Di postingan ini, gue mau berbagi 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia. Tulisan ini terutama gue tujukan untuk teman yang beberapa waktu lalu curhat di DM IG. Suaminya meninggal dunia.
Barangkali ada teman yang mengalami hal serupa, 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia ini bisa juga dipakai.
Ceritanya gini….
Beberapa waktu lalu, gue terima DM yang cerita kalau suaminya baru meninggal. Almarhum meninggalkan istri (yang kirim DM) dan dua orang anak.
Diskusi melalui DM pun dimulai. Gue gak bisa kasih saran panjang dan menyeluruh lewat DM IG. Kepotong-potong kerjaan dan meeting.
Tapi yang pasti, pertama-tama gue turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Kupanggil saja beliau Mbak Anona ya.
Trus lanjut sama tanya jawab singkat dengan Mbak Anona lewat DM IG. Lewat tulisan ini gue mau kasih review yang lebih mendalam.
Review gue akan berdasarkan data yang dikasih ke gue. Keterbatasan data juga akan berpengaruh ke review gue.
Kalo manteman ada yang mau curhat juga, bisa kirim email ke halo@danirachmat.com;
Baca juga tulisan #SambatDuit sebelumnya: Apakah Aku Terjebak Penipuan Asuransi?
Seperti biasa, silahkan dibaca urut dari atas ke bawah seluruhnya. Atau manteman juga bisa baca berdasarkan topik bahasan ini:
7 Ide Keuangan Setelah Suami Meninggal Dunia
- Kondisi & Keuangan Saat Ini
- 1. Asuransi yang Ada Sangat Kurang!
- 2. Kebutuhan Asuransi yang Sesungguhnya
- 3. Menyiapkan Dana Darurat
- 4. Dana Pendidikan Anak
- 5. Penghematan Beberapa Pos Keuangan
- 6. Segera Mulai Dana Pensiun
- 7. Review Berkala
Kesimpulan: Berat Tapi Masih Bisa Dijalankan
7 Ide Keuangan Setelah Suami Meninggal Dunia – Jawaban Sambat Keuangan
Kondisi & Keuangan Saat Ini
Sebelum mulai dengan 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia, kita lihat bagaimana kondisi Mbak Anona saat ini. Ini table cashflow singkat berdasarkan informasi yang diberikan ke gue:
Kalo dilihat dari kondisi cashflow ini, gue bisa bilang cukup bagus. Setiap bulan dari single salary Mbak Anona yang dimiliki masih ada saldo positif.
Cuma gue gatahu ini apakah tunjangan, bagi hasil dan dana pensiunnya ini nilainya stabil. Tetap sama setiap bulan. Mari diasumsikan begitu.
Selain angka yang di atas, ada juga informasi berikut:
- Pembayaran AXA adalah asuransi untuk si Mbaknya dengan Uang Pertanggungan sebesar Rp. 100 juta.
- Tabungan adek Rp. 1 juta adalah tabungan pendidikan berjangka 5 tahun dengan cover asuransi jiwa untuk setoran bulanan kalo amit-amit kejadian apa-apa sama ibunya.
- Sebelumnya, pengeluaran mengikuti gaya hidup sehingga belum ada tabungan. Karena terjadi musibah akhirnya Mbak Anona berhasil mengalokasikan Rp. 1 juta per bulan di atas.
- Masih belum tahu mengenai reksadana.
- Anak yang gede 7 tahun, yang kecil 3 tahun
- Selama ini nabungnya ke LM, tabungan berjangka dan AXA yang sudah 5 tahun tapi masih rugi.
- Sehari-hari anak dititipkan orang tua almarhum suami karena lebih dekat dan memungkinkan untuk mobilitas sehari-hari.
- Uang lebih tiap bulan dipergunakan untuk mengajak jalan kedua anak di weekend.
