Ada yang butuh contoh perencanaan keuangan yang mudah? Yes, mari sini, nggak usah ke mana-mana lagi. Kali ini nggak cuma bahas perencanaan keuangan aja, tetapi kita juga kasih contohnya deh, biar jelas yak.
Sebelumnya, mari kita ingat-ingat lagi, bahwa perencanaan keuangan sangat penting dalam proses menata hidup. Pasalnya, siapa pun orangnya, pasti ada keinginan untuk merencanakan hidup. Kamu juga kan? Tanpa rencana hidup, ya mau ngapain?
Hidup itu mesti dibarengi dengan perencanaan keuangan yang matang, karena tidak sedikit orang di masyarakat modern sekarang, lebih mementingkan nafsu ingin membeli sesuatu biar edgy. Karena mengikuti perkembangan zaman itu kekinian, meski uang masuk dan keluar embuh.
Nah loh.
Masa iya, tahun 2022 masih kayak gitu sih? Tahun 2022 loh ini! *zoom in* Tahun ketika kita berharap pandemi sudah bisa teratasi. Meski varian-varian virusnya bermunculan, tapi harapannya, teknologi kesehatan sudah bisa punya solusi. Kita juga bisa berpenghasilan cukup lagi, karena ekonomi sudah pulih. Harga-harga juga stabil lagi, nggak bikin pusing, karena harga gorengan yang naik 2 kali lipat.
Ya, itu harapan. Sementara, sambil berharap, kita bisa kok melewati masa-masa transisi ini, dengan perencanaan keuangan yang kuat.
Kenapa? Bingung gimana caranya membuat perencanaan keuangan? Butuh contoh perencanaan keuangan pribadi yang bisa kamu lakukan dengan mudah? Nah, coba deh, jangan ke mana-mana. Baca terus sampai selesai ya.
[toc]
Apa Itu Perencanaan Keuangan Pribadi?
Sebelum kita ke contoh perencanaan keuangan pribadi, ada baiknya kita mengerti dulu apa itu yang dimaksud dengan perencanaan keuangan pribadi.
Simpelnya, perencanaan keuangan pribadi adalah rencana yang kamu buat untuk memenuhi kebutuhan hidup sekarang dan yang akan datang (kebutuhan setelah pensiun, kebutuhan untuk mempersiapkan pendidikan anak dan lain sebagainya).
Setiap orang mempunyai tujuan dan kebutuhan berbeda untuk memenuhi kebutuhan keuangan pribadi, ada beberapa faktor yang memengaruhi kebutuhan seseorang, yaitu:
- Gaya Hidup
- Pengeluaran
- Penghasilan
- Gengsi
- Kondisi Seseorang
Perencanaan keuangan digolongkan menjadi 3 bagian yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang:
- Jangka pendek (< 12 bulan) bisa diartikan kebutuhan keuangan yang harus dipenuhi dalam waktu dekat, misalnya mau beli laptop baru, liburan, atau yang lainnya.
- Menengah (1 – 5 Tahun) artinya rencana keuangan yang ingin kamu penuhi dalam kurun waktu 1 sampai 5 tahun. Contohnya, biaya menikah, biaya umrah, beli mobil, dan lain-lain.
- Jangka panjang (> 5 tahun) adalah perencanaan keuangan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Contohnya menabung untuk bekal saat sudah pensiun, membeli rumah, dana pendidikan kuliah anak, dan lain sebagainya.
Nah, jadi, horizon waktu ini sangat penting, karena dengan menetapkannya, kamu akan tahu harus bagaimana dalam menyiapkan keuangan. So, mari sekarang kita langsung lihat contoh perencanaan keuangan pribadi yang bisa kamu lakukan.
Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi yang Bisa Dilakukan Siapa Saja
1. Tetapkan Tujuan Keuangan
Menetapkan tujuan keuangan di sini artinya membuat perhitungan keuangan yang spesifik, realistis, terukur.
Contoh nih.
Seorang pegawai fresh graduate entry level dengan gaji Rp6.300.000 bernama Diana, 6 tahun lagi ingin membeli rumah. Untuk memudahkan, kita pakai aja angka yang gampang ya. Misalkan, rumah yang diincar 6 tahun lagi—setelah dihitung dengan Future Value dengan memperhitungkan tingkat inflasi rata-rata—harganya menjadi Rp150.000.000.
Selain rumah, Diana juga punya berbagai tujuan lain, yaitu biaya menikah, juga membeli mobil. Kita buat saja semuanya memiliki target tercapai dalam waktu 6 tahun.
Dengan demikian, contoh perencanaan keuangan pribadi Diana adalah sebagai berikut.
TUJUAN /KEINGINAN | BIAYA YANG DIBUTUHKAN | JANGKA WAKTU | TABUNGAN YANG HARUS DICAPAI PER BULAN |
Biaya Nikah | Rp 100.000.000 | 6 Tahun | 1.666.700 |
Membeli Rumah | Rp 150.000.000 | 6 Tahun | 2.083.333 |
Membeli Mobil | Rp 110.000.000 | 6 Tahun | 1.833.400 |
Total Tujuan Keinginan | Rp. 360.000.000 | 5.583.433 |
Nah, kamu bisa mengganti angka-angkanya sesuai kondisi dan tujuanmu masing-masing ya.
