Genre: Historical event animation (action/comedy?)
Writers: M. Suyanto, Aryanto Yuniawan
Cast: Reza Rahadian, Tanaka Hidetoshi, Maudy Ayunda, Ian Saybani
Rating: PG13 (kaliyes?)
Studio: Amikom Jogjakarta dan MSV Pictures
(all pictures in this post is from http://battleofsurabayathemovie.com/
Oh!! Maybe you gonna hate me after reading this review…
Yumna The Warrior GirlPlot Film Battle of Surabaya:
Musa, arek Suroboyo yang berumur 13 tahun harus menghadapi kerasnya dunia di Surabaya pada masa peralihan dari pendudukan Jepang ke Sekutu yang ditunggangi oleh kehadiran tentara NICA. Demi bertahan hidup dan merawat ibunya yang sakit-sakitan, Musa menjadi tukang semir sepatu sekaligus messenger surat dan pesan penting bagi pergerakan kedaulatan Indonesia.
Di sinilah dia tahu kalo Yumna, temannya, adalah anggota komplotan Kipas Hitam, pasukan bawah tanah bentukan Jepang yang kemudian melakukan apapun demi keuntungan mereka. Bagaimana perjalanan Musa melalui pertempuran demi pertempuran menjadi inti cerita film ini.
My take on this movie:
Let’s start from the critics first, I will go with my praise later on. Shall we?
Karena gw udah bayar tiket nonton jadi mestinya review juga harus berimbang dong ya. Gw kan pencinta manga dan animasi terutama yang dari Jepang, dan film ini juga menggunakan animasi seperti film animasi Jepang, mau gak mau jadi membandingkan. Apalagi tone gambar film ini menyerupai gambar-gambar buatan Studio Ghibli dan tema yang diambil anak kecil di tengah kejamnya perang. Langsung dong keingetan Grave of Fireflies yang sukses bikin gw mewek dari awal sampe akhir film.
Dari sisi animasi tiap karakternya masih kurang luwes meskipun film ini sudah jauh lebih mendingan dibanding film kartun buatan negeri kita yang kualitasnya masih banyak yang kurang. Gerakan tiap karakternya masih kurang alami terlihat dan gak believable. Itu pertama.
Kedua soal proporsi anggota badan dan perspektif yang diterapkan waktu karakter-karakternya ditampilkan full body keseluruhan. Kadang tangan masih keliatan kegedean, muka yang kelihatan aneh dari samping dan perbandingan antara manusia dan objek lain di satu scene kadang masih kerasa off. Well, okelah kalo dibilang ini project pertama, gw yakin animator manusianya pasti belajar banyak dari sini dan akan lebih baik di project selanjutnya. Ohiya, satu lagi, suara adegan lari ama gambarnya gak matching. Suaranya kayak sprint 100 meter tapi larinya kayak marathon.
Ketiga soal cerita dan ini menurut gw satu dari dua kelemahan terbesarnya. Gw appreciate lah upaya mengangkat kisah sejarah di film animasi pertama buatan Indonesia ini, tapi film ini berusaha mengangkat terlalu banyak tema sampe gak jelas tema utamanya apa. Battle of Surabaya pun kerasa cuma jadi judul doang karena adegan perang 10 Nopembernya sendiripun tak banyak, cuma beberapa menit terakhir aja.
Di film ini ada perjuangan, kisah cinta, kesetiaan, keberanian, komedi sampai ke ninja-like-action. Not that I hate the whole movie, but too many focus so that the movie doesn’t have any, the story just didn’t work for me.
Kalo dilihat kepisah-pisah sebagai trailer mungkin akan dapet feel dari masing-masing scenenya. Mungkin lebih baik kalo di project berikutnya fokus aja sama satu tema. Ambil kisah cinta yang sedihnya misalkan. Cerita yang lain diambil buat memperkuat aja. Kayak Grave of Fireflies yang gw bilang di awal, cuma cerita tentang kakak adik yang hidup di masa Jepang setelah dibom atom (spoiler alert!) yang endingnya keduanya tewas tragis, that very simple theme throughout the movie speaks very loud, dibandingkan kalo misalkan ditambah ada tentara Jepang yang berusaha bantuin mereka dan anak-anak tadi harus jadi messenger dan seterusnya dan seterusnya.