Dengan data dan cerita di atas, kira-kira apa saja 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia yang bisa dijalankan oleh Mbak Anona? Yuk Bahas satu-persatu.
kembali ke atas
1. Asuransi yang Kurang untuk Pencari Nafkah Utama
Oke, hal pertama dari 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia yang gue perhatikan adalah asuransi. Hal yang harus diingat tentang asuransi adalah perlindungan terhadap pernghasilan pencari nafkah utama.
Mungkin karena sebelum terjadinya musibah, dua-duanya bekerja, tidak terasa perlunya asuransi. Tidak ada proceed dari asuransi yang didapatkan ketika suami Mbak Anona meninggal.
Baca juga tulisan Mencintaimu Seumur Hidupmu Diwujudkan Dalam Asuransi yang Cukup.
Sekarang, Mbak Anona sebagai pencari nafkah utama. Sudah ada AXA ya dengan nilai UP Rp. 100 juta. Premi asuransi sebulan sebesar Rp. 500 ribu per bulan.
Menurut gue ini kecil banget dan gak cukup. Sebagai perbandingan, asuransi jiwa gue setahun cuma Rp. 3,6 juta-an dengan nilai UP Rp. 1 milyar. Sementara Mbak Anona setahunnya Rp. 6 juta.
Kemungkinan besar ini karena asuransinya dibundling dengan investasi aka unitlink. Sehingga UPnya terasa kecil.
Amit-amit nih ya. Kalo misalkan ada apa-apa sama Mbak Anona, duit Rp. 100 juta hanya bisa bertahan 10 bulan kalo langsung dipake. Kalo didepositokan dan ambil bunganya tiap bulan, keluarga cuma akan dapet Rp. 374 ribu rupiah per bulan.
Sementara kebutuhan sebulan sekitar Rp.9,5 juta.
Gue mau cerita kondisi idealnya asuransi.
Ketika terjadi risiko pada pencari nafkah utama, UP yang diterima ahli waris seharusnya bisa mencukupi biaya hidup sampe ahli warisnya mandiri semua. Dalam hal ini, anak kedua Mbak Anona yang saat ini baru berumur 3 tahun.
2. Beli Asuransi Sesuai Kebutuhan yang Sesungguhnya
Kalo diasumsikan setiap orang seharusnya sudah bisa mandiri umur 18 tahun, berarti butuh sekitar 15 tahun lagi buat Mbak Anona melindungi peghasilannya.
Kalo sebulan pengeluaran Rp. 9,5 juta, berarti selama 15 tahun kalo kejadian apa-apa saat ini juga sama Mbak Anona, butuh duit sekitar Rp. 1,7 milyar. Duit ini kalo bisa ditempatkan di tabungan dan diambil sedikit demi sedikit untuk biaya hidup.
Opsi pertama ini, ketika anak kedua berumur 18 tahun, dananya habis.
Atau bisa juga didepositokan (dengan pajak 20% atas return) atau disimpan di reksadana pasar uang dengan return 5% – 7% per tahun. Apabila opsi ini yang dipilih, dana Rp. 1,7 milyar akan menghasilkan income sebesar Rp. 8,7 juta sebulan. Asumsi return investasi reksadana pasar uang 6% sebulan.
UP sebesar itu pasti akan mahal sekali apabila menggunakan unit link.
Alternatifnya, Mbak Anona bisa mencari asuransi term life untuk masa 15 tahun atau 20 tahun. Preminya akan jauh lebih murah, UP yang didapatkan bisa mencapai Rp. 2 Milyar akan tetapi uang premi tidak akan kembali sama sekali.
Atau menegosiasikan kembali asuransi unit link yang sudah dimiliki.
Baca juga tulisan tentang Cara Menolak Asuransi dan Kemudian Membeli Asuransi yang Paling Sesuai.
Gue sih gak menyarankan langsung tutup ya untuk asuransi AXAnya. Harus dilihat lagi apakah ada perlindungan tambahan yang didapatkan di polisnya.
