Sudah minum kopi hari ini? Semoga sudah. Beli atau bikin sendiri? Oh, beli? Sekalian ngantor ya?
Yes, sudah menjadi gaya hidup para pekerja kantoran sih untuk punya jadwal beli kopi dulu di counter atau kedai kopi yang (secara kebetulan—passs banget) segedung sama kantor. Jadi, praktis kan ya? Sambil jalan, mampir dulu beli kopi Starbucks, terus dibawa deh ke kantor.
Terus, jadi ingat sama berita ini.
Kalau membaca postingan di salah satu akun keuangan di Instagram, disebutkan bahwa menurut Erick Thohir, generasi muda menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk memenuhi gaya hidup, sedangkan keinginan untuk memiliki rumah tidak jadi prioritas utama. Lebih jauh, Erick meminta agar generasi muda mulai menyadari pentingnya memiliki rumah dengan mengurangi pengeluaran yang bersifat konsumtif.
So, how are you, wahai para generasi muda? Apakah ada yang ingin kamu tanggapi dari berita ini?
Minum Kopi, Gaya Hidup, dan Harapan Masa Depan
Mengunjungi kedai kopi premium telah menjadi bagian dari gaya hidup urban modern. Bagi banyak orang, sensasi menyeruput kopi yang diracik barista di tempat yang nyaman dengan musik latar yang menenangkan adalah pengalaman yang tak ternilai.
Namun, apakah kita pernah berhenti sejenak untuk memikirkan berapa banyak yang kita habiskan untuk satu cangkir kopi?
1. Biaya Langsung dari Kopi Premium
Secangkir kopi di kedai premium bisa berkisar antara Rp40.000 hingga Rp100.000, tergantung pada jenis dan lokasinya. Jika kamu membeli satu cangkir kopi setiap hari dengan harga rata-rata Rp50.000, maka dalam satu bulan ya gampang saja dihitung kan, habisnya berapa. Kalau dalam setahun, pernah dihitung juga enggak?
2. Dampak Jangka Panjang pada Keuangan
Jika kemudian kamu mempertimbangkan bunga komponen dari uang yang dihabiskan untuk kopi jika dialokasikan ke investasi, angka tersebut bisa menjadi jauh lebih besar. Misalnya, jika Rp1.500.000 yang seharusnya kamu habiskan untuk kopi setiap bulan diinvestasikan dengan bunga tahunan 7%, dalam 10 tahun, kamu bisa memiliki lebih dari Rp250.000.000!
Uang tersebut bisa digunakan untuk tujuan lain seperti uang muka rumah, pendidikan anak, atau bahkan liburan impian.
3. Kompromi Keuangan
Setiap kali kita memilih untuk membeli dan minum kopi premium, kita juga memilih untuk menunda kesempatan investasi yang mungkin datang dari penghematan tersebut. Ini bukan berarti membeli kopi adalah keputusan yang buruk, tetapi penting untuk menimbang-nimbang apa yang kita korbankan dalam jangka panjang untuk kepuasan sesaat.
4. Kebiasaan dan Kesadaran Keuangan
Bagi banyak orang, membeli kopi di kedai kopi premium adalah lebih dari sekadar kopi itu sendiri. Pasalnya, hal ini sudah bukan lagi cuma tentang “kopi”, tetapi soal pengalaman, ritual, atau bahkan status sosial.
Namun, dengan meningkatkan kesadaran keuangan dan memahami dampak jangka panjang dari keputusan pengeluaran kita, kita bisa membuat pilihan yang lebih bijak.
Dengan demikian, sementara menikmati kopi di kedai kopi premium adalah salah satu kenikmatan hidup, menjadi penting untuk mempertimbangkan bagaimana kebiasaan ini memengaruhi keuangan kita dalam jangka panjang. Memahami biaya sebenarnya dari keputusan konsumsi kita adalah langkah pertama menuju kebebasan keuangan yang lebih besar.
Konteks: Pengeluaran Rutin dan Dampaknya pada Kebebasan Keuangan
Sayangnya, banyak orang yang kemudian lantas ngeles bin mencari pembenaran diri—dan bahkan kemudian mengolok-olok balik—kalau disodori perhitungan kayak begini. Biasanya ngelesnya itu begini, “Rumah itu mahal banget! Nggak kebeli. Masa rumah nggak kebeli, kopi juga enggak boleh beli?”
Iya apa iya?
Terus coba jawab, apakah memang pernah dihitung? Misalkan minum kopi barista vs minum kopi yang diracik sendiri? Apakah pernah dihitung juga jika kamu memperhatikan pengeluaran-pengeluaran kecil begini seluruhnya?
Kalau dibilang mindsetnya perlu diperbaiki, umumnya sih malah pada balik mengolok-olok—yang kayaknya sih karena baper.
Padahal sebenarnya intinya bukanlah soal minum kopi dan ngirit doang. Tetapi coba dilihat secara keseluruhan terhadap pengeluaran rutin kamu. Minum kopi kan hanya bagian kecil dari pengeluaran rutin kita setiap hari kan?
Pengeluaran Rutin vs Masa Depan
Pengeluaran kecil yang terjadi setiap hari, seperti membeli kopi, makan siang di luar, atau langganan layanan digital, mungkin terlihat tidak signifikan. Namun, jika dijumlahkan selama sebulan atau setahun, jumlahnya bisa menjadi cukup besar.
