Apakah kamu pemegang setia saham Unilever? Investor UNVR dari sejak harganya Rp 8 ribuan? Kalo iya, gue punya beberapa pertanyaan.
- Kenapa kamu masih pegang saham Unilever?
- Bagaimana perasaanmu sekarang?
- Apakah kamu masih akan terus pegang sahamnya Unilever ini?
Pertanyaan gue bukan pertanyaan teknis fundamentalnya. Tapi ke perasaan kamu sebagai pemegang saham Ihik. Pasti banyak yang masih bersedih hati ya karena UNVR gak naik-naik harga sahamnya.
Gue pengen bahas dikit nih terkait perkembangan saham Unilever setelah rilis laporan keuangan Q1 2022 terbarunya akhir April 2022 kemarin. Gue baru sempat nulis di sela-sela santai di rumah orang tua pas lebaran karena akhir bulan lalu ribet banget ngurusin transaksi nasabah yang kejar-kejaran sama libur lebaran.
Semoga tulisan ini bisa berguna untuk kamu, para investor die hardnya UNVR dan juga bisa menjawab pertanyaan dari teman-teman yang bilang: “Apa kabar UNVR yang dulu selalu dijadiin contoh, tapi sekarang gak pernah disebut lagi?”
[toc]
1. Kinerja Q1 2022 VS Q1 2021
Kalau sempat membaca berita update emiten di outlet berita-berita online, teman-teman pemegang saham Unilever pasti merasakan sedikit angin segar. Apa pasal? Produsen household products terbesar di Indonesia ini membukukan hasil yang “sedikit” menggembirakan.
Di tahun 2022 di mana perjuangan melawan COVID-19 sudah di tahap penyuntikan booster di mana-mana, kondisi ekonomi seolah pulih. Hal ini mungkin jadi salah satu faktor pendorong meningkatnya kinerja Unilever sebagai perusahaan. Paling tidak, ini yang disampaikan di press releasenya.
Kalau dibandingkan secara YoY, bagaimana sih perkembangan kinerja keuangan saham Unilever? Coba bandingkan ringkasan laporan rugi-laba dari Q1 tahun 2018 ke Q1 tahun 2022 ini:
Dari laporan keuangan di tiga bulan pertama tahun 2022 ini, terlihat Unilever berhasil mencatatkan kenaikan penjualan. Ditambah dengan manajemen biaya operasional yang terlihat bisa meningkatkan marjin keuntungan operasionalnya sampai lebih dari 7% ke 24,36% dari sebelumnya 16,72%.
Kalau melihat perkembangan periode tiga bulan pertama setiap tahunnya, di 2022 ini Unilever menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Angka Earning per Share di tahun 2022 menunjukkan peningkatan signifikan bahkan bila dibandingkan dengan Q1 tahun 2020 di mana saat itu pandemi belum terasa efeknya.
Baca juga: Belajar Fundamental Saham: Price to Earning Ratio (PER)
Sebagai investor, melihat angka EPS ini tentu saja membahagiakan. Karena angka ini adalah indikasi kalau return usaha per lembar sahamnya menunjukkan peningkatan.
2. Valuasi Saham Unilever
Setelah masuk libur lebaran ini, berapa sih harga saham Unilever? UNVR ditutup di harga Rp 4.010 di hari perdagangan pertama setelah libur panjang. Masih lebih tinggi dibanding harga penutupan sebelum libur lebaran yang ditutup di harga Rp 3.890 (naik Rp 20 poin atau sekitar 0,51%) setelah mencatat harga tertinggi di Rp 4.130 di sesi 1 tanggal 09 Mei 2022.
Lantas, apakah harga UNVR ini masih murah atau sudah bagus? Kalau dilihat dari data historikal PE ratio 10 tahun terakhirnya, saham Unilever saat ini terbilang masih murah. Bahkan bila dibandingkan harganya 10 tahun lalu.
Saat ini, saham Unilever diperdagangkan dengan harga kurang dari 30x PEnya. Bandingkan dengan 10 tahun lalu yang harganya sudah 30x di atas earningnya . Dan rata-rata selama 10 tahun terakhir, UNVR diperdagangkan dengan PE sampai 43,5x! Harga saham Unilever saat ini bisa dibilang sudah murah.
Baca juga: Berkenalan dengan Fundamental Saham: Price to Book Value
Bagaimana bila dibandingkan dengan harga bukunya?
Dari harga terhadap nilai buku perusahaan pun, harga UNVR saat ini termasuk sudah cukup murah. Tapi, bagaimana perbandingan harga saham Unilever dibanding pesaing-pesaingnya?
Dengan net profit margin yang sampai 4x lipat pesaingnya, dan nilai market cap yang sampai 30x lebih tinggi, PE ratio unilever yang masih 25x masih jauh lebih murah dibandingkan KINO yang sampai 199x. Yaaa, kalau dibandingkan UCID wajar lah ya dengan market cap dan margin keuntungan yang jumbo ini.
Ya kan-ya kan?
3. Unilever, Apakah Masih Perusahaan yang Bagus?
Tapi, apakah saham Unilever ini masih saham perusahaan yang bagus untuk investasi? Kenapa kok harganya turun gak naik-naik lagi ke harga Rp 8 ribuan? Kok sekarang harganya cuma separohnya?
Oke, sebelum ke analisa otoy yang mau gue tulis, yok kita lihat dulu bukunya Unilever gimana sih sebenernya. Apakah secara perusahaan, keuangan mereka masih baik-baik saja?
Bahas dari tabel perbandingan solvency di atas. Solvency ini bahasa gampangnya ngelihat tingkat utang perusahaan dan juga bagaimana kalo sampe ada masalah sama utangnya. Apakah perusahaan bisa melunasi utangnya dengan mudah.