Tapi gw yakin pengalaman ini pasti berharga banget buat penulis naskahnya dan ke depan semoga bisa lebih baik. Etapi gw penasaran gimana kalo Battle of Surabaya ini ditulis ama Swastika Nohara yang mana film yang ditulis ama belio ini langganan juara.
Keempat, soal bahasa dan pengisi suara. Ini yang paling genggeus nih. Mungkin karena para aktor Indonesianya belom pengalaman ngisi suara, ato sutradaranya gak pengen ribet nyari logat Surabaya yang otentik ato ya gatahu deh ya, bahasa yang dipake ya kayak bahasa jaman sekarang ajah. Surabaya tahun 1945 gitu loh deh. Yamasa pake bahasa yang unyu-unyu. Yo ono lah yang pake bahasa medok dan Reza Rahadian aka Mas Danu sempat juga pake bahasa medok, tapi rasanya kurang. Apalagi guyonan-guyonan yang coba disisipkan di film ini, sama sekali gak masuk menurut gw. Just skip the jokes karena mengurangi bobot filmnya. Balik soal suara, antara suara sama tema film gak nyatu. Gak believable buat gw. I didn’t buy their dialogue.
The praise for Battle of Surabaya
Yumna
Oke, kalo banyak banget jeleknya kenapa konton Dan?
Karena ini film kartun pertama Indonesia yang diterima secara internasional. Maksud gw ada dapet nominasi dan satu penghargaan di ajang film internasional. Penasaran dong gw. Apalagi proses pembuatan 3 tahun dan menelan biaya hampir Rp. 50 Milyar! (eh bener gak sih? Hahahahaha)
Terlepas dari belom luwesnya animasi tokohnya yang gw sebut tadi, animasi secara keseluruhannya superb. Alam Indonesia tahun 1945an digambarkan indah banget. Surabaya di tahun itu yang masih berjalan tanah bikin gw penasaran beneran gitu nggak ya. Asli, animasi macem pesawat, mobil, ledakan di gedung dan spesial efeknya keren banget. Ini gw gak melebih-lebihkan.
Kalo suka sama film Ghibli, pasti tahu gimana itu Jepang jaman baheula digambarkan. Bikin pengen balik hidup di desa lihat filmnya. Nah si Battle of Surabaya ini jugak. Aslik keren banget suasana alamnya, suaranya, gimana matahari jatoh di dedaunan. Gimana pesawat tempur terbang dengan suara menggelegar di bumi yang masih lebih muda.
You gotta see how they did that. Beneran bagus.
Selain itu, beberapa scene menurut gw berhasil banget menyentuh emosi. Adegan dimana Musa menemukan Kampungnya dibakar tentara sekutu (apa Jepang ya?) dan dia menemukan ibunya yang sakit di kasur tertimpa atap yang terbakar, bok gw berkaca-kaca.
Trua juga adegan kejar-kejaran waktu Musa harus kabur dari kejaran tentara Inggris mulai dari waktu dia dibonceng sama Danu sampai dia akhirnya harus naik sepeda kebo jaman dulu. Almost perfect deh. Adegan dia mengayuh sepeda itu lancar banget ngalirnya. Gw pun ikut deg-degan!
Beberapa bagian dari film ini worth noting yang emang kelasnya udah layak masuk bioskop lah. Sayangnya kok ya film ini cepet banget turun dari peredaran. Di Aeon XXI udah gak ada show malemnya. Ya mungkin karena mereka berani banget ya head to head sama Inside Out buatannya Pixar yang jauh lebih gede modal dan juga pengalamannya. Keberanian ini aja patut diacungin jempol.
