Iya, memang benar bahwa memiliki anak bisa menjadi hal yang sangat mahal. Ada berbagai macam biaya yang harus dikeluarkan untuk membesarkan dan membiayai kebutuhan seorang anak, seperti biaya makan, pakaian, sekolah, kesehatan, hobi, dan masih banyak lagi. Namun, banyak orang yang menganggap bahwa kebahagiaan yang diberikan oleh anak-anak lebih berharga daripada segala biaya yang harus dikeluarkan.
Mahalnya biaya untuk memiliki anak memang bisa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi keputusan seseorang untuk menjadi childfree. Namun, keputusan untuk tidak memiliki anak sering kali didasarkan pada berbagai faktor lain, seperti karier, gaya hidup, masalah kesehatan, atau pandangan hidup yang berbeda.
So, kesimpulannya memang: punya anak enggak untuk semua orang. Tapi bukan berarti, kita nggak bisa mengusahakan kalau memang mau punya anak. Termasuk soal finansial.
[toc]
Mengapa Muncul Keputusan untuk Childfree?
Media sosial dan online belakangan memang ramai betul membahas tentang keputusan sepasang influencer yang tidak ingin memiliki anak. Bahasannya tentu saja bikin panas suasana.
Yah, bukan netijen namanya kalau enggak pro dan kontra.
Padahal sebenarnya gaya hidup ini sudah cukup lama dianut oleh sebagian kelompok warga dunia. Tapi, berkat media sosial memang akhir-akhir ini jadi sangat populer.
Gerakan childfree pertama kali muncul pada akhir 1970-an dan awal 1980-an sebagai reaksi terhadap norma sosial yang memandang kewajiban memiliki anak sebagai suatu hal yang wajar bagi setiap pasangan yang menikah.
Gerakan childfree memperoleh popularitas dan diterima secara lebih luas seiring dengan perkembangan teknologi dan budaya yang membuat pilihan untuk tidak memiliki anak menjadi lebih mudah. Para pendukung childfree juga mulai berbicara secara terbuka tentang pilihan mereka dan membentuk komunitas online untuk berbagi pengalaman dan informasi.
Sekarang, gerakan childfree telah menjadi bagian dari diskusi yang lebih luas tentang pilihan hidup dan perempuan, dan memicu perdebatan tentang apakah memiliki anak seharusnya dianggap sebagai pilihan atau sebagai kewajiban. Namun, meskipun gerakan childfree mengalami peningkatan popularitas, banyak orang masih merasa tidak nyaman dengan pilihan untuk tidak memiliki anak dan banyak stigmas yang melekat pada pilihan ini.
Ada berbagai alasan mengapa seseorang memutuskan untuk menjadi childfree. Beberapa di antaranya adalah terkait dengan karier, masalah kesehatan, hingga isu lingkungan. Nah, ada satu alasan terbesar yang juga ikut memengaruhi sepasang suami istri memutuskan childfree yang tak dapat kita abaikan: mahalnya biaya hidup seorang anak, mulai dari hamil hingga soal pendidikannya.
Biaya Membesarkan Anak yang Mahal
Soal biaya punya anak ini pasti yang tidak childfree maupun yang memutuskan untuk childfree—akui saja—akan sepaham. Cuma orang-orang yang memang punya privilege tertentu yang menganggap punya anak itu murah. Ya, katakanlah orang-orang yang punya privilege seperti Nagita Slavina atau Aurel dan Atta.
Buat orang yang enggak punya privilege yang sama dengan Gigi atau Aurel pastilah sepakat bahwa punya anak itu mahal.
Setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda untuk memutuskan apakah ingin atau tidak ingin memiliki anak, dan biaya merupakan hanya salah satu dari banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Penting bagi setiap orang untuk mempertimbangkan keputusan mereka dengan cermat dan memastikan bahwa mereka membuat keputusan yang tepat untuk hidup mereka.
