Been a while sebenernya gue mau nulis tentang investasi properti apartemen ini. Apalagi beberapa tahun lalu ada banyak blogger update selfie di salah satu kompleks apartemen yang baru dibangun di Jakarta Timur.
Pas lihat postingan para blogger ini gue pun berpikir gini:
“Lah itu kan apartemen yang gue beli baru lunas kemaren. Mereka promoin gitu pada punya unit gak ya di sana?”
~Mamat si Kang Kredit
Bahahahahaha. Biyarin, gue #emangbangkek.
Ketrigger dong guenya ya. Langsung bertekad kudu bikin tulisan soal investasi apartemen! Biar pada tahu kalo gue udah punya apartemen di sana.
Tapi yha emang niat jahat gak bakalan dapet redhonya Allah. Gakjadi-jadi itu tulisan. Sampe kemaren ada yang konsultasi panjang kali lebar mending investasi apartemen apa investasi aset surat berharga di pasar modal aja.
Yadah sekalian aja gue tulis yes. 😀
Seperti biasa, teman-teman bisa membaca tulisan ini dari atas ke bawah sampai habis langsung. Atau bisa juga memanfaatkan daftar isi di bawah dan tombol kembali ke atas di setiap akhir sub-bab. Selamat Membaca!
[toc]
Pelajaran dari Investasi Properti Apartemen
1. Modal Besar Investasi Apartemen
Kalo mau investasi, hal pertama yang dipikir pasti modal kan ya. Seberapa gede modal yang dibutuhkan buat mulai investasinya.
Kalau untuk investasi apartemen, modal yang diperlukan ya tentu saja harga apartemen yang mau dibeli. Dari pengalaman gue, apartemen dua kamar kelas menengah di Jakarta harganya udah lebih dari Rp 500 juta!
Baca juga: Pilihan Mengumpulkan DP untuk Beli Properti Idaman
Syarat utama investasi apartemen di tengah kota adalah modal yang besar! Share on XKalo mau beli apartemen dua kamar ya tentu saja harus bisa sedia dana sebesar itu. Belum punya? Bisa KPA atau nyicil pake cara-cara lain yang available.
Ya paling gak sampe dengan momen memutuskan beli apartemen itu, harus nyiapin DP buat pembayaran apartemennya. Kalo lah misalkan DP 20% sampe 30% dari harga apartemen. Berarti kan harus siap Rp 100 juta – Rp 150 juta.
Untuk uang sebesar itu, sudah pasti bisa dipakai untuk investasi di instrumen lain. Kalau misalkan dipakai untuk beli saham BBCA yang selembarnya Rp 28.625, duit sebesar Rp 150 juta bisa dapat 5.200 lembar atau 52 lot saham!
Kalau dipake untuk beli saham UNVR yang selembarnya Rp 8.050 bisa dapat 18.600 lembar saham atau 186 lot! Banyak kan?
Tapi balik lagi, niat beli propertinya untuk apa? Tapi yang pasti modal investasi apartemen ini gede banget!
2. Biaya Perawatan Mahal
Okelah masalah modal awal untuk investasi apartemen ini sudah kelar. Dibayar lunas kayak kasus gue. Apakah urusan duit berhenti sampe di situ?
Nope. Ada biaya perawatan rutin bulanan yang harus dikeluarkan. Paling gak biaya listrik dan air. Kalau unit gak dipake sih memang rada gak berasa karena cuma berkisar di angka Rp 100ribuan.
Apakah cuma ini?
Baca juga: KPR Tanpa DP dan Mewujudkan Perumahan Rakyat dengan TAPERA
Nggak dong. Selain biaya air dan listrik ini, untuk unit apartemen ada biaya Iuran Pemeliharaan Lingkungan (IPL). Biaya IPL ini karena pengelola apartemen kan harus maintain utility di apartemennya kayak lift, kebersihan sampai ke keamanan.
Biaya IPL di unit yang gue beli dikenakan 6 bulan sekali. Besarnya? Lumayan. Sekitar Rp 2,5 juta per 6 bulan itu. Huhuhuhu. Ini di atas biaya listrik dan air tadi ya.
Apalagi coba biaya yang bakalan ditanggung sama pemilik apartemen? Biaya parkir! Ya ini kalo si pemilik unit apartemennya pengen bisa parkir mobil tanpa harus mikir biaya parkir per jam ya.
To be honest, gue belom tahu berapa biaya parkir ini. Karena oh karena apartemen gak gue tinggalin dan kalo misalkan ada yang mau nyewa ya kami bilang di awal kalo tidak ada langganan parkir. Mereka harus bayar sendiri.
3. Butuh Renovasi untuk Disewakan
Awalnya, gue pikir begitu apartemen jadi kami bisa langsung sewakan. Pundi-pundi uang pun akan mengalir dari properti sewa ini. My oh my, how wrong I were!
Baca juga: Take Over KPR Ketika Suku Bunga Bank Naik?
Kalo ada yang pernah beli rumah dari developer, begitu jadi standar banget kan? Nah ini sama juga dengan apartemen. Standar pake banget. Yang kalo tanpa direnov dan langsung ditinggalin, gue sendir akan menderita.
Kamar mandi standar. ruang tamu standar, kamar tidur standar dan bahkan gak ada ruangan buat dapur. Cuma satu sink kecil dan keran yang airnya mati segan hidup tak mau.
Jadi, unit apartemen yang gue beli mahal tadi masih butuh renovasi buat bisa memenuhi syarat untuk disewakan. Ya memang sih gue bisa aja sewakan apa adanya. Tapi ongkos sewa pasti akan jadi murah banget.
Bisa tebak berapa perkiraan untuk renovasi satu unit apartemen dua kamar tidur itu?
Ini masih apake angka beberapa tahun lalu ya. Angkanya ada di kisaran Rp 75 juta! Bahahaha! Eh ini termasuk bikin satu unit dapur kecil dan setting semua apartemennya ya.
Tambahkan angka renovasi ini ke modal yang harus disiapkan tadi. Apakah elo siap? Wkwkwkwkwk.
4. Balik Modal Dari Sewa Cukup Lama
Sekarang sampe ke bagian itung-itungan balik modal bisa berapa lama dari sewa aja ya. Gak pake ngomongin kenaikan harga apartemennya. Harga sewa unit apartemen kayak yang gue beli berapa?
Baca juga: 4 Pertimbangan Beli Rumah atau Sewa Aja?
Kami sempat tanya-tanya, kalo kosongan kayak unit kami paling