Blog Perencanaan Keuangan

Menu
  • Perencanaan Keuangan
    • Asuransi
    • Dana Darurat
    • Dana Pendidikan
    • Dana Pensiun
    • Tips Hemat
  • Investasi
    • Emas
    • Business
    • Crypto
    • ORI-SukRi
    • Reksadana
    • Saham
    • P2P Lending
  • Kredit
    • Kredit Umum
    • KPR
    • Kartu Kredit
    • Kredit Online
  • Kamus Keuangan
  • Stories
    • Keluarga
    • Buku
    • Film
    • Musik dan CD
    • Office Life
    • Di Balik Blog
    • Inspirasi
  • About Me
    • Site Map danirachmat.com
    • Contact
    • Paid Post
    • Postingan Tamu
    • Disclaimer
Home
Investasi
Business
Bisnis Gagal: Penyebab dan Pelajaran Penting yang Bisa Diambil
Business

Bisnis Gagal: Penyebab dan Pelajaran Penting yang Bisa Diambil

penuliskonten 19/08/2021

Saya sudah pernah cerita, tentang seberapa banyak bisnis yang sudah saya coba dalam rangka menambah penghasilan. Dan, dari sekian banyak, ternyata hampir sebagian besar gagal. Bisnis gagal memang bikin down semangat kan ya? Itu juga saya rasakan.

Yang paling nyesek adalah ketika harus kehilangan modal.

Tapi, ya sebentar down, lalu harus segera semangat lagi, dan ambil pelajarannya. Ya, soalnya kalau terus kapok, kapan deh bisa resign dari pekerjaan secepatnya, ya kan? Yes, memang itulah yang jadi motivasi utama saya ketika pengin punya bisnis. Saya bosan jadi karyawan.

Memang, bisnis gagal itu adalah salah satu momok yang paling ditakuti oleh seseorang yang baru mulai mencoba untuk berbisnis. Karena, ya, siapa sih yang mau punya bisnis gagal?

Tapi, kalau melihat dari pengalaman, dan juga pengamatan terhadap sekitar, sebenarnya kami—para pebisnis gagal ini—punya beberapa kesalahan yang sama.

Nah, ini dia yang akan kita bahas bersama kali ini.

Disclaimer: Artikel ini bukan ditulis oleh Bang Mamat

Daftar Isi

  • Penyebab Bisnis Gagal
    • Maksain
    • Perencanaan yang kurang matang
    • Terburu-buru
  • Pelajaran dari Bisnis Gagal
    • 1. Riset itu penting
    • 2. Biarkan berkembang alami, tetapi tetap dengan strategi
    • 3. Networking harus jalan terus
  • So, the bottom line is …
Bisnis Gagal: Penyebab dan Pelajaran Penting yang Bisa Diambil

Penyebab Bisnis Gagal

Maksain

Yes, yang pertama adalah maksain. Maksain gimana, maksudnya?

Jadi gini. Kadang, kita berbisnis karena pengin ngebisnisin satu produk itu, atau satu barang itu, atau di sektor itu. Karena, kita suka produk itu, atau kita suka berada di sektor itu. Kita pikir, wah, ini unik, pasti banyak yang suka! Pasti pada beli!

Padahal, enggak.

Itu kan berarti namanya maksain. Tanpa melakukan riset—karena memang nggak peduli dengan kebutuhan orang lain—kita langsung menarik kesimpulan (yang aslinya hanya merupakan asumsi saja).

Akibatnya, ya orang pada nggak butuh, atau selera kita (yang kita anggap unik) ternyata beda sama pasar, jadinya nggak laku.

Misalnya begini.

Mau jualan baju. Kita sendiri punya selera fashion yang cenderung gothic. Karenanya, kita pun memilih produk-produk yang sesuai dengan selera kita itu. Sementara, pasar yang kita targetkan adalah perempuan remaja dan dewasa. Kecenderungannya, mereka itu lebih suka warna-warna ceria atau pastel, dengan model yang lucu-lucu, warna-warni, yang bikin gumush.

Nah, kan, jadi nggak ketemu. Ya, mana mereka mau beli? Buat mereka, baju-baju gothic itu dark banget! Menakutkan …

Kembali ke atas

Perencanaan yang kurang matang

Karena semua hanya berdasarkan asumsi—sudah gitu, salah pula—akhirnya kita tak punya rencana bisnis yang benar. Salah target, salah promosi, … salah strategi pokoknya deh.

