Saat masih berstatus karyawan, saya mencoba untuk mencukupkan penghasilan rutin agar pas juga dengan kebutuhan rutin. Nggak pernah sedikit pun kepikiran bahwa kita sebenernya bisa menambah penghasilan dari luar pekerjaan utama.
Pasalnya, saya pernah baca di suatu tempat. Bahwa yang paling efektif dan efisien untuk dapat menyisihkan uang supaya bisa nabung itu adalah dengan mengetatkan pengeluaran sampai pol.
Lalu, apakah saya berhasil menambah tabungan dengan cara ngirit itu?
Enggak. Yang ada saya malah jadi pelit.
Dan kemudian, saya menonton film Confession of Shopaholic. Meski saya nggak belanja fashion gila-gilaan kayak Becky Bloomwood, tapi saya merasa related pada satu hal: Duit itu susah bener didapetin yak? Hingga di satu titik, saya mendapat pelajaran berharga dari film tersebut: kalau ngirit pun masih saja nggak bisa memenuhi kebutuhan, maka tak lain tak bukan, kamu mesti menambah penghasilan.
Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat.
[toc]
Tapi Ternyata, Menambah Penghasilan Itu Nggak Gampang
Tapi ternyata, nggak segampang yang dibilang, Ferguso …
Menambah penghasilan itu nggak serta merta: butuh tambahan, terus pekerjaan datang. Saya pernah cerita mengenai beberapa usaha yang pernah saya lakukan demi menambah penghasilan, tapi ya ternyata nggak semua bisa memberikan hasil sesuai harapan. Beberapa hal justru bikin saya makin boncos. Ya, mungkin nggak cuma disebabkan oleh hal-hal di luar kuasa, kayak saya sendiri juga belum tahu cara mengelola bisnis dengan baik.
Ya, rata-rata sih alasannya sebenarnya (kayaknya) dibuat-buat sih—begitu perasaan saya sekarang—meski nggak semua juga.
Ini dia beberapa alasan yang membuat saya susah banget buat menambah penghasilan dulu, sebelum akhirnya menemukan apa yang pas dan sesuai.
1. Punya bayi
Jadi ibu baru itu warbiyasak! Apalagi buat saya yang sendirian urus bayi. Suami memang saya biarkan bebas menjalankan tugasnya untuk menjadi tulang punggung keluarga, meski kalau di rumah ya itu jadi semacam “hari libur” saya. Saya nggak pernah merasa sedih dengan kondisi ini. Ya, normal saja sih rasanya, ada ups and downs.
Tapi, ya bukan itu tujuan saya menulis artikel ini. Itu jatahnya nanti di blog emak-emak.
Intinya, dengan semua kekalutan dan urusan bayi, rasanya bisa tidur nyenyak di malam hari saja sudah mevvah banget. Boro-boro kepikiran bisa menambah penghasilan.
Padahal ya butuh banget uang tambahan loh! Tapi merasa bener-bener nggak berdaya banget saat itu.
2. Terlalu nyaman dengan kerja kantoran
Sebelum saya punya bayi pun, saya juga enggak berusaha menambah penghasilan sih. Enak-enak kerja kantoran. Masuk jam 8 pagi, pulang jam 4 atau 5 sore. Terkadang (sering malah), waktu saya habiskan buat lembur.
Saya malahan lupa, setelah pulang dari kantor, sebelum menikah dan punya anak itu, saya ngapain aja ya? Kok iya, sama sekali nggak kepikiran buat ngapain gitu, yang berfaedah. Padahal mah juga nggak punya pacar.
Heran … ke mana saja waktu pergi?
Intinya, saya kayaknya terlalu banyak buang waktu sih dulu. Terlalu nyaman sama kerja kantor, merasa aman aja gitu sudah digaji rutin setiap bulan. Ya, kayak gitu sih sebenernya juga nggak salah-salah amat. Cuma ya, lihat kondisi sekarang. Misalkan waktu itu kondisi seperti sekarang, apa ya nggak bakalan kelabakan saya?