=======
Apakah gw jadi kapok setelah nonton film ini? Nggak sama sekali. Meskipun buat review film Battle of Surabaya ini gw kasih 2 dari 5 untuk semua yang jelek-jelak di atas tadi. Tapi buat animasi selain yang gw bilang jelek tadi, gw berani kasih 4 dari 5 lah.
Jadi kalo di blend dapetnya 3 dari 5 ya? 😛
Sungguh deh, gw menantikan proyek film mereka yang berikutnya. Bahkan kalo perlu pengisi suara, gw bersedia gak dibayar *halah. Hahahaha. Kalo belom nonton, buruan deh sebelum beneran turun dari bioskop! 😀
Nasihat buat Orang Tua:
Film ini bukan film anak-anak sama sekali ya meskipun ini film kartun. Jangan berfikir kalo mau ajak anak nonton film nontonnya film ini ya mumpung filmnya kartun. Bokkkk, ini tentang perang loh, bukan tentang kereta mainan yang diwarna-warni macem di Baby’s TV. Yayayaya? Jadi jangan asumsikan film kartun=film anak-anak.
Review film lain di blog ini:
[display-posts category=”film”]
Febriyan
Mau nonton tp blm kesampaian. Dpt reviewan dari temennya Uda Sulung, secara cerita katanya memang gak fokus. Hmmm. Penasaran karena memang animasi Indonesia nya sih. Worth gak ya?
Dani
Worth it Yan menurut gw, Ya jangan ngarepin kualitas lah, tapi jadi saksi dimulainya era film animasi Indonesia 😀
Ari
Objektif banget ini revew-nya. Semoga ke depan bakal ada film animasi karya anak bangsa lagi. Dengan kualitas lebih bagus tentunya.
Dani
Amiiiin. Saya sudah ga sabar menantikan karya selanjutnya. Semoga ada studio lain yang mau ikutan juga ya Mas buat film kartun gini. 😀
Dita
wahh kalo logatnya gak suroboyan yo gak mbois lahh 😀
Dani
Iyo Dit. Gak mbois. Hahahaha.
Pipit Widya
Tahu film ini dari #TrendingTopicnya Metro TV. Awalnya penasaran cz pengisi suaranya aktor2 terkenal Indo. Tapi sampai skrg blm nonton, hahahaha.
Bbeneran nih mau ngisi suara medok ga dibayar Mas? 🙂
Dani
Hayuk Mbak Pipit ditonton, meskipun ada kekurangannya tapi film ini layak tonton kook. Hihihi. Mendukung produk anak negeri. 🙂
gustyanita pratiwi
Sy jd tertarik klo ada manganya
Dani
Wah, semoga dibaca sama studio ya biar mereka buatkan manganya.
Dwi Puspita
belum pernah lihat film ini sebelumnya mas 🙂
Dani
Semoga masih tayang di bioskop Surabaya Mbak. Ayuk ditonton biar temen-temen yang bikin seneng dan bikin lagi filmnya. 🙂
Andik
Akhirnya ada yg me-review. Dari baca sana sini sih katanya memang ada beberapa kekurangan. Kurang natural lah, ceritanya wagu lah, dsb. Tapi berhubung seperti yang sampeyan sebutkan, film animasi Indonesia yang masuk kancah internasional. Sepertinya aku bakal nonton deh Om.
Btw, OOT. Sampeyan penak tenan jeh. Iso nonton terus-terusan. :))
Dani
Iyo Mbah. Layak kok ditonton terlepas segala kekurangannya. Internesyenel gitu kan kelasnya.
Soal nonton terusterusan itulah ruginya rumah deket sama mol Mbah.
