Banyak orang lagi seru bahas doom spending. Konon katanya, gen Z nih yang paling suka melakukannya.
Ya, doom spending ini kurang lebih bisa dikatakan kayak belanja impulsif gitu deh, yang pemicunya karena stres, kecemasan, atau pikiran-pikiran negatif gitu. Jadi belanjanya dianggap sebagai “obat penawar”.
Kalau arti harfiahnya kayak gini sih, rasa-rasanya enggak hanya generasi Z saja yang mengalami. Generasi yang lebih tua juga banyak noh.
Apa Itu Doom Spending?
Kalau baca artikel dari Psychology Today ini, doom spending adalah fenomena di mana seseorang melakukan pemborosan atau belanja impulsif sebagai respons terhadap stres, kecemasan, atau ketidakpastian tentang masa depan. Biasanya, perilaku ini dilakukan untuk merasa lebih baik atau mengalihkan pikiran dari kecemasan, meskipun seringkali tidak direncanakan dan tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya.
Doom spending sering terjadi di kalangan generasi muda, seperti Gen Z dan Milenial, yang merasa frustrasi dengan situasi ekonomi dan keuangan mereka.
Cuma lucunya—masih menurut Psychology Today—doom spending cenderung dilakukan karena orang mengalami kecemasan utamanya gara-gara kondisi ekonomi. Lah, jadinya, stres karena gak punya duit, terus belanja impulsif ngabisin duit?
Kan, kontradiktif banget?
Baca juga: Tip Hemat dan Efisien Belanja Mingguan Ala Emak-Emak Sibuk
Dampak Doom Spending
Doom spending bisa membawa banyak dampak negatif yang signifikan, baik secara finansial maupun emosional. Berikut beberapa dampaknya.
1. Masalah Finansial
Ya, gimana enggak berdampak ke masalah finansial, hawong stres karena gak punya duit, gaji segitu mulu padahal udah kerja keras, tapi malah belanja habis-habisan?
Kebiasaan belanja berlebihan dapat menyebabkan utang yang sulit dilunasi, terutama jika sering menggunakan kartu kredit atau pinjaman. Pengeluaran yang enggak terencana enggak hanya merusak anggaran bulanan, tetapi juga menyebabkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Akibatnya, kondisi keuangan juga semakin enggak stabil dan menimbulkan stres tambahan.
Sungguhlah suatu lingkaran setan yang tak ada faedahnya.
2. Kesehatan Mental
Beban utang dan tekanan finansial dapat meningkatkan stres dan kecemasan. Selain itu, perasaan bersalah setelah belanja impulsif juga akhirnya memperburuk kesehatan mental, menciptakan lingkaran setan yang sulit diatasi.
Maunya healing, malah tambah stres.
3. Hubungan Sosial
Masalah finansial yang timbul dari doom spending bisa saja menyebabkan ketegangan dan konflik dengan pasangan atau anggota keluarga. Stres finansial dan rasa malu akibat situasi ini juga bisa membuat yang bersangkutan menarik diri dari lingkungan sosial, menghindari interaksi dengan teman dan keluarga.
4. Kualitas Hidup
Masalah keuangan kronis dapat mengurangi kualitas hidup dan kesejahteraan secara keseluruhan. Pengeluaran yang enggak terkontrol mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan, sehingga semakin menurunkan kualitas hidup.
Menyadari dampak-dampak ini dapat menjadi langkah pertama dalam mengatasi dan mencegah doom spending untuk mencapai kesejahteraan finansial dan emosional yang lebih baik.
Cara Mengelola Emosi supaya Tak Belanja Berlebihan
Setelah memahami apa itu doom spending dan dampaknya yang merugikan, penting untuk mengetahui cara mengelola emosi agar enggak terjebak dalam kebiasaan belanja berlebihan.
Karena gaes, stres itu bukan diobati dengan belanja. Enggak akan sembuh.
So, kita perlu mengenali pemicu dan mencari strategi yang efektif supaya bisa mengontrol dorongan untuk berbelanja impulsif. Berikut ini beberapa cara mengelola emosi supaya enggak belanja berlebihan, sehingga keuangan tetap terjaga dan kesehatan mental pun stabil.
1. Mengenali Pemicu Emosi
Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan stres atau kecemasan. Ketahui situasi atau perasaan spesifik yang mendorong keinginan untuk berbelanja berlebihan.
Kamu bisa menuliskannya sebelum melakukan pembelian dapat membantu memahami pola ini. Apa yang bikin kamu takut? Apa yang bikin kamu cemas? Apa yang kamu khawatirkan?
Dengan mengenalinya, kamu mungkin akan bisa melihat bahwa solusinya bukan belanja, karena ya enggak ketemu kebutuhan sama solusinya itu. So, kamu dapat lebih waspada terhadap pemicu dan mencari cara lain untuk mengatasinya.
2. Buat Anggaran dan Rencana Belanja
Mulailah dengan membuat anggaran bulanan dan rencanakan pengeluaran secara detail. Anggaran ini membantu mengontrol pengeluaran dan memastikan kebutuhan utama tercukupi. Disiplinlah dan tetap patuhi anggaran yang telah dibuat untuk menghindari pemborosan.