Negosiasikan ulang untuk jauh meperbesar perlindungan dan meminimalkan investasi di asuransinya. I’ve done the same with my unitlink. Dari yang awalnya UP hanya RP. 250 juta menjadi UP Rp. 1 milyar dengan premi yang tetap sama.
Karena urgensinya, beli asuransi jiwa untuk Mbak Anona ini masuk ke daftar kedua dari 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia.
kembali ke atas
3. Dana Darurat
Kalo melihat lagi ceritanya, Mbak Anona dan suami sudah mulai membangun dana darurat. Terlihat dari pembelian emas yang sudah dilakukan.
Cuman, gue gak dapet informasinya nih berapa besar nilai emas yang sudah dimiliki.
Untuk standar dana darurat, semestinya Mbak Anona sudah punya sekitar 8x pengeluaran bulanan. Tapi gue paham nilai ini bisa besar banget. Dalam kasusnya Mbak Anona sebesar Rp. 76,4 juta.
Daripada setres mikirinnya, pelan-pelan dan bertahap aja bangun dana daruratnya. Tapi usahakan minimal sudah punya 3x nilai pengeluaran bulanannya. Nilai ini kira-kira sebesar Rp. 28,65 juta.
Baca juga tulisan Membangun Dana Darurat, Mulai Dari yang Kecil.
Disimpen dimana duit untuk Dana Darurat ini? Bisa pilih diantara instrumen-instrumen yang bisa cepat cair. Contohnya bisa di emas (good job!), tabungan atau reksadana pasar uang. Deposito masih bisa dipertimbangkan asalkan ada fitur bisa dicairkan dipercepat.
Kalo depositonya gak bisa dicairkan dipercepat, jangan ditempatkan di deposito. Masa dana darurat pas butuh harus nunggu jangka waktunya habis dulu kan?
Dana darurat ini penting banget untuk disiapkan. Untuk berjaga-jaga sementara ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karenanya masuk daftar berikutnya setelah beli asuransi di 7 ide keuangan setelah suami meninggal yang bisa dilakukan Mbak Anona.
4. Dana Pendidikan Anak
Kalo baca cerita singkatnya ada tabungan rencana pendidikan berjangka waktu 5 tahun. Produknya syariah, gue mengasumsikan imbal hasilnya lebih tinggi dibanding tabungan rencana bank konvensional.
Kalo yang konvensional dulu gue jualan dengan bunga 4,5% (pajak 20%). Nett bunga sebesar 3,6% per tahun. Kalo selama 5 tahun sebesar Rp. 1 juta dipotong rutin, dalam 5 tahun jadi berapa?
Sekitar Rp. 65 juta dengan asumsi return 3,6% setahun. Oke fitur asuransi yang akan nerusin tabungan kalo Mbak Anona kenapa-napa cukup menarik. Tapi inget poin 2, asuransi terhadap pencari nafkah utama kudu dipikir buat bisa cover pengeluaran sebulan.
Termasuk dana pendidikan ini.
Selanjutnya, demi untuk perkembangan dana pendidikan yang lebih optimal, gue AMAT SANGAT MENYARANKAN kalo dipindah ke reksadana pasar uang.
Baca juga tulisan Alternatif Instrumen Investasi Menyiapkan Dana Pendidikan.
Reksada pasar uang rata-rata bisa kasih return di 6% – 7% tanpa kena pajak lagi. Sebagai perbandingan, dana pendidikan Rp. 1 juta per bulan selama 5 tahun di Reksadana Pasar Uang. Dengan return 6%, dalam 5 tahun akan menjadi Rp. 69,7 juta.
Lebih besar dibandingkan dengan tabungan pendidikan dan untuk RDPU bisa diambil kapan saja. Jadi kapanpun Kakak atau Adik masuk sekolah bisa langsung dicairkan.
Sementara tabungan rencana, hanya bisa cair ketika jangka waktunya habis.
Kenapa dana pendidikan gue masukkan bahkan sebelum dana pensiun dalam 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia? Karena Mbak Anona sebenernya sudah memulainya.
Akan lebih mudah melanjutkan yang sudah ada dibandingkan harus memulai sesuatu yang baru. Apalagi kalau saat ini terasa alokasi dananya sudah mepet banget.
kembali ke atas
5. Penghematan Beberapa Pos Keuangan
Daftar berikutnya dari 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia adalah penghematan.
Kalo dilihat dari tabel di poin 1, ada keperluan rumah dengan jumlah cukup signifikan. RP. 3,1 juta. Sementara token listrik, satpam, dapur, belanja mingguan masih ada di sana.
Mbak Anona memang cerita pengeluaran ini diperlukan karena anak-anak ditinggal di rumah mertua. Sehingga pengeluaran ada yang dobel karena memang harus.
Saran gue untuk pengeluaran sehari-hari ini, bisa coba dicek lagi kah Mbak Anona. Pisahkan mana-mana saja yang memang harus dikeluarkan dan tidak. Usahakan ketika memisahkan pengeluaran ini seobjektif mungkin.
Gak usah ada perasaan gak enak dulu sama anggota keluarga yang lain. Karena fakta bahwasannya Mbak Anona sudah harus menjadi pencari nafkah tunggal, sudah cukup berat.
Kalau sudah terpetakan semua, coba duduk bersama keluarga. Ajak mereka untuk berdiskusi dan bicara dari hati-ke hati. Usahakan untuk mengurangi pengeluaran bulanan seminimal mungkin.
Baca juga tulisan Hal Penting Dalam Pengelolaan Keuangan Pribadi.
Kenapa ini harus dilakukan? Karena Mbak Anona perlu untuk menyiapkan investasi untuk Dana Pensiunnya Mbak Anona sendiri.
Terlepas sekarang ini harus berjuang sendiri untuk membesarkan anak-anak, Mbak Anona juga harus menyiapkan masa depan. Karena sekarang ini Mbak Anona merasakan jadi sandwich generation kan ya?
Support kedua anak sambil harus support orang tua. Nah Mbak Anona juga harus mulai menyiapkan dana pensiun agar nanti anak-anak gak perlu pusing mikirin Mbak Anona.
Kalau berhasil melakukan item ini dari salah satu 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia, keuangan Mbak Anona akan terasa lebih ringan.
kembali ke atas
6. Dana Pensiun
Salah satu yang terpenting dari 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia adalah menyiapkan dana pensiun!
Asumsi gue saat ini Mbak Anona masih berusia sekitar 33 tahun. Pensiun di usia 56 tahun akan menyisakan Mbak Anona sekitar 23 tahun lagi waktu persiapan.
Dengan waktu 23 tahun, Mbak Anona masih punya cukup waktu untuk berinvestasi di instrumen-instrumen yang lebih agresif.
Dari cerita Mbak Anona, meskipun ada dana lebih setiap bulan, dana itu pasti akan terpakai di weekend. Sehingga di akhir bulan tidak ada lagi dana tersisa.
Kalo menurut gue, bukan tidak mungkin untuk menyisihkan sebagian penghasilan bulanannya Mbak Anona untuk investasi dan menyiapkan dana pensiun. Gue memang gak ngerti keadaan sebenarnya dari hidup Mbak Anona, tapi menurut gue masih bisa kok “dipaksa” lagi.
Setelah merampingkan lagi pengeluaran-pengeluaran yang ada, Mbak Anona gue yakin masih punya ruangan untuk menyiapkan investasi dana pensiunnya. Invesatasi dimana?
Baca juga tulisan tentang Emak-emak Belanja Saham.
Saran gue Mbak Anona bisa mulai untuk investasi di saham-saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Gak harus langsung banyak, asalkan bisa dilakukan rutin. Pilih perusahaan-perusahaan blue chip yang sudah terbukti kinerjanya dari tahun ke tahun.
Karena kerja di salah satu bank, Mbak Anona bisa mula koleksi saham bank perusahaan tempat Mbak Anona bekerja misalkan.
Dari sini, Mbak Anona bisa mendapatkan keuntungan berupa pembayaran dividen dan juga potensi kenaikan harganya.
Satu tips yang bisa membuat mulai investasi dana pensiun ini lebih mudah. Langsung sisihkan di awal ketika terima gaji. Transfer otomatis ke rekening reksadana/saham/rekening sekuritasnya. Gak usah gede-gede, 10% gaji aja cukup.
Semakin cepat dimulai, semakin bagus.
kembali ke atas
7. Review Berkala untuk Selalu Memantau Perkembangan Kondisi Keuangan
Satu lagi yang tersisa dari 7 ide keuangan setelah suami meninggal dunia. Review berkala.
Apakah dengan pengaturan yang dilakukan dengan ke 6 item sebelumnya terdapat perubahan yang berarti? Apakah keuangan keluarga terjadi lebih ringan?
Terutama dari perkembangan aset dan juga kesehatan cash flow keuangan keluarga.
Review bisa dilakukan untuk dana darurat, asuransi, dana pendidikan dan juga perkembangan dana pensiun. Apakah investasi yang sudah dilakukan sama Mbak Anona sudah sesuai dengan targetnya.
Kalau belum, mungkin Mbak Anona bisa memertimbangkan untuk memilih instrumen investasi lain. Kenalan dengan instrumen investasi yang lebih agresif.
Baca juga tulisan tentang Gaji Kecil Gak Bisa Investasi? Alesan!.
Misalkan saham-saham second tier yang prospek pertumbuhan usahanya lebih kenceng. Atau juga pendanaan ke P2P lending. Atau malah kalau mau buka usaha sendiri.
Intinya, jangan sampe lupa buat ngereview secara berkala. Baik itu setiap 3 bulan, 6 bulan ataupun setahun sekali. Biar supaya perjalanan keuangannya gak melenceng terlalu jauh dari targetnya.
kembali ke atas
Kesimpulan: Berat, Tapi Bisa Dijalankan
Dari beberapa poin yang gue sampaikan di atas, semoga gak ada yang terlalu susah. Mbak Anona bisa pelan-pelan kok memulainya.
Dari sisi asuransi, bisa coba kontak agennya yang gue rasa juga Mbak Anona kenal secara personal. Coba komunikasikan dengan sang agen secara tegas. Sampaikan kebutuhan asuransi yang sebenarnya.
Setelah itu, sisir dan pisahkan semua pengeluaran. Benar-benar disiplin pisahkan antara kebutuhan pokok dan yang bisa dihilangkan/diturunkan nilainya. Dengan begini, akan semakin besar kesempatan untuk berinvestasi.
Setelah dana yang disisihkan porsinya semakin besar, jangan lupa untuk segera membangun dana pensiun, dana pendidikan dan dana daruratnya. Kalau memang ingin ada tujuan keuangan lain, bisa segera dilaksanakan.
Terasa berat? Memang. Paling tidak di masa-masa awal penyesuaiannya.
Tapi doable kok Mbak Anona. Semuanya masih mungkin dilakukan. Jangan pernah pesimis. Kalo misalkan masih belum paham dengan salah satu instrumen investasi, banyak sumber yang bisa dibaca. Atau kalo mau nanya-nanya ya monggo 🙂
Yang terpenting, jangan membuat keputusan terburu-buru tanpa persiapan yang matang 😀
Gue selalu bisa dicolek di sini:
Twitter: @danirachmat
Instagram: @danirachmat
Atau bisa kirim email ke halo@danirachmat.com;
kembali ke atas
widie
mas dani, kata ibuk saya, cewek itu harus bekerja, karena bila gk kerja dan suami meninggal, sedihnya dobel. Pertama sedih krn ditinggalin, kedua sedihnya krn pencari nafkah utama sdh gk ada.
dani
100% Setuju dengan Ibunya Mbak Widie!