2. Cek Pemasukan
Cek pemasukan ini penting, karena kemudian kita bisa tahu, uang yang ada bisa kita dapatkan dari mana saja, dan seberapa banyak.
Untuk Diana, ternyata skema penghasilannya adalah sebagai berikut:
PEMASUKAN DIANA | SUMBER PEMASUKAN |
Rp 6.300.000 | Gaji Utama |
Rp 1.500.000 | Gaji Part Time |
3. Hitung dan buat rencana
Dari tujuan yang sudah ditetapkan dan juga melihat sumber pemasukannya, Diana lantas memutuskan untuk menggunakan gaji utama sebagai sumber dana tujuan jangka 6 tahunnya. Artinya, dari gajinya yang berjumlah Rp6.300.000, maka ia akan menggunakan dana sebesar Rp5.583.433 untuk disisihkan.
Dengan demikian, sisa uang Diana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (sisa gaji utama + gaji part time) = Rp 716.567 + Rp 1.500.000= Rp 2.216.567
4. Pisahkan pos kebutuhan sehari-hari
Dengan sisa uang yang ada, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Diana membaginya lagi menjadi beberapa pos.
Kebetulan, ia masih tinggal bareng orang tua, dan bukan merupakan sandwich generation, jadi tanggungannya belum begitu banyak. Dia membuat anggaran rutin per bulannya seperti ini.
Pos | Anggaran |
Rutin (makan, minum, pulsa) | Rp 1.000.000 |
Transportasi | Rp 400.000 |
Skincare | Rp 500.000 |
Lifestyle | Rp300.000 |
Jika kamu punya jenis pos pengeluaran yang lain, silakan tambahkan. Begitu juga jika kamu merupakan sandwich generation, silakan tambahkan juga, kamu harus membantu keluarga seberapa banyak.
Jika ternyata besar pasak daripada tiang bagaimana? Kamu bisa mencoba mengatasinya dengan 2 alternatif:
- Menekan lagi pengeluaranmu
- Menambah penghasilan
5. Strategi dan Rencana Mencapai Target
Kembali lagi ke contoh perencanaan keuangan pribadi jangka panjang Diana, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mencapai target. Tentunya, ini harus menyesuaikannya dengan jumlah pemasukan dan pengeluaran, usia, tujuan, risiko, dan lain sebagainya.
Misalnya, Diana yang masih merasa gajinya pas-pasan, belum berani untuk melakukan investasi karena tidak siap dengan risikonya, maka Diana merencanakan membeli rumah dengan cara menabung di tabungan biasa. Besarnya Rp5.5 juta lebih setiap bulan. Bisakah? Bisa banget, hanya saja ia harus banyak berhemat dalam pengeluaran rutin.
Tapi, misalnya lagi, Diana mau ambil risiko dengan memilih instrumen yang berisiko paling rendah, sesuai profil risikonya. Karena 6 tahun itu enggak terlalu panjang, maka Diana bisa ambil Reksa Dana Pasar Uang, dengan asumsi imbal sebesar 6% per tahun. Dalam waktu 6 tahun, dan menyisihkan Rp4.500.000 per bulan, Diana bisa berpeluang mendapatkan kurang lebih Rp392 juta. Ini sudah cukup banget untuk memenuhi target Rp360 jutanya.
Kalau Diana lebih berani lagi ambil risiko, ia bisa memanfaatkan Reksa Dana Saham dengan asumsi imbal 14% per tahun. Di tahun ke-6 nanti, dengan menyisihkan “hanya” Rp3.500.000 per bulan, Diana bisa mendapatkan kurang lebih Rp398 juta.
Dengan lebih sedikit menyisihkan uang, pastinya Diana akan lebih longgar juga dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Itulah fungsinya investasi dalam perencanaan keuangan jangka panjang.
Keputusanmu menentukan jenis investasi akan berpengaruh pada sukses enggaknya kamu memenuhi target tujuan keuangan.
Kesimpulan
Nah, gimana? Sekiranya contoh perencanaan keuangan pribadi di atas simpel banget kan? Pasti bisa deh, kamu terapkan, siapa pun kamu yang sekarang sedang mencoba membuat rencana keuangan.
Satu hal yang disarankan: jangan dianggap beban. Membuat rencana keuangan itu sama exciting-nya dengan bermimpi kok, hanya saja kita jadi lebih realistis, karena sudah melibatkan keuangan.
Sebagai manusia yang mempunyai banyak kebutuhan kita harus bisa mengatur dan merencanakan keuangan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder di masa sekarang dan yang akan datang, agar kehidupan menjadi lebih baik secara kualitas.
Contoh perencanaan keuangan pribadi di atas bisa kamu sontek. Kuncinya adalah tetap konsisten dan fokus pada tujuan. Jika kamu sudah mengusahakan, maka percayalah, perencanaan keuangan apa pun akan berjalan sesuai harapan. Seandainya ada risiko, kamu juga enggak akan terlalu shock seperti kalau tidak ada rencana sama sekali.
Semoga bermanfaat!