Maunya kan pasti, anak bisa mendapatkan semua haknya dengan baik, dengan cara terbaik. Ya kan? Sayangnya ya itu tadi, manusia itu memang kebanyakan mau tapi sumber dayanya terbatas.
Lalu, biaya apa saja yang akan ada saat kita punya anak?
Biaya Kehamilan dan Persalinan
Biaya punya anak bisa mulai dihitung sejak ibu mulai hamil. Di sini, ibu sudah mulai sering kontrol ke dokter, dan juga bertambah kebutuhannya. Mari kita lihat:
- Biaya prenatal, termasuk biaya kunjungan prenatal, tes prenatal, dan pemeriksaan rutin selama kehamilan. Menurut beberapa sumber, rata-rata untuk sekali kunjungan, biaya kontrol dokter di Jakarta adalah antara Rp500.000 – Rp2.000.000. Jika dilakukan sebulan sekali, maka total selama kehamilan minimal 9 x Rp500.000 hanya untuk kontrol saja. Padahal semakin mendekati HPL, biasanya kontrol juga akan lebih intens. Namun, hal ini bisa tercover jika kamu kontrol di Puskesmas dengan menggunakan BPJS Kesehatan.
- Biaya asupan gizi, seperti berbagai vitamin, susu, lebih banyak buah, dan sebagainya. Umumnya ibu hamil juga butuh lebih banyak makanan.
- Biaya persalinan, kalau harus SC maka ya pasti akan lebih mahal ketimbang persalinan alami. Jika kehamilanmu sehat, pastinya biaya juga lebih cenderung murah dibandingkan jika kamu punya masalah.
- Biaya pasca bersalin: Ini termasuk biaya untuk perawatan ibu dan bayi selama beberapa hari setelah persalinan, termasuk pemeriksaan dan tes tambahan.
Biaya Kebutuhan Sehari-hari
Setelah anak dilahirkan, pastinya ia juga akan memerlukan berbagai kebutuhan. Di antaranya:
- Nutrisi: Anak membutuhkan asupan nutrisi yang seimbang dan bergizi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
- Perlindungan dan keamanan: Anak membutuhkan perlindungan dan keamanan untuk tumbuh dan berkembang dengan aman dan nyaman.
- Lingkungan yang baik: Anak membutuhkan lingkungan yang baik dan bersih untuk hidup dan tumbuh.
- Kesehatan: Anak membutuhkan perawatan kesehatan dan perawatan medis yang baik untuk menjaga kesehatan mereka.
- Perhatian dan kasih sayang: Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan keluarga untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang secara emosional dan sosial.
- Pendampingan dan bimbingan: Anak membutuhkan pendampingan dan bimbingan dari orang tua dan keluarga untuk membantu mereka mengatasi masalah dan mencapai tujuannya.
- Lingkungan yang menantang dan memotivasi: Anak membutuhkan lingkungan yang menantang dan memotivasi untuk membantu mereka belajar dan tumbuh secara optimal.
Nah, baru sampai ke biaya kebutuhan kedua—dan ini pun masih buat anak-anak, belum ketika mereka beranjak dewasa nih—kayaknya sudah enggak kehitung lagi kebutuhan finansialnya seberapa.
Mari kita lanjut.
Biaya Pendidikan
Besar kecilnya biaya pendidikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Jenis pendidikan, seperti pendidikan dasar, menengah, atau pendidikan tinggi, dapat memengaruhi biaya pendidikan anak. Pendidikan tinggi biasanya lebih mahal daripada pendidikan dasar atau menengah.
- Lokasi Sekolah. Biaya pendidikan di kota-kota besar sering kali lebih tinggi daripada di daerah pedesaan.
- Tingkat Prestasi, seperti akreditasi dan reputasi, dapat memengaruhi biaya pendidikan Sekolah dengan tingkat prestasi yang lebih tinggi umumnya memiliki biaya yang lebih tinggi.
- Ada beberapa biaya sekolah tambahan terutama untuk sekolah swasta, termasuk biaya pendaftaran, biaya buku, biaya pengembangan, dan sebagainya.