Saat berbicara tentang pengeluaran, penting untuk membedakan antara “harga” yang kita bayar dan “nilai” yang kita dapatkan. Misalnya, membeli kopi mungkin memberi nilai berupa kepuasan atau ritual pagi, tetapi kita perlu menanyakan apakah nilai tersebut sebanding dengan harganya.
Mengaudit dan mengetahui pengeluaran rutin memungkinkan kita untuk menjadi lebih sadar tentang ke mana uang kita pergi, membantu kita membuat keputusan yang lebih bijak, tentang apa yang benar-benar penting bagi kita.
Kecil Tapi Banyak
Dengan mengurangi atau mengeliminasi beberapa pengeluaran rutin yang tidak perlu, kita dapat mengurangi beban keuangan kita dan mengalokasikan lebih banyak uang ke tabungan atau investasi. Dengan lebih banyak uang untuk diinvestasikan, potensi pertumbuhan kekayaan kita dalam jangka panjang meningkat, mempercepat kita menuju kebebasan keuangan. Atau ya, apa pun yang kamu inginkan di masa depan.
Sementara pengeluaran rutin mungkin tampak tak berarti dalam skema besar keuangan kita, tetapi sebenarnya printilan ini memegang kunci bagi kita untuk bisa memahami kebiasaan pengeluaran yang sering kita lakukan. Bahkan membantu mengidentifikasi area di mana kita bisa menghemat atau menginvestasikan lebih banyak. Sebagai hasilnya, dengan memahami dan mengendalikan pengeluaran rutin ini, kita dapat membuat langkah yang lebih besar menuju kebebasan keuangan.
Strategi Menabung dari Kebiasaan Minum Kopi
Ya udah, kalau gitu, coba beberapa hal berikut. Biar bisa minum kopi tetapi juga bisa punya rencana buat masa depan.
1. Bikin Kopi Sendiri
Inti dari aktivitas minum kopi itu adalah ngedapetin kafeinnya. Betul? So, kamu bisa beli biji kopi berkualitas dan menyeduhnya di rumah. Ini akan jauh lebih ekonomis dibandingkan membeli kopi siap minum setiap hari dari kedai. Misalkan, satu gelas kopi yang dibuat di rumah mungkin hanya memakan biaya Rp10.000, sedangkan di kedai kopi bisa mencapai Rp50.000.
Selain lebih hemat, kamu pun punya kontrol penuh atas jenis biji, dosis, dan metode penyeduhannya. Kamu bebas bereksperiman dan membuat formulamu sendiri, yang bisa dipasin sama seleramu pribadi.
2. Batasi
Tapi kan, kopi itu aktivitas sosial, karena saat itulah kamu bisa berkumpul bareng teman dan ngobrol ngalor ngidul, untuk stress relief.
Fine, tentukan saja hari-hari tertentu dalam seminggu ketika kamu membeli dan minum kopi bareng teman-teman. Misalnya hanya setiap Jumat atau akhir pekan. Ini tidak hanya menghemat uang tetapi juga menjadikan momen tersebut lebih spesial. Bener nggak?
3. Cari Alternatif yang Lebih Ekonomis
Coba cari beberapa kedai kopi lokal yang mungkin menawarkan kopi dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan waralaba kedai kopi besar itu tanpa mengorbankan kualitas.
Selain itu, banyak juga kedai kopi sering menawarkan promosi atau diskon. Dengan memanfaatkan promo tersebut, kamu bisa menikmati kopi favorit dengan biaya yang lebih rendah. Ada juga sejumlah kedai kopi menawarkan kartu loyalitas yang memberikan kopi gratis setelah pembelian tertentu. Ini bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi rata-rata biaya kopimu.
4. Pertimbangkan Ukuran dan Add-on
Alih-alih selalu memilih ukuran terbesar, coba pilih ukuran medium atau kecil. Bisa jadi, ini bisa mengurangi biaya ngopi juga dalam jangka panjang. Ekstra syrup, whipped cream, atau topping lainnya sering kali juga menambah biaya. Dengan menghindarinya, kamu bisa menghemat beberapa ribu rupiah setiap kali membeli kopi.
5. Alokasikan Penghematan ke Akun Tabungan
Setiap kali kamu bisa memilih untuk tidak membeli dan minum kopi atau memilih opsi yang lebih murah, transfer jumlah penghematan tersebut ke akun tabungan. Kalau kamu bisa melihat saldo tabunganmu bertumbuh, ini bisa menjadi motivasi tambahan untuk terus hemat.
Nah, dengan menerapkan strategi di atas, kamu bisa menemukan keseimbangan antara menikmati kopi dan memaksimalkan tabunganmu. Bukannya mengorbankan kesenangan kamu minum kopi, tetapi di sini, kamu hanya mengatur ulang kebiasaan untuk mendukung tujuan keuangan yang lebih besar.
Ngopi jalan, beli rumah juga ayo. Kebebasan finansial juga memungkinkan kamu capai.
Mau tahu bagaimana merencanakan FIRE dan membangun aset 300 kali gaji dengan lebih detail, sekaligus tetap bisa minum kopi? Kamu harus banget punya buku ini. Kamu bisa baca dan belajar secara fleksibel, dan dapatkan insight lebih detail mengenai konsep FIRE.
Sudah bisa dibeli di toko-toko buku di kota-kota besar di Indonesia! Get your copy now!