(Halo semuanya, ini pengantar dari gue untuk guest postnya Mas Andhika yang nulis buku Investory kemarin. Beliaunya mau membahas kapan sih saat yang pas untuk jual reksadana. Simak baik-baik ya!)
Assalamualaykum pembaca blog Cak Dani Rachmat!
Basa-basi dulu lah ya, beliau ini salah satu guru saya dalam dunia perbloggingan, terutama masalah investing. Kalau tidak ada doi, mungkin saja perkembangan blog diskartes ga akan semaju sekarang.
[five_sixth_last] [/five_sixth_last]
Oleh karena itu, sebagai bentuk terima kasih pula, saya akan mengangkat topik tentang timing kapan saat yang pas untuk jual reksadana di blog perencana keuangan Dani Rachmat!
Teman-teman sekalian, ketika Anda berseluncur di situs yang memuat investasi, kebanyakan orang mendesain investasi sebagai pembelian si produk. Benar memang, tapi belum 100% tepat dong.
Lho kenapa?
Well, sadar nggak, mau segede apapun keuntungannya, jika belum dicairkan dalam bentuk rupiah maka haram dianggap keuntungan yang sesungguhnya. Dalam dunia akuntansi, kondisi semacam ini dianggap sebagai unrealized gain.
Baca juga postingan Bagaimana Memilih Reksadana untuk Berinvestasi.
Namun sebelum membahas mengenai waktu yang pas untuk meng-uang-kan reksadana, sudah tau model investasinya kan?
Sudah sering saya sampaikan bahwa reksadana terdiri dari sekumpulan produk investasi, isinya saham, deposito, obligasi, dan masih banyak lagi. Jadi kalau Anda melihat berita terus ada tulisan IHSG turun 3%, jangan buru-buru panik. Penurunan IHSG tidak serta merta mengakibatkan penurunan nilai reksadana Anda Bos!
Baca juga tentang 12 Hal Penting yang Harus Diketahui Ketika Berinvestasi Reksadana.
Bisa turun jika salah satu saham yang dibeli memang kinerjanya buruk, tapi bisa pula naik karena ternyata sahamnya ga ikutan indeks yang merosot. Paham ya?
Nah, mari sekarang kita bahas saat yang bagus untuk melepas reksadana.
Jadi, Kapan Sih, Saat yang Pas Untuk Menjual Reksadana?
1. Perubahan style pengelola reksadana
[one_half] [/one_half]Para pembaca yang terhormat, berinvestasi jangka panjang bukan berarti loyal terhadap satu jenis produk atau enggak ganti ke lain hati. Poin ini pernah diulas ketika membahas cara memilih saham yang tepat, dan sama pula dengan menentukan timing penjualan reksadana.
Setiap orang memiliki gaya investasi masing-masing, begitu juga dengan para manajer investasi. Dalam prospektus memang sudah dibilang pos-pos alokasi investasi, namun tidak sampai ke jenis saham atau obligasinya bukan?
Bisa saja kebijakan sebelumnya prefer ke saham infrastruktur, kemudian yang sekarang lebih ke saham keuangan. Kelihatannya sederhana, tapi jangan disepelekan. Poinnya adalah, apakah masih cocok dengan gaya Anda?
Andaikata terjadi perubahan manajemen di perusahaan yang mengeluarkan produk reksadana, silakan cari informasi lebih detail. Bagaimana track record ketika mengelola dana investasi sebelumnya. Bisa jadi perubahan ini menjadi salah satu indikator saat yang pas untuk jual reksadana.
2. Performa Terus Menurun
Setiap waktu Anda terus mendapat laporan kan dari penerbit reksadana? Memang tidak perlu dipelotototin setiap harinya, tapi secara berkala boleh dong dilihat.
Katakanlah seminggu sekali atau sebulan dua kali, cek nilai investasi Anda. Ada peningkatan tidak?
Saran saya, jika lebih dari setahun ternyata tidak ada peningkatan dari investasi yang dilakukan, seyogianya mulai melirik reksadana lainnya. Hal ini juga bisa menjadi indikator saat yang pas untuk jual reksadana.
Baca juga tentang Apa yang Harus Dilakukan Ketika Harga Saham dan Reksadana Turun.
Kecuali ada alasan yang membenarkan seperti kondisi pasar yang tidak kondusif, atau lagi ada perang di sekitar negeri kita. Itu bisa wajar, tapi kalau baik-baik saja, sepantasnya Anda mendapat return yang bahkan melebihi bunga deposito.
3. Kebutuhan Restrukturisasi Investasi
Semakin dinamisnya kehidupan tentu berdampak pula terhadap tujuan investasi kita.
Di awal investasi ketika masih takut-takut naroh duit, biasanya ambil reksadana yang paling aman meski hasilnya rendah. Eh ternyata tergiur dengan yang lebih menghasilkan profit setelah paham cara kerja saham atau investasi lainnya.
Tidak ada salahnya dong, mencairkan reksadana awal untuk berinvestasi di tempat lain.
Atau justru ingin return yang tetap, sehingga memindahkan investasi reksadana tadi ke dalam bentuk obligasi. Sah-sah saja, yang penting Anda sudah paham dari sisi return dan konsekuensinya.
Baca juga tulisan tentang Pertimbangan Memilih Antara Deposito, Obilgasi Ritel atau Reksadana.
Kalau Duit Lagi Habis, Apakah Saat yang Pas Untuk Jual Reksadana? Bolehkah Jual Reksadana?
Ya jelas boleh lah, daripada Anda mati gara-gara tidak punya duit buat makan, ngapain berinvestasi coba!
Tapi… Ketika Anda berinvestasi, pasti sedang dalam kondisi sadar sepenuhnya kan?
Oleh karena itu, pastikan lagi duit yang digunakan tuh yang adem. Bukan duit ngutang, atau yang sudah ada alokasinya.
Jadi beneran duit yang tidak terpakai dalam waktu dekat – menengah. Kecuali memang ada musibah yang tidak bisa diberesin dengan dana darurat, baru lah Anda bisa mencairkan reksadana.
Ini ada video dari Ryan Filbert ngomongin tentang reksadana yang gak untung-untung apakah selayaknya dijual
Reksadana memang tidak bagus jika dicairkan tanpa perencanaan.
Hal ini disebabkan biaya penjualan dan waktu pencairan yang tidak bisa seketika. Paling tidak Anda harus menunggu 3 hari bahkan ada yang sampai seminggu sebelum uang pencairan tadi masuk ke rekening Anda.
Menahan Diri Agar Tidak Sembrono Menjual Reksadana
Trus, kalau kapan saja boleh, ga perlu ada aturan tentang penarikannya dong? Weits, tunggu dulu!
Ada pula momen-momen yang disarankan untuk menahan diri dari menjual reksadana.
Misalnya begini, Anda masih memiliki sejumlah uang di rekening dan kepengen beli tas. Sayangnya uang di rekening tersebut masih belum cukup, yah tas Bally bisa seharga Rp 10 juta kan?
Mau jual reksadana untuk beli tas itu?
[five_sixth_last] [/five_sixth_last]
Ya jangan dulu, uda bagus nyiapin duit adem buat investasi. Eh malah mau dipake buat konsumsi, dan saya yakin itu pasti keinginan mendadak. Nah untuk kejadian seperti ini, tahan dulu deh nafsu belanja Anda. Tunggu saja dulu bulan gajian berikutnya, dan beli tas Bally inceran.
Selain itu, sangat dilarang bertransaksi termasuk menjual reksadana ketika otak Anda “hot”. Maksudnya gimana?
Ketika Anda sedang banyak pikiran, numpuk permasalahan, atau diserang kepanikan, mending beli tiket buat liburan dulu deh ya. Ademin tuh kepala sambil ngeliat cewek-cewek berbikini di pantai.
Pas sudah fresh, monggo ke depan laptop lagi, mau jual atau nambah investasi terserah, karena dijamin perhitungannya uda lebih matang.
Nampaknya ulasan kali ini uda cukup enteng dan sederhana, mudah-mudahan bermanfaat untuk pembaca semua. Mau lebih sukses investasi? Pantengin deh semua postingan dari Cak Dani Rachmat ini, bermanfaat dan mahal harganya. Bisa jutaan lhoh kalau Anda ngikut ke seminar!
Wassalamualaykum pembaca blog Dani Rachmat!
(Buahahahaha… Makasih banyak ya Om Kartes buat promonya. Postingan kali ini emang pas banget karena gue sendiri belom pernah nulis kapan saat yang pas untuk jual reksadana. Semoga blognya semakin rame dan semakin saksyes ya Om. :)= )
tia putrii
sy pake RD syariah, udah 3 tahun ini tapi kok kayaknya hasilnya gak seberapa ya…
dani
Untuk kinerja reksadana bergantung sekali pada setiap produk dan kebijakan masing-masing perusahaan manajer investasinya memang. Jadi memang seharusnya direview sekali setiap beberapa bulan atau setiap periode tertentu Mbak Tia. 🙂
Yansen Alexander
Mas saya mau belajar boleh?
dani
Monggo Mas. Silahkan kalo mau colek-colek nanya dan diskusi langsung aja di IG saya @danirachmat
abdul wahid hasanudin
selamat malam mas, saya abdul wahid di batam. barusan beli reksadana di bukalapak tapi heran dengan nilai perkembangannya. nilainya berpatokan dari nilai awal, contohnya saya beli 100000, pas ada naik 1000, nilainya jadi 101000 tapi besoknya pas turun 1000 nilainya jadi 99000. kalo seperti ini kapan untungnya ya mas?, cuma naik turun saja dari 100000..saya pikir kalo naik 1000 jadi 101000, itu jadi nilai akhirnya, jadi pas turun 1000 nilainya 100000, bukan 99000. minta tolong sarannya mas, terimakasih
dani
Halo Mas Abdul Wahid. Untuk reksadana bayangkan seperti beli emas. Jadi nilai Rp. 100.000 yang sudah dibelikan reksadana, akan dibagi dengan harga per unit reksadana ketika pembelian. Sama seperti emas yang nilai pembelian akan dibagi harga per gram emasnya.
Kalau misalkan Mas Abdul Wahid sudah beli Rp. 100.000 di harga Rp. 10.000 per unit (hanya sebagai contoh) maka Mas Abdul Wahid akan mendapatkan 10 unit. Ketika harga per unit naik ya Mas Abdul Wahid akan mendapatkan keuntungan, kalau turun ya akan rugi. Kalau Mas Abdul Wahid tidak menambah pembelian sama sekali, ya jumlah unit yang dimiliki akan tetap 10.
Sama seperti emas bukan?
Agus
Mas Dani, saya mau tanya. Ketika saya mau jual reksadana i-hajj ada keterangan fee penjualan : max 1% < tahun. Nah, kenapa ditulis max 1%? kenapa tidak langsung 1%? apakah dengan bahasa max 1%, ada kemungkinana fee penjualan kurang dari 1%?
dani
Ya, ada kemungkinan fee penjualan kurang dari 1% dan bahkan untuk minimum holding period tertentu fee penjualan bisa dibebaskan. Jadi tidak ada fee penjualan. Tentu saja fee tersebut hitungannya sudah masuk dalam perhitungan kinerja NAV.