- Biaya hidup sehari-hari juga perlu diperhitungkan, apalagi jika anak bersekolah di kota yang berbeda dengan tempat tinggal. Misalnya seperti biaya tinggal di asrama, biaya makan, biaya transportasi, dan biaya-biaya lainnya.
- Tingkat inflasi dan kenaikan harga barang-barang yang diperlukan selama pendidikan anak dapat mempengaruhi besar kecilnya biaya pendidikan anak.
Ini adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi besar kecilnya biaya pendidikan anak. Oleh karena itu, penting untuk melakukan perencanaan keuangan yang baik dan terus menerus untuk memastikan bahwa biaya pendidikan anak dapat dicapai tanpa kesulitan.
Mengutip dari Data Indonesia, yang telah mengolah data Badan Pusat Statistik, pada tahun ajaran 2020/2021, biaya yang dibutuhkan untuk menempuh pendidikan SD atau sederajat adalah Rp3.24 juta. Sementara untuk dapat menamatkan SMP, rata-rata biaya yang dibutuhkan adalah Rp5.59 juta, dan Rp7.8 juta untuk jenjang SMA. Nah, selama di perguruan tinggi, rata-rata biayanya akan mencapai Rp14.47 juta.
Nah, bagaimana? Apakah sampai di sini sudah cukup menakutkanmu untuk mau punya anak? Bagus! Kalau kamu takut, itu artinya bagus, bahwa kamu jadi cukup aware untuk fokus mempersiapkan diri sebelum benar-benar punya anak.
Persiapan Finansial untuk Punya Anak
So, apakah sampai di sini kamu—karena takut—lantas memutuskan untuk childfree? Ya, boleh saja kalau memang kamu enggak punya nyali. Memang kok, untuk bisa punya anak dan membesarkannya dengan baik itu butuh nyali yang besar! Superbesar!
Namun, jika memang kamu merasa kamu mampu, enggak ada yang nggak mungkin dilakukan dan dicapai kok di dunia ini, termasuk punya anak dan memberikan yang terbaik untuk mereka. Kamu “hanya” perlu melakukan beberapa ini sebagai persiapan finansialnya.
- Atur keuangan pribadi. Pastikan bahwa kamu memiliki pemahaman yang baik tentang keuangan dan bisa menyusun rencana keuangan yang baik untuk masa depan.
- Sediakan dana darurat. Pastikan kamu memiliki dana darurat yang cukup untuk mengatasi situasi yang tidak terduga, seperti biaya kesehatan yang tiba-tiba atau adanya perubahan pekerjaan.
- Buat perencanaan keuangan untuk anak. Tentukan berapa banyak uang yang kamu perlukan untuk membiayai kebutuhan mereka selama masa kecil dan remaja, serta untuk membiayai pendidikan mereka.
- Atur asuransi. Pertimbangkan untuk membeli asuransi kesehatan—termasuk untuk anak-anak—dan asuransi jiwa untuk si pencari nafkah, sebagai jaring pengaman keuangan.
- Sediakan dana pensiun. Pastikan kamu memiliki rencana pensiun yang baik dan mulai berinvestasi sejak dini.
- Kurangi pengeluaran yang tidak penting. Boleh saja kok mau healing, shopping, makan di luar, staycation, dan sebagainya. Alokasikan sesuai bujet dan kemampuan dalam rekening terpisah ya.
Dengan mempersiapkan finansial dengan baik sebelum punya anak, kamu dapat membantu memastikan dirimu sendiri memiliki dana yang cukup untuk membiayai kebutuhan mereka dan memastikan masa depan keuangan yang stabil.
Jangan lupa untuk follow akun Instagram Dani Rachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang praktis dan bisa dipraktikkan sendiri. Juga berlangganan newsletter dengan melakukan registrasi di sini, yang akan dikirimkan setiap bulan berisi berbagai update dan tren di dunia keuangan. Jangan sampai ketinggalan berita!