Harga rumah setiap tahun cenderung meningkat. Tidak selalu, tetapi cenderung. Itu sudah biasa. Sejak zaman dulu juga begitu. Tapi, ada yang beda pada tahun ini, karena sekarang penyebabnya cukup kompleks.
Eits, sebentar. Sebelum kita bahas satu per satu penyebabnya, yuk, kita lihat dulu data pertumbuhan harga rumah di Indonesia.
[toc]
Data Pertumbuhan Harga Rumah di Indonesia
Banyak media melaporkan, bahwa kenaikan harga rumah mulai terasa di paruh pertama tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah inflasi yang mulai meningkat. Dari kondisi ini jugalah, Ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI, sempat menyatakan kekhawatirannya bahwa anak muda Indonesia akan semakin sulit untuk bisa membeli rumah pertama mereka sendiri ke depannya.
Seperti apa sih datanya? Mari kita lihat data yang didapatkan dari website Data Indonesia ini.
Indeks Harga Properti Residensial terlihat naik sebesar 1.87% pada kuartal pertama 2022. Dan, kenaikan ini terjadi pada semua tipe rumah. Pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial ini paling tinggi dialami oleh Manado, dan kemudian diikuti oleh Pontianak dan Yogyakarta.
Di website yang sama disebutkan juga, bahwa peningkatan ini terjadi karena adanya penyesuaian harga yang dilakukan oleh developer sejak awal 2022, ketika insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah mulai diberlakukan.
Sementara harga rumah naik, ternyata tak diikuti oleh jumlah penjualannya, terutama pada rumah tipe menengah—yang turun sebesar 18.28% YoY—dan rumah tipe kecil, yang turun sebesar 8.27% YoY. Meski demikian, penjualan rumah tipe besar justru naik, mencapai 4.01% YoY.
Sedangkan yang berikut ini adalah data yang dirilis oleh CEIC. Untuk data YoY, memang ada kenaikan jika dibandingkan dengan Maret 2021.
Namun, kalau jendela datanya digeser lebih lebar, ternyata ada yang menarique.
Yes, ternyata kondisi saat ini tak setinggi yang terjadi di kisaran tahun 2013 – 2014.
Kondisi ini bisa terjadi disebabkan oleh banyak hal. Nah, ini yang akan kita bahas sekarang.
Faktor Penyebab Naiknya Harga Rumah
1. Inflasi
Alasan naiknya harga rumah yang pertama ini terdengar klise banget memang. Tetapi ya kita tahu, inflasi selalu jadi “tokoh antagonis” penyebab naiknya harga kebutuhan, termasuk harga rumah.
Kalau kita hendak membeli rumah dan protes mengapa harganya naik, maka pihak developer dan marketing hampir selalu menyebut bahwa inflasi telah “memaksa” mereka untuk melakukan penyesuaian harga properti.
Inflasi memang akan terjadi dari waktu ke waktu. Meski selalu dituduh sebagai biang kerok mahalnya komoditas, tetapi inflasi juga menjadi indikator pertumbuhan ekonomi—asalkan dalam level terkendali. Penyebab dari inflasi ada banyak, beberapa di antaranya adalah:
- Kenaikan likuiditas yang terjadi di pasar sehingga mendorong konsumsi
- Tingkat konsumsi yang meningkat
- Terjadi ketidakseimbangan supply dan demand, yang juga disebabkan oleh banyak hal
- Meningkatnya jumlah uang yang beredar
Karena adanya inflasi, harga bahan bangunan dan juga biaya lainnya membengkakkan pembiayaan developer. Mau tak mau, harga rumah pun naik.
2. Angka harapan hidup yang naik
Menurut Badan Pusat Statistik, angka harapan hidup adalah alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Sementara menurut Databoks, rata-rata angka harapan hidup masyarakat Indonesia tahun 2021 adalah 73.5. Ini berarti naik 0.1 poin dari tahun 2020 yang selama 73,4 tahun.
Dengan naiknya angka harapan hidup, artinya kesejahteraan meningkat. Semakin sejahtera penduduk, maka permintaan akan tempat tinggal akan naik. Permintaan (atau demand) naik kemudian mendorong harga rumah naik.
Ini adalah hukum ekonomi yang lazim terjadi di sektor mana pun.
3. Pasokan terbatas
Karena naiknya demand, maka pasokan harus digenjot supaya bisa memenuhi permintaan yang ada.
Pemerintah sendiri sudah melakukan berbagai program demi memastikan pasokan rumah bisa memadai dan seimbang dengan demand. Misalnya seperti pengadaan rumah subsidi, atau fasilitas DP 0%, dan sebagainya. Sayangnya, pemerintah sendiri juga masih terkendala untuk bisa mengejar target pasokan ini. Karena itu, pemerintah mengharapkan pihak-pihak swasta untuk ikut membantu pengadaan rumah bagi masyarakat.
