapa aset harus disita. Kemudian, saat pasokan rumah cukup tinggi, permintaan pasarnya surut tentu saja akan membuat harganya jatuh.
Bukan hanya itu saja, bubble properti yang pecah saat ini pun bisa menjadi salah satu risiko atau dampak yang terjadi. Hal ini mengakibatkan dampak yang cukup kompleks dan memengaruhi semua kelas sosial, lingkungan, hingga perekonomian secara menyeluruh. Sedangkan, dalam ruang lingkup yang lebih sempit memang bisa terjadi di satu sektor saja, seperti bangunan rumah atau apartemen.
Mengenal istilah bubble properti ini memang penting sebelum memutuskan untuk membeli apartemen atau rumah agar mengetahui harga pasaran.
Pengin Beli Apartemen Mumpung Harganya Murah?
So, mumpung lagi pada didiskon habis-habisan, apakah kamu berniat untuk beli apartemen sekarang? Pengin investasi apartemen?
Ya, kenapa enggak kalau memang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Sama saja dengan ketika harga saham lagi diskon, maka saat itu pulalah menjadi momen tepat untuk berburu saham-saham berkualitas.
Namun, tentu saja kamu harus berhati-hati. Jangan sampai kamu beli apartemen yang tidak produktif. Kalau kayak begini, ya sudah pasti buang-buang sumber daya saja. Beberapa hal yang perlu kamu perhatikan kalau mau beli apartemen sekarang adalah:
- Lokasi merupakan faktor utama yang penting untuk diperhatikan sebelum membeli apartemen, pastikan hunian yang kamu beli strategis seperti dekat tempat kerja, punya lingkungan yang baik, dan juga nyaman.
- Fasilitas umumnya terbilang lengkap untuk memudahkan aktivitas sehari-hari, seperti food court, kolam renang, dan juga sport centre.
- Infrastruktur yang lengkap perlu menjadi pertimbangan untuk memudahkan kamu menuju berbagai akses di sekitarnya seperti, sekolah, rumah sakit, pusat bisnis, akses jalan tol, tempat ibadah, dan yang lainnya.
- Harga tentu saja tidak luput dari perhatian, beberapa orang memang beranggapan ada harga ada kualitas, tapi jika kamu memang mendapatkan penawaran harga murah dari developer tidak masalah untuk mempertimbangkannya, apalagi jika kualitas apartemennya tidak buruk.
- Tipe apartemen bisa dipilih sesuai kebutuhan, bisa memilih tipe studio untuk kamu yang single atau tipe yang lebih besar dengan 2 bedroom.
- Pembiayaan juga perlu kamu perhatikan saat akan memilih apartemen, cobalah perhatikan cara pembayaran atau pembiayaannya pada developer tersebut. Apakah kamu akan membeli secara tunai atau dengan kredit ke lembaga keuangan.
Nah, selain di atas, of course harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan kita. Apartemen kan mahal ya, bok! Bukan kacang goreng. So, jangan sampai malah kemudian memunculkan masalah baru ke depannya.
So, gimana nih? Yakin mau beli apartemen sekarang? Mumpung murah?