Buat daftar belanja sebelum pergi berbelanja dan berkomitmen untuk enggak belanja di luar daftar tersebut. Dengan begitu, kamu bisa fokus pada kebutuhan dan menghindari belanja impulsif. Keuangan pun dapat dikelola dengan lebih baik dan terhindar dari pengeluaran yang enggak perlu.
3. Cari Alternatif Penyaluran Emosi
Temukan aktivitas lain yang bisa membantu meredakan stres. Olahraga seperti jogging atau yoga, meditasi, atau melakukan hobi yang disukai dapat menjadi cara lebih efektif untuk mengalihkan perhatian dari keinginan belanja.
Selain itu, berbicara dengan teman atau keluarga tentang perasaan yang sedang dialami juga bisa memberikan dukungan emosional yang diperlukan. Dengan menyalurkan emosi melalui aktivitas positif, keinginan untuk belanja berlebihan bisa lebih mudah dikendalikan.
4. Gunakan Metode 24 Jam
Ketika merasa terdorong untuk membeli sesuatu, cobalah tunda keputusan tersebut selama 24 jam. Metode ini memberi waktu untuk merenung dan menilai apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya keinginan sesaat.
Dengan menunggu, sering kali dorongan untuk belanja berkurang, sehingga terhindar dari pembelian impulsif yang tidak diperlukan. Akhirnya, kamu pun bisa membuat keputusan belanja yang lebih bijak dan terarah.
5. Batasi Akses ke Platform Belanja dan Media Sosial
Hapus aplikasi belanja online dari ponsel atau atur batas waktu untuk mengakses situs belanja. Mengurangi akses ini dapat membantu menekan dorongan untuk belanja impulsif. Selain itu, unsubscribe dari newsletter promosi yang sering mengirimkan penawaran menarik.
Jangan lupa juga detox media sosial. Di satu sisi, media sosial memang bisa membuatmu lebih terkoneksi dengan orang lain. Tapi di sisi lain, iklan-iklan produk lucu-lucu bertebaran di sana sini, ikut ke-scroll, yang terus membuatmu jadi goyah iman, apalagi kalau lagi emosi. Jadi, kurangi screen time di media sosial ya. Di Instagram, hal ini bisa diatur kok. Kamu bisa masukkan mau berapa jam mengakses Instagram dalam sehari. Jika sudah lewat waktunya, Instagram akan memberimu notifikasi.
6. Edukasi Diri tentang Keuangan
Pelajari cara mengelola keuangan dengan baik. Ada banyak sumber online gratis yang bisa digunakan untuk memahami pentingnya pengelolaan uang yang bijak. Artikel, video, dan podcast tentang keuangan dapat menjadi panduan yang bermanfaat.
Selain itu, ikuti kelas atau seminar keuangan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola dan menginvestasikan uang dengan benar. Dengan begitu, kamu akan belajar membuat keputusan finansial yang lebih baik dan terarah.
7. Penghargaan Diri Tanpa Belanja
Temukan cara lain untuk menghargai diri sendiri tanpa harus berbelanja. Jalan-jalan keluar, nonton film favorit di layanan streaming, atau menikmati waktu berkualitas bersama keluarga bisa menjadi alternatif yang menyenangkan. Ya, kalau jalan-jalan jangan juga terus ke minimarket tanpa tujuan ya. Bahaya juga itu.
Aktivitas sederhana ini enggak hanya menghemat uang, tetapi juga memberikan kebahagiaan dan kepuasan yang sama, bahkan lebih bermakna. Kamu dapat menciptakan keseimbangan hidup yang sehat dan mengurangi ketergantungan pada belanja impulsif untuk merasa puas.
Baca juga: Bagaimana FIRE Memengaruhi Kualitas Hidup dan Kesejahteraan Mental
Dengan mengelola emosi dan menerapkan strategi yang tepat, kamu dapat menghindari doom spending dan menjaga kesehatan finansial. Penting untuk tetap waspada terhadap pemicu emosi dan mencari alternatif yang lebih sehat untuk meredakan stres. Langkah-langkah ini enggak hanya membantu mengurangi kebiasaan belanja berlebihan tetapi juga meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Semangat!
Mau tahu bagaimana merencanakan FIRE dan membangun aset 300 kali gaji dengan lebih detail? Kamu harus banget punya buku ini. Kamu bisa baca dan belajar secara fleksibel, dan dapatkan insight lebih detail mengenai konsep FIRE.
Sudah bisa dibeli di toko-toko buku di kota-kota besar di Indonesia! Get your copy now!
Jangan lupa untuk follow akun Instagram Dani Rachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang praktis dan bisa dipraktikkan sendiri. Juga berlangganan newsletter dengan melakukan registrasi di sini, yang akan dikirimkan setiap bulan berisi berbagai update dan tren di dunia keuangan. Jangan sampai ketinggalan berita!