Tapi, sampai sekarang pun masih terjadi backlog rumah, sampai 12.5 jutaan. Ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan inilah yang membuat harga rumah meningkat terus setiap tahun.
4. Infrastruktur bertumbuh
Pemerintah membangun berbagai infrastruktur untuk memberi fasilitas dan kemudahan bagi masyarakat. Misalnya seperti pengembangan kawasan wisata, pendirian fasilitas umum misalnya seperti gedung-gedung layanan publik, taman, sampai pembangunan jalan.
Saat infrastruktur sedang dibangun, biasanya berimbas pada naiknya harga rumah yang ada di sekitar infrastruktur tersebut.
Banyak contohnya, terutama di daerah-daerah satelit yang kemudian dilintasi jalan tol. Depok misalnya. Dikutip dari website bisnis.com, diketahui kenaikan harga properti terjadi sampai 9%, terutama di daerah Cimanggis, Limo, dan Cinere. Padahal indeks harga konsumen Depok menurun 2.61%.
5. Adanya benda-benda bernilai ekonomis di dalam lahan
Berbagai “benda” yang ada di atas sepetak tanah juga dapat menjadi faktor meningkatnya harga properti, terutama yang bernilai ekonomis dan produktif.
Maksudnya gimana sih? Setiap orang yang mau beli atau membangun rumah, harus memperhatikan apa saja yang ada di atas sebidang lahan tersebut. Ada beberapa “barang” yang bisa membuat harganya menjadi mahal, seperti ada tanaman kopi, cokelat, kelapa, atau karet. Tanaman-tanaman ini dapat memberikan keuntungan pada pemilik secara ekonomi, karena itu bisa membuat harga tanahnya menjadi mahal.
6. Aset investasi
Di seputaran fasilitas umum, misalnya seperti terminal, stasiun, bandara, sekolah bergengsi, kampus, perkantoran, dan sebagainya, kita juga akan bisa melihat rumah-rumah dihargai secara mahal.
Tak hanya dibeli untuk dihuni, tetapi sebagian besar disewakan untuk orang-orang yang berkepentingan di fasilitas umum tersebut. Misalnya dibuat kos-kosan untuk para mahasiswa, karyawan, dan sebagainya. Atau, dikontrakkan untuk keluarga yang memang membutuhkan. Sementara, jika berada di dekat terminal, stasiun, bandara, atau lokasi wisata, biasanya akan jadi investasi untuk penginapan.
Bisnis ini menjadi investasi jangka panjang bagi pemiliknya. Maka, tak heran, harga rumah mahal di lokasi-lokasi seperti ini.
7. Lokasi strategis
Ini ada kaitannya juga sih, dengan poin 6 di atas. Lokasi strategis ini artinya dekat dengan berbagai fasilitas yang diperlukan oleh masyarakat, seperti dekat dengan pusat perbelanjaan, rumah sakit, perkantoran, sekolah, kampus, tempat ibadah, dan lainnya. Termasuk kemudahan akses jalan juga sangat memengaruhi.
Tak hanya itu, hal-hal yang berkaitan dengan kenyamanan hunian juga jadi faktor penting. Misalnya, tersedia air tanah yang jernih, ada PDAM, bebas banjir, dan sebagainya.
Semakin strategis, harga rumah akan semakin tinggi. Peningkatan harganya dari tahun ke tahun juga cenderung lebih cepat. Apalagi jika memang berada di daerah yang sangat berkembang dan berpotensi. Sudah pasti banget, harganya akan dengan cepat melonjak.
Kesimpulan
Itu dia beberapa hal yang sangat memengaruhi harga rumah, dan kecepatan naik nilainya. Semoga informasi ini bisa jadi tambahan dasar pertimbangan kamu yang pengin mulai membuat rencana untuk membeli rumah ke depannya.
Well, membeli rumah memang semacam mencari jodoh. Kalau sudah ketemu yang pas, harga cocok, fasilitas dan spesifikasi rumah juga oke, maka selanjutnya akan ada jalan juga untuk membelinya. Yang penting, buat dulu rencana keuangan. Sambil berinvestasi dan menabung, kamu bisa berburu rumah di lokasi yang cocok. Tak perlu terburu-buru, apalagi kalau kamu sekarang masih berusia muda. Komitmen dulu dan jadikan rumah sebagai tujuan keuangan. Pasti akan ada jalannya.
Paradigm
Terimakasih infonya Pak Dani, sangat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk memeli rumah.
Citra Garden
Terimakasih infonya pak, sangat bermanfaat sekali, lokasi rumah yang strategis dan facilitas yang lengkap juga sangat penting.