Priyo Harjiyono
Dulu sempet diputerin scene yg blm jadi pas kuliah sama pak Suyantonya, aku sendiri yakin pasti ada kekurangannya saat film ini di rilis, tp jujur aku lebih nunggu keluarnya Chronicle of Java yg entah mau dirilis kapan sama amikom
Dani
Wah ada yang judulnya Chronicle of Java ya? Aduh kok jadi penasaran ya sayah. Huhuhu…
Fredeva
Huiiih asik nih Battle Of Surabaya. Kemaren mau nonton tapi temen-temen malah pilih film lain. 🙁 Makasih reviewnya ya baaangg. Abis ini nonton ahh~
Dani
Semoga masih dapet ya tiketnya. Huehehehe…
bemzkyyeye
Gw cari ini di bioskop dkt2 rmh kok ga ada film nya yah Dan? Pengen ntn hehehe
Dani
Iya Ye, udah turun keknya. Sepi banget yang nonton di Jakarta. 🙁
Ira
aku pun baru hari ini nontonnya karena takut turun dari bioskop mas Dani. Kurang lebih reviewnya sama 😀
aku pun baru bikin review filmnya di blog.
terus…memang jadi kepikiran sama Gibli yak begitu lihat gambarnya 😆
Dani
Waaah sudah nonton juga ya Ra. Semoga semakin banyak yang bermunculan yaa…
Indah Susanti
Menarik banget..baru tahu ada film ini. Emang judul resminya pakai bahasa Inggris atau sudah ada versi bahasa Inggrisnya? Belakangan ini saya agak heran dengan perkembangan di Indonesia, buku-buku diterbitkan dengan judul bahasa Inggris tapi isinya bahasa Indonesia..jadi gimana gitu..
Dani
Iya Mbak Indah, ini judulnya memang Bahasa Inggris tapi isinya Bahasa Indonesia. Sepertinya sih ada terjemahannya dan judulnya pakai Bahasa Inggris karena diikutkan di ajang internasional…
Choirul Huda
saya belom nonton, rencananya mau akhir pekan ini
wow, spoiler euy 🙂
oh ya, penasaran sama adegan di hotel yamamoto…
Dani
Semoga masih dapat nontonnya ya Mas. Hihihi. Adegan di hotel Yamatonya ada. Sebaiknya lihat sendiri ya. Hehehehe.. 😀
Wong Ganteng
keren banget ini, malah ratingnya tinggi loh buatannya indonesia ini
Dani
Iya, bagus kok gambarnya. Sayangnya banyak yang ngereview kurang objektif 😀 Jadinya mungkin nilainya ketinggian 😀
defa ramadhani
penasaran juga jadi pengen liat langsung filmnya abis baca riview nya
Dani
Semoga masih bisa dapet filmnya di bioskop ya! 😀
arman
walaupun gak sempurna tapi idenya udah bagus ya… moga2 ntar bisa memicu film2 sejenis lainnya…
emang bikin film animasi itu mahal….
Dani
Iya Ko. Meskipun banyak kekurangan, semoga bisa memicu tumbuhnya industri film animasi Indnesia 😀
Yudhi Hendro
terbukti juga kalo pembuat film kitajago dan nggak kalah dgn luar negeri ya
Dani
Iya Pak. Semoga film ini bisa jadi langkah awal Indonesia untuk jadi negara produsen animasi.
Lidya
aku belum nonton, minggu lalu nontonya inside out
Dani
Kayaknya udah turun Mbak Lid sekarang ya.
Swastika Nohara
Aku maju mundur terus mau nonton film ini, antara penasaran tapi juga banyak film lain yg menarik di bioskop. Sampai sekarang belum ketonton deh… Film ini cocok buat anak usia TK-SD ya Dan?
Dani
Mestinya sih nggak Tik. Ceritanya cukup berat.
Inna Riana
tadinya mau ajak boyz nonoto. ga sempet. keburu turun filmnya. cari versi vcdnya aja deh
sutopo
wew reviewnya lebih lengkap dari pada punyaku wkwkwk
Dani
Iki lagi ngebukak Mas. Tak wocone dhisik ya 😀