Bank Indonesia akhirnya secara resmi menaikkan suku bunga acuannya menjadi 4.75% di pertengahan Oktober 2022 lalu. Angka ini naik 0.5% setelah sebelumnya suku bunga BI sudah naik duluan ke 4.25% setelah bertahun-tahun bertahan di angka 3.5%.
Artinya, sejumlah dampak sudah mulai terasa. Pasalnya, suku bunga BI memang menjadi acuan dari berbagai aktivitas keuangan yang ada di negeri ini.
Yuk, kita bahas di artikel kali ini.
[toc]
Dampak Naiknya Suku Bunga BI
1. Bunga kredit naik
Kebijakan pengetatan moneter kenaikan suku bunga BI ini pasti akan membuat suku bunga perbankan dan lembaga konvensional lainnya akan juga ikut naik.
Akibatnya, biaya kredit bank akan semakin tinggi, termasuk di dalamnya adalah kredit perumahan atau KPR, usaha, hingga kendaraan. Pastinya hal ini akan membuat beban bulanan kita jadi lebih berat.
2. Menurunnya penyaluran kredit
Sebelumnya, sesuai data Juli, tingkat pertumbuhan kredit bank cukup bagus, bisa mencapai 10%. Namun, dengan adanya kebijakan kenaikan suku bunga BI, bisa membuat penyaluran kredit menjadi melambat, karena masyarakat dan bisnis pasti akan mempertimbangkan bunga kredit yang tinggi.
Untuk saat ini memang belum tampak dampak yang terlalu terlihat, tetapi grafik pertumbuhan mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan, hingga di bawah 10%.
3. Sektor riil bertumbuh melambat
So, ini memang jadi efek domino sih. Saat penyaluran kredit mandek, pertumbuhan sektor riil pun akan terhambat.
Hal ini terjadi karena banyak dari usaha sektor riil yang banyak mengandalkan pembiayaan dari kredit perbankan.
4. Perubahan perilaku keuangan pribadi
Bunga kredit naik—yang bisa berarti bunga kartu kredit juga disesuaikan—membuat banyak orang berpikir dua kali untuk belanja.
Dari konsumsi dan spending, masyarakat akan cenderung beralih ke saving. Selain karena harga barang juga cenderung naik akibat inflasi, bunga tabungan bisa jadi lebih menarik. Ini artinya kegiatan ekonomi bisa sangat melambat karena uang tidak akan banyak beredar.
5. Berkurangnya lapangan kerja
Lebih jauh dari hal-hal yang bisa terjadi seperti yang dijelaskan di atas, terutama melambatnya pertumbuhan bisnis di sektor riil, dampak meningkatnya suku bunga BI juga akan berpengaruh pada kesempatan lapangan kerja yang berkurang.
Tak hanya lapangan kerja yang ada saja yang kena dampak, hal ini juga membuat lapangan kerja baru sulit tercipta.
6. Daya beli tergerus
Akibatnya lagi, karena tingginya harga barang dan produk, langkanya lapangan pekerjaan, hingga bunga kredit yang tinggi, akibatnya daya beli masyarakat tergerus.
Bisnis properti, misalnya, pasti akan kena dampak karena skema KPR menjadi tak terjangkau, harga rumah melonjak, dan berbagai faktor lainnya. Begitu juga dengan penjualan motor, dan berbagai barang yang sering dibeli dengan skema cicilan.
Paling parah, ada sekelompok masyarakat yang semakin rentan terhadap utang saat daya beli tergerus seperti ini. Beban hidup akan semakin berat untuk lapisan ini.
Semua kok ngeri ya, dampaknya? Emang nggak ada dampak yang bagus gitu? Ada pastinya!
Dampak Positif Kenaikan Suku Bunga BI
1. Tukar rupiah meningkat
Kenaikan suku bunga BI yang terjadi baru-baru ini membuat mata uang rupiah menjadi lebih stabil dan ke depannya bisa menguat setahap demi setahap.
Kok bisa ya?
Logika saja. Kenaikan suku bunga BI biasanya akan menarik minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini akhirnya dapat mencegah keluarnya alira modal dari dalam negeri, sehingga mendukung nilai rupiah.
2. Inflasi terkendali
Inflasi melonjak bisa berpeluang tak terkendali. Salah satu cara yang biasanya diambil oleh pemerintah untuk mengendalikan laju inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga BI.
Sayangnya, untuk yang sekarang inflasi bukan dikarenakan uang yang terlalu banyak beredar, melainkan karena harga makanan dan energi yang meningkat akibat konflik geopolitik. So, dampak ini memang bisa terasa, tetapi dalam jangka waktu panjang.
3. Return investasi naik
Kenaikan suku bunga BI dapat menguntungkan investor, karena imbal hasil beberapa jenis surat berharga akan juga menyesuaikan. Misalnya seperti Saving Bond Ritel yang memiliki skema bunga mengambang.
Artinya kupon yang bisa kamu dapatkan juga bisa lebih besar setelah adanya kenaikan suku bunga BI ini.
Tak hanya imbal hasil surat berharga seperti obligasi saja yang berpeluang naik, bunga deposito juga bisa terkerek naik. Lha, kok ikut-ikutan? Ya, bayangkan saja, kalau misalnya bunga deposito enggak naik, bisa-bisa nasabah menarik semua dana dan memindahkannya ke instrumen lain yang keuntungannya lebih menarik.
4. Modal asing mengalir masuk
Dengan hasil investasi yang lebih menjanjikan, investor—termasuk investor asing—akan tertarik berinvestasi di Indonesia. Artinya, aliran modal keluar akan dapat ditekan, sehingga ekonomi pun menjadi lebih baik.
5. Kompensasi penurunan devisa
Kenaikan suku bunga BI diambil kebijakannya demi mewaspadai munculnya pembalikan harga komoditas. Padahal sebenarnya hal ini cukup menguntungkan Indonesia sebagai eksportir.
Pasalnya, jika ekspor komoditas menurun, maka permintaan devisa ekspor bisa tertekan, sehingga modal dapat keluar. Suku bunga BI naik untuk mencegah aliran modal agar tak keluar dari Indonesia, demi kompensasi devisa ekspor yang menurun tersebut.
Apa yang Harus Kita Lakukan Saat Suku Bunga BI Naik?
Sebenarnya kenaikan suku bunga BI ini merupakan salah satu bentuk kebijakan moneter. Kaitannya ya ke perekonomian negara secara keseluruhan. Namun, bukan berarti keuangan pribadi enggak terpengaruh juga.
Ada beberapa hal yang pasti akan terdampak, seperti kalau kamu punya utang alias kredit ke bank, atau kamu punya simpanan deposito. Selain itu, juga ada dampak-dampak tak langsung. Misalnya efek belanja jadi lebih mahal.
Jadi, apa yang harus kita lakukan?
Amankan Penghasilan
Inflasi karena krisis energi dan makanan seperti sekarang ini memang dampaknya berbeda dengan inflasi pada umumnya yang terjadi akibat banyaknya uang yang beredar di publik.
Karena itu, yang pertama harus diperhatikan adalah keberlangsungan penghasilan kita.
Mengapa demikian? Karena dengan naiknya suku bunga BI, maka industri, bisnis, hingga UMKM akan cenderung sulit untuk memperoleh modal baik untuk pembiayaan produksi, membangun pasar, hingga mengekspansinya. Pemilik bisnis atau manajemen perusahaan akan mikir panjang buat mengambil pinjaman untuk pembiayaan modal. Pastinya hal ini berpeluang menghambat kegiatan usaha, ya kan? Imbasnya sudah pasti ke sumber daya manusia, dan akhirnya berdampak pada penghasilan.
So, yang pertama harus diamankan adalah stream income. Bagaimana posisi penghasilanmu ke depan? Apakah “ada ancaman”? Atau bakalan baik-baik saja?
Ini bukan menakut-nakuti loh ya. Namun, being aware adalah bagian pertama dari sebuah manajemen risiko.
Belanja hemat
Memang ini adalah saat terbaik untuk berhemat. Tapi, bukan berarti lantas enggak belanja sama sekali juga. Karena kalau terus enggak belanja sama sekali, ya perekonomian malah semakin mandek. Akibatnya, tambah parah.
So, tetap belanja. Yang paling bagus adalah belanja di sekitar lingkungan; di warung-warung tetangga, di kios sembako, di pasar tradisional. Selain harganya biasanya lebih masuk akal, kita juga berarti saling menopang hajat hidup. Saling bantu, saling menghidupi.
Hemat, sesuai anggaran, sesuai kemampuan, sesuai kebutuhan. Jangan berlebihan, apalagi berutang konsumtif. Kalau perlu, ubah gaya hidup menjadi frugal living.
Perkuat dana darurat
Saat suku bunga BI naik, maka itu artinya return reksa dana pasar uang juga akan naik. Ini artinya kesempatan kamu untuk bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Salah satunya dimanfaatkan sebagai pos dana darurat.
Jadi, kamu sekarang sudah punya RDPU ini belum?
Nah, jadi kenaikan suku bunga BI bakalan memengaruhi banyak hal di negara kita, bahkan bisa sampai memengaruhi juga kondisi keuangan pribadi. Ada baiknya kamu bersiap, tetapi tidak perlu panik. Hadapi dengan tenang, lakukan berbagai strategi yang sudah kamu pelajari sejauh ini.
Pasti kita bisa survive melewati krisis ini dengan baik.
Jangan lupa untuk follow akun Instagram @danirachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang mudah dan bisa dipraktikkan sendiri.