Akibatnya, ya boncos. Rugi modal, rugi waktu, rugi pula tenaga dan pikiran. Bisnis yang tanpa direncanakan dengan baik, sebenarnya sudah kelihatan bakalan berumur pendek. Padahal, saya sendiri pengin punya bisnis supaya bisa jadi penghasilan utama, setelah saya resign. Pastinya, saya pengin bisnis yang stabil dong, dan kalau bisa berumur panjang.

Kayak punya orang-orang.

Kembali ke atas

Terburu-buru

Kesalahan terbesar banget adalah buru-buru pengin jalan bisnisnya. Padahal ya kan, semua butuh proses. Trial and error—dan bisa jadi lebih banyak error-nya ketimbang berhasilnya. Kadang, kita kayak mengeblok diri sendiri terhadap kemungkinan error ini.

Mengapa? Ya, karena kita keburu pengin sukses.

Inilah pentingnya sadar risiko sejak awal, dan harus punya rencana untuk mengelola risiko itu. Tapi ya, orang dari awal sudah salah—karena hanya berdasarkan asumsi dan bukan riset—jadinya, ya, gimana ya …

Kembali ke atas

Pelajaran dari Bisnis Gagal

Yang di atas itu adalah 3 kesalahan terbesar, setidaknya yang sudah saya lakukan, hingga berakibat bisnis gagal. Saya yakin, masih ada kesalahan yang lain juga sih, tapi ruang buat curhatnya enggak cukup ini kalau ditulis semua.

So, apa yang bisa saya pelajari dari kesalahan-kesalahan tersebut?

1. Riset itu penting

Riset pasar itu penting. Seenggaknya, kita tuh harus meyakinkan diri dulu, bahwa produk kita nanti bakal ada yang beli.

Lalu, ke mana kita mencari pembeli? Ya, bisa mulai dari orang-orang terdekat kita. Coba cek dan lakukan riset, apakah produk kita mereka butuhkan? Kalau iya, gali info lebih dalam. Kalau tidak, ya gali info juga, apa yang sebenarnya mereka butuhkan?

Prinsip ekonomi itu kan supply vs demand, betul?

Jadi, kalau nggak mau bisnis gagal, ya sejak awal kita bisa berpegang pada prinsip tersebut dengan hanya menyediakan produk yang dibutuhkan oleh (target) pasar. Perkara nanti kemudian dikembangkan agar produk kita lebih punya keunikan, ya itu perkara branding. Dan, itu tuh sebenarnya bisa dipikirin nanti aja.

Yang penting, cari pasar dulu. Cari yang mau beli dulu.

Kembali ke atas

2. Biarkan berkembang alami, tetapi tetap dengan strategi

Setelah pasar ada, kita baru deh bisa melakukan branding. Buat strategi bisnis, yang meliputi strategi promosi, penjualan, produksi, hingga pengembangan ke depannya.

Sependek pengalaman saya, strategi yang dibuat dengan terburu-buru biasanya jadi kurang matang. Di tengah jalan, bakalan buanyak sekali yang mesti disesuaikan dan diubah. Dan, mengubah-ubah rencana itu—percayalah—sangat melelahkan.

So, sekarang sih, saya percaya pada strategi yang dikembangkan sembari bisnis dijalankan. Punya rencana panjang itu perlu, sebagai objektif, nantinya bisnis ini akan menjadi seperti apa, akan sebesar apa. Rencana jangka panjang ibaratnya mimpi besar. Tapi, kita harus sabar, dan kemudian mem-breakdown mimpi besar itu menjadi beberapa target kecil yang harus dijalani dalam beberapa tahapan jangka pendek.

Dengan demikian, bisnis akan lebih adaptif dengan perubahan kondisi yang bisa terjadi di tengah jalan.

Kembali ke atas

3. Networking harus jalan terus

Saya bukan orang yang terlalu sociable. Saya rada jengah ketika harus menghadapi orang baru, dan kadang exhausted kalau dalam satu hari terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain. Ibaratnya, saya bisa saja maraton meeting dalam sehari dengan klien-klien, tapi kemudian saya harus menarik diri dari lingkungan sosial saya selama 3 hari untuk recharging.

Nah, saat itulah, kerasa banget. Ketika saya “menghilang” selama beberapa hari, tingkat engagement saya dengan orang lain tuh menurun drastis. Akibatnya, untuk menaikkannya lagi, ya butuh energi lebih lagi.

Karena itu, saya sedang berproses juga nih, untuk terus networking meski saya sedang exhausted. Kadang ngerasanya ya maksain, tapi ya gimana ya. Sebagai seorang pekerja lepas, promosi diri sendiri itu penting untuk menjaga kelangsungan proyek.

So, I have to.

Kadang ya merasa iri sama orang-orang ekstrover yang menemukan energinya ketika bertemu dengan orang lain, baik secara daring maupun luring. Saya juga pengin, tapi ternyata juga teteup nggak bisa dipaksain. Saya kehabisan energi kalau terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain.

Kembali ke atas

So, the bottom line is …

Bisnis gagal itu berarti ada banyak pelajaran yang didapat. Hidup juga soal trial and error, soalnya. Jadi ya, keep going sajalah.

Kadang ya capek. Pengin berhenti, dan pensiun dini. Tapi apa daya, biaya buat pensiun belum cukup kalau mau berhenti sekarang. Nanti saya minta makan sama siapa?

Bisnis gagal, jangan kapok. Coba cari solusi, ganti produk, ganti model, ganti strategi, dan seterusnya. Kalau memang orientasinya pengin punya bisnis sendiri, pasti ada saja jalannya. Tinggal kita saja yang mesti jeli melihat peluang.

Tweet
Share
Pinterest
Email
Prev Article
Next Article

Related Articles

Waspada Investasi Bodong
Sebuah kejadian yang ngingetin gue buat bikin lagi konten buat …

Amankan Duit dari Investasi Bodong! Bagaimana Cara Mendeteksinya?

Ketika Dirumahkan Karena Corona
Cari tahu apa saja ide ketika dirumahkan karena corona yang …

Dirumahkan atau Diminta Cuti Tak Dibayar, Ini yang Perlu Dilakukan!

About The Author

penuliskonten

Write. Write. Write. We just write, and write away! IG @penuliskonten.id

Leave a Reply Cancel Reply

Beli e-book Kebebasan Finansial Level 1

Podcast

Postingan Terbaru

  • Begini Cara Investasi Emas agar Untung Optimal
    Begini Cara Investasi Emas agar Untung Optimal
  • Investasi Saat Resesi Ekonomi: Tip dan Instrumen yang Sesuai
    Investasi Saat Resesi Ekonomi: Tip dan Instrumen …
  • 3 + 1 Risiko Asuransi Pendidikan Anak Terbesar yang Perlu Diketahui
    3 + 1 Risiko Asuransi Pendidikan Anak …
  • Apa Itu Bebas Finansial? Yuk, Pelajari Konsep Besarnya!
    Apa Itu Bebas Finansial? Yuk, Pelajari Konsep …
  • Cara Analisis Laporan Keuangan yang Benar untuk Bisa Memilih Saham yang Tepat
    Cara Analisis Laporan Keuangan yang Benar untuk …

Postingan Paling Populer

  • Perencanaan Keuangan: Pahami dan Kenali Manfaat Penggunaannya
    Perencanaan Keuangan: Pahami dan Kenali Manfaat Penggunaannya
  • Investasi Emas Di Pegadaian: Solusi Membangun Aset …
  • 6 Langkah Perencanaan Keuangan Pribadi untuk Si Lajang di Masa Pascapandemi
    6 Langkah Perencanaan Keuangan Pribadi untuk Si …
  • Membuat Perencanaan Keuangan Jangka Panjang, Mulailah dari 7 Hal Berikut!
    Membuat Perencanaan Keuangan Jangka Panjang, Mulailah dari …
  • Cara Menabung Kamu Sudah Bener Belum? Kalau Belum, Pantesan Susah Nabung!
    Cara Menabung Kamu Sudah Bener Belum? Kalau …

Blog Perencanaan Keuangan

Copyright © 2022 Blog Perencanaan Keuangan
Design by Mamat

Ad Blocker Detected

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Refresh
Go to mobile version