Karena dulu saya sudah diperkenalkan dengan uang sejak masih kecil banget, maka buat anak-anak, saya juga sudah berencana untuk mulai memperkenalkan uang pada anak sejak mereka masih kecil juga.
Ternyata, cukup menantang juga ya. Satu, karena uang itu termasuknya benda “abstrak” buat anak-anak. Jadi perlu bantuan tools lain untuk bisa menjelaskan konsepnya, dan juga banyak-banyak praktik. Dua, ya, namanya anak-anak. Nggak bisa sekali diajarin terus bisa. Yaeyalah kan? Mesti berulang, berkali-kali. Apalagi kita juga mesti menemukan cara yang asyik supaya mereka mau belajar.
Sesuatu.
Tapi, keuangan memang penting banget untuk dikenalkan sejak dini. Dan, ini tuh bukan sesuatu yang bisa kita serahkan saja ke orang lain—kayak ke sekolah misalnya. Di sekolah juga enggak ada pelajaran khusus buat keuangan ini kan, meskipun termasuk sebagai salah satu dari 6 literasi dasar yang mesti dikuasai manusia demi survive menjalani hidup.
So, mari kita bahas dalam artikel kali ini.
Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat
[toc]
Memperkenalkan uang pada Anak
Cara memperkenalkan uang pada anak yang paling efektif adalah dengan belajar langsung dengan pengalaman. Karenanya, ketimbang mengajarkan teori, lebih baik memang langsung libatkan anak dalam aktivitas keuangan kita sehari-hari, sembari memberi contoh yang riil—yang bisa dilihat oleh anak secara langsung.
Makanya, perlu digarisbawahi nih. Sebelum kita memperkenalkan uang pada anak dan mengajaknya untuk mulai belajar mengelola keuangan dengan baik, alangkah baiknya kalau kita sendiri punya kebiasaan keuangan yang baik lebih dulu.
Because, monkeys see, monkeys do.
Saya sendiri sempat baca-baca dari berbagai sumber, bahwa di setiap stage of life-nya anak-anak, kita sebenarnya sudah bisa “menyisipkan” berbagai pelajaran keuangan ini.
Usia 2 – 3 Tahun
Anak-anak di usia ini biasanya masih terbatas, menghitung pun paling baru bisa sampai di bawah 10. Tapi, bukan berarti keuangan tak bisa mulai diperkenalkan.
Paling banter, ya diajarin ada uang koin, terus kalau misalnya jajan atau beli sesuatu, biarkan dia yang memberikan uangnya pada penjual. Lalu, mulai diperkenalkan celengan. Diberi uang koin, dan diajarin memasukkan koin ke celengan. Sekalian melatih motorik halusnya juga. Hati-hati tapi ya, harus diawasi, karena di usia ini, anak hobi memasukkan apa pun ke dalam mulutnya.
Di usia ini juga bisa kita memperkenalkan uang pada anak dengan role playing. Pura-pura ada yang jualan, dan ada yang membeli. Uang sebagai alat tukar inilah yang harus mereka pelajari.
Usia 4 – 5 Tahun
Di usia ini, kita dapat mulai memperkenalkan konsep menghasilkan uang. Buat yang sehari-hari bekerja secara aktif sih, akan lebih mudah menjelaskannya. Bahwa, dengan bekerja aktif, kita akan mendapatkan imbalan berupa uang, yang kemudian bisa dibelanjakan dan juga disimpan sebagian untuk keperluan di masa yang akan datang.
Kalau punya keluarga besar dengan profesi yang berbeda-beda, bisa dimanfaatkan banget. Perkenalkan pada berbagai profesi dan pekerjaan yang ada, serta aktivitas rutinnya, yang kemudian ditukarkan dengan uang sebagai imbalan.
Usia 6 – 8 Tahun
Di usia ini, mereka mulai bisa diajak ke bank atau ATM sebagai salah satu media penyimpanan uang. Sampaikan, bahwa di sanalah orang tua menyimpan uang, berbeda dengan mereka yang sudah menabung di celengan. Saat uang diambil, maka jumlah tabungan akan berkurang. Nantinya, bisa ditambah lagi kalau sudah mendapat imbalan dari bekerja.
Jelaskan juga bahwa suatu hari nanti, mereka juga akan perlu untuk punya rekening sendiri di bank. Akan baik jika anak juga sudah mulai dikenalkan pada uang saku. Bisa diberikan setiap bulan, atau setiap minggu. Lalu, perkenalkan bahwa uang tidak harus dihabiskan dalam satu waktu. Uang dapat disimpan, dan nantinya bisa dimanfaatkan untuk membeli sesuatu yang anak sukai atau inginkan.
Di sinilah konsep menabung sebenarnya diperkenalkan.
Usia 9 – 12 Tahun
Di usia ini, anak-anak mulai bisa diajari berbelanja. Saya sendiri sih memang suka mengajak mereka belanja bulanan; siapkan catatan belanja, lalu hanya membeli barang yang ada dalam daftar. Memang akan lebih nyaman kalau belanja di supermarket sih, karena bisa sambil diskusi ini itu.
Sesekali saya ajak belanja juga di tukang sayur dan pasar tradisional, biar kenal juga dengan ekonomi yang ada di akar rumput. Bahkan, ini akan lebih enak untuk mengajari mereka membandingkan harga. Bukan sekadar lebih murah sih, tetapi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan. Gampangannya, kita memperkenalkan uang pada anak dengan konsep kesepadanan.
Kadang, memang barang di supermarket lebih mahal, tetapi ada beberapa hal lain yang juga jadi pertimbangan.
Usia 13 – 15 Tahun
Nah, kebetulan sulung saya juga baru menginjak 13 tahun, jadi saya penginnya sih mulai mengajarkan konsep investasi di sini.
Masih belum, tapi saya mulai mencari-cari produk yang dia sukai, dan apakah produsennya sudah melantai di bursa saham. So far sih, barang-barangnya dia masih saya yang memutuskan pemakaiannya. Paling-paling dia memang fans beratnya Disney. Sementara saya belum sempat mempelajari bursa saham AS, di mana saham Disney ditransaksikan. LOL. Ya, nantilah, sambil belajar juga.
Nah, sudah belajar konsep menghasilkan uang, belanja dan menabung, juga investasi, jangan lupa untuk juga mengajarkan mengenai berbagi ke orang-orang yang tepat.
So, itu dia beberapa hal soal memperkenalkan uang pada anak sesuai stage of life mereka yang bisa dilakukan oleh orang tua. Jujur sih, saya baru sampai di stage 13 tahun. Ke depan, bakalan masih banyak PR yang harus saya kerjakan, dan juga masih banyak banget hal yang harus saya perkenalkan. Semoga dilancarkan saja.
Gimana, ada yang mau ditambahkan? Atau, ada pengalaman dan trik lain untuk memperkenalkan uang pada anak? Sok, ditulis di kolom komen ya!