Unilever terlihat memang punya “paling banyak” utang. Gimana nggak? dengan Current Ratio cuma 0,78x, Unilever tidak akan bisa melunasi utang lancarnya dia dengan menggunakan aset lancarnya. Masih kurang 0,22x. 😀 Bandingkan dengan UCID, KINO dan TCID yang current rationya bisa sampai 8x! Total kewajiban Unilever dibandingkan sama modalnya juga paling tinggi, bisa sampai 2,19x dan financial leverage yang sampai 3,19x. Perusahaan lain ga ada yang seitnggi itu kan?
Tapi kalo mau adil, ya hayuk atuh dilihat utang terhadap modalnya. Rasio Debt to Equity Ratio cuma 0,06x! Jadi utang dibanding modalnya juga kecil banget. Apalagi perusahaan ini bisa kasih untung gede!
Dari tabel di atas, gue bisa bilang manajemennya Unilever adalah manajemen yang paling efektif cetak untuk buat perusahaan dan pemegang saham. Bayangin aja, dari setiap aset yang perusahaan punya dan pakai untuk operasionalnya, Unilever bisa menghasilnya untung sampai 29,82%! UCID saja cuma mampu 6,1% RoAnya. Belum lagi kalo ngomongin keuntungan dari modal yang bisa dihasilkan oleh Unilever.
Dari total modal yang dimiliki, Unilever berhasil mencatatkan keuntungan 95,27% keuntungan dari setiap sen modal yang dimilikinya! Kalau dari modal yang benar-benar dipakai usaha, perusahaan bisa menghasilkan 105,98% keuntungan! Bahkan lebih gede dari modalnya. Perusahaan mana yang bisa menghasilkan keuntungan sebesar ini? Ibarat kata punya modal jualan Rp 100; Unilever untungnya Rp 105! Modal dengkul kan?
Sementara kalau dilihat dari nilai buku perusahaan. Terlihat kalau Unilever lebih suka memanfaatkan utang dibanding pesaingnya. Meskipun nilai utangnya tidak terlalu besar dibandingkan modal perusahaan, tapi nilai utangnya memang jauh lebih besar dibanding UCID, meskipun masih kalah dibanding utang KINO. Liabilitas Unilever terlihat besar bisa jadi karena besarnya utang usaha yang dimilikinya.
Nilai payable turn over Unilever sampai 80 hari, jauh lebih lama dibanding pesaing-pesaingnya. Ini bisa jadi merupakan bukti besarnya nama Unilever yang membuat mereka bisa bernegosiasi untuk mendapatkan waktu pembayaran yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan pesaingnya. Karena itulah cash conversion cyclenya Unilever HANYA 3,66 hari! Ketika Unilever punya uang, dibelikan barang, produksi dan dijual lagi, mereka hanya butuh waktu 3,66 hari! Sementara perusahaan lain di tabel paling cepat 72 hari!
Jadi, karena itu perusahaan bisa seolah-olah bisa beroperasi dengan modal dengkul dan menghasilkan keuntungan 105% dari modal yang dipakainya.
Dan yang terakhir, pemegang saham pasti eh mestinya senang melihat tabel di atas. Kenapa? Karena penghasilan perusahaan per lembar sahamnya jauh lebih besar dibandingkan pesaing-pesaingnya. Beberapa waktu terakhir harga saham UNVR seolah dihukum salah satunya karena EPS yang terus turun. Tapi kemudian ketika EPS perusahaan mulai naik lagi, investor pun mulai melihat lagi sinar yang dimiliki oleh Unilever yang beberapa tahun terakhir tertutupi oleh tekanan pandemi.
Di sinilah analisa otoy gue mulai…
Apakah Masih Bagus Investasi Di Saham Unilever?
Ketika pandemi melanda, banyak orang kehilangan pekerjaannya. Bukan karena satu-dua orang tidak kompeten dan mereka kemudian di-PHK. Tapi karena perusahaan tempat mereka bekerja berhenti beroperasi karena adanya pembatasan kegiatan yang dikarenakan pandemi.
Di sini Unilever melihat kalau mereka sebagai penguasa pasar memiliki kekuatan untuk membantu masyarakat. Mereka menjalankan bisnis seperti sebelumnya saja. Tidak menaikkan harga dan tidak melakukan promosi agresif. Bahkan Unilever seolah menahan diri untuk tidak masuk ke digital market.
Tapi perusahaan tidak kenapa-kenapa. Pabrik-pabriknya masih beroperasi, brand-brand yang dimilikinya masih mendominasi dan jaringan distribusinya juga masih kuat dan segar tak kering dehidrasi terkena pandemi. Sementara di masa sulit, perusahaan tidak melakukan apapun.
Akan tetapi, ketika pemulihan ekonomi sudah hampir pasti di tahun ke dua pandemi, Unilever mulai melakukan langkah-langkah strategis perusahaan. Sebagaimana yang dishare manajemen ini. Hasilnya, keuntungan bersih perusahaan naik setelah penjualan naik dan perusahaan berhasil menekan biaya operasional. Unilever pun mulai masuk ke pasar digital.
Bukan tidak mungkin Unilever menaikkan harga-harga produk-produknya. Bayangkan berapa uang yang bisa diperoleh kalau saja perusahaan menaikkan setiap item barangnya sebesar Rp 50 saja?
Jadi, apakah saham Unilever masih bagus untuk investasi? Buat gue iya. Tapi ga tahu buat kamu. Tugasmulah untuk mencari tahu dan riset sendiri karena postingan ini bukanlah rekomendasi untuk menjual atau membeli satu produk investasi.
Do your own research, because disclaimer is always on!