Setiap orang memiliki tujuan yang beragam dalam berinvestasi saham. Seperti menginginkan imbal hasil hingga mengembangkan aset sebagai dana pensiun nanti. Dari sana kamu bisa melihat, bahwa ada beberapa tipe investor saham yang mempunyai gaya investasi berbeda dalam berinvestasi.
Lalu, gimana dengan kelen?
Sebenarnya sih, pengategorian ini juga nggak ada maksud apa-apa sih. Mau tipe investor saham A atau B, nggak masalah juga. Kan tergantung tujuan masing-masing, juga profil risikonya, ye kan? Artikel ini ditulis juga bukan buat membanding-bandingkan satu dengan yang lain. Apalagi mendiskreditkan salah satu kelompok; bahwa satu kelompok lebih baik daripada yang lain.
No. It’s simply for fun, kelen pun bisa menambah tipe investor saham lain yang mungkin belum disebutkan di sini.
[toc]
Beberapa Jenis dan Tipe Investor Saham
Jenis investor saham dapat bagi menjadi klasifikasi berdasarkan waktu masuk dan keluar, frekuensi perdagangan atau transaksi, dan pemilihan aset.]
Berikut ini 3 tipe investor saham:
1. Pengikut
Bagi beberapa orang yang berinvestasi di pasar saham, dalam mengambil suatu keputusan, mereka akan mengambil keputusan berdasarkan pada tren pasar, rekomendasi, kiat-kiat, bahkan bisa berdasarkan apa yang dibeli atau dijual orang lain. Tipe investor saham seperti ini, sering masuk ke pasar saham saat harga sedang naik (bullish) lantaran lagi ngehits di sana-sini.
Sayangnya, hal ini nggak diimbangi juga dengan riset terlebih dahulu sama sekali. Akibatnya, bisa diduga sih. Ketika pasar volatile, merekalah biasanya yang paling ketar-ketir. Bahkan, mirisnya lagi, mereka nggak tahu apa penyebab pasar volatile. Karenanya, tak jarang mereka ini kehilangan uang dalam sekejap dengan jumlah besar.
Dan kemudian menganggap pasar saham adalah arena judi. D’oh.
Pada umumnya, mereka hanya berfokus pada bagaimana caranya bisa membeli dengan harga yang serendah-rendahnya, dan dapat menjual dengan harga tinggi. Ya, bagus sih, prinsip begini. Prinsip ekonomi yang biasanya dimiliki oleh para pedagang. Sayangnya, di pasar saham, hal ini nggak bisa serta merta berlaku begitu saja. Apalagi mereka menggunakan trik yang hanya mengikuti informasi sekelilingnya saja tanpa adanya riset terlebih dahulu.
2. Pasif
Investor saham pasif adalah mereka yang sudah mengembangkan diri secara bertahap dari tahap investor pemula. Investor saham pasif sudah menggunakan riset atau analisis dalam investasi saham.
Para investor saham pasif ini melakukan investasi untuk jangka panjang demi meminimalkan biaya transaksi dan meningkatkan capital gain. Biasanya yang menjadi investor saham pasif adalah para investior ritel, yang umumnya memiliki dana investasi relatif kecil.
Rata-rata, investasi saham memang paling cocok dimanfaatkan untuk tujuan jangka panjang, biasanya lebih dari 5 tahun. Para investor saham pasif pun paham tentang hal ini. Maka, tak jarang mereka memilih investasi saham sebagai instrumen untuk mencapai tujuan jangka panjang. Sebagai dana pensiun, misalnya.
3. Aktif
Tipe investor saham aktif adalah investor yang memiliki dana tersendiri yang sudah dialokasikan khusus untuk investasi. Biasanya sih ya, modalnya gede. Investor saham aktif akan melakukan investasi lebih profesional dibandingkan dengan investor pasif. Investor saham aktif juga akan lebih disiplin dalam melakukan investasi dan memiliki manajemen keuangan yang bagus, karena mereka mempertaruhkan dana yang besar dalam investasi saham.
Tipe investor saham juga ada yang berdasarkan metode pemilihan saham. Yuk, simak!
1. Investor Nilai (Value Investor)
Para value investor umumnya akan mencari sekuritas yang mempunyai nilai intrinsik tinggi dibandingkan dengan nilai kapitalisasinya. Hal fokus yang mereka sangat perhatikan adalah nilai atau value. Biasanya yang mereka cari adalah harga saham perusahaan yang punya fundamental bagus, tetapi harga sahamnya undervalued. Ini bisa dibilang “aliran”-nya Grandpa Warren Buffett nih.
2. Investor Pendapatan (Income Investor)
Tipe investor saham yang satu ini biasanya akan cenderung memilih saham perusahaan yang loyal dalam membagikan dividen. Fokus mereka adalah bisa mendapatkan penghasilan secara rutin.
Semakin tingginya dividen yield, maka akan semakin menarik bagi mereka. Dividen yield merupakan persentasi nilai dividen dibanding dengan harga saham (dalam bentuk persentase). Dividen ini dibagikan perusahaan akan dibagikan setiap akhir tutup buku laporan keuangan dan telah mendapatkan persetujuan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) tahunan.
3. Investor Pertumbuhan (Growth Investor)
Investor saham dalam kelompok ini akan berfokus pada pertumbuhan saham yang menjadi asetnya.
Saham perusahaan yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang tinggi akan semakin mereka pilih karena tipe investor saham seperti ini akan melihat parameter dari niche pasar yang menjanjikan.
Kesimpulan
Nah, itulah tipe investor saham yang kesemuanya memiliki karakteristik masing-masing.
Mana yang lebih bagus? Nggak ada. Semua bisa menghasilkan tingkat imbal yang tinggi, kalau memang kamu sebagai investor saham mampu mengelolanya dengan baik.
Saran saja nih, jika kamu ingin invetasi apa pun termasuk investasi saham sebaiknya kamu memahami dasar ilmu saham. Hal ini sangatlah penting, agar kamu tidak mengalami kerugian dan cuma ikut-ikutan kata orang dalam mengambil suatu keputusan.
Boleh saja sih, kalau kamu mendengarkan saran si A, B, C, dan yang lainnya. Tetapi, nggak semena-mena diikuti, kamu juga harus melakukan analisismu sendiri.
Nah, jika sudah mengatahui tentang dasar saham, langkah kamu selanjutnya tinggal belajar terus dan berusaha untuk mengambil kesempatan pada setiap kejadian dari berita baik yang berpengaruh dari sisi makro maupun mikro ekonomi.
Jika hal ini bisa kamu aplikasikan pada saham-saham pilihan dengan baik, pada akhirnya pasti dapat memberikan keuntungan untukmu.
Devi
Baru belajar bangetttt….. thx infonya Bang… gw ga mau ke depannya jadi investor versi pompoman aja 😂… makanya kudu belajar n belajar terus…
dani
Ashaaaaap!!! Yuks semangat belajar!