Bisa menambah penghasilan itu penting buat karyawan loh, pokoknya. Saya merasa ngeri aja sekarang kalau misalnya ada orang yang bener-bener cuma punya satu stream income. Nggak ada yang bisa prediksi apa yang akan terjadi—baik atau buruk kan?
3. Nggak pede
“Aku nggak bakat dagang.”
Kalimat basi ini dulu juga ada di benak saya. Apalagi saya tipenya yang memang males banget buat ngobrol sama orang asing. Bayangan saya dulu, kalau jualan itu ya mesti nawar-nawarin ke orang-orang, ini itu …
Tapi kalau dipikir-pikir ya, pikiran kayak gitu tuh datang karena kurang pedenya saya, apalagi kalau sama orang yang baru kenal. Rasanya risih banget buat nyodor-nyodorin barang ke orang, karena saya sendiri nggak suka kalau dipaksa buat beli barang yang saya nggak butuh.
Nah, di situlah mindset saya salah.
Harusnya kan, bukan saya menyodorkan barang jualan ke orang dan berharap mereka untuk membutuhkan barang yang saya tawarkan, kan? Harusnya, saya mencari orang yang membutuhkan barang yang saya jual.
Ini kan dua mindset yang berbeda, dan (kayaknya) yang terakhir sih yang bener. Kalau mindset sudah benar, tinggal mencari cara untuk menemukan orang yang butuh tersebut.
Tapi ya mindset salah nggak serta merta saya sadari. Bahkan saya baru ngeh juga setelah sekian belas tahun berkutat di dunia marketing. Yha, telat. Tapi nggak apa. Masih bisa dimanfaatkan juga kok sekarang.
4. Nggak sabaran
Sudah mulai mencoba menambah penghasilan dengan berbagai cara, mindset saya masih saja nggak bener. Saya terlalu mikirin, nanti dapat untung berapa dan kapan mulai dapatnya?
Padahal, kalau berangkat dari sini—sebenernya sudah bisa ditebak—kalau ketika kita baru mulai berbisnis saja sudah mikirin untung (yang banyak), bisa jadi sudah salah strategi sejak semula. Jadinya, nggak sabaran dan nggak siap berjuang.
Ya, memperhitungkan kapan bisa mulai mendapat untung sih ya bagus. Pasalnya, itu kan berarti kita sedang memproyeksikan perkembangan bisnis kita kan? Tapi, kalau kemudian hal itu bikin kita nggak sabaran; cepat putus asa karena lihat kok nggak untung juga ya, tanpa kemudian melakukan analisis kenapa kita nggak mendapat untung, nah … itu tuh yang jadi masalah.
Mau menambah penghasilan gimana, hawong harga aja salah hitung dan nggak sabar keburu pengin untung?
Hey, it rhymes!
5. Tanpa rencana
Menambah penghasilan itu nggak bisa dilakukan tanpa rencana yang matang. Memangnya harus ya, pakai rencana?
Ya iya, dengan rencana, kita akan tahu apa saja yang mesti dilakukan dengan target masing-masingnya. Kayak begini pastinya akan membantu kita membuat strategi bisnis yang tepat. Biasanya sih ya, orang mau menambah penghasilan kadang penginnya ya go with the flow aja. Itu enggak salah, tapi ya kurang oke. Pasalnya, dengan begitu, kita ya cuma akan segitu-segitu aja terus.
Jadi, meski itu hanyalah sampingan, tetapi upaya menambah penghasilan kita tuh memang harus dipikirin secara serius. Nggak bisa kalau cuma pasrah aja. Yekan?
Menambah Penghasilan Nggak Segampang Itu …
Nah, ada yang juga mengalami hal yang sama, susah menambah penghasilan? Bukannya menghakimi sih itu, tapi emang semua juga saya alami dan lakukan sendiri. Tapi, begitu satu per satu “penghambat” itu saya kalahkan, akhirnya bisa juga loh saya menambah penghasilan sementara tetap menjalani status karyawan dengan sebaik-baiknya.
Yang mana yang paling sulit dikalahkan? Menurut saya sih yang soal kepercayaan diri. Itu PR banget, at least buat saya.
Kalau kamu, apa yang membuatmu sulit untuk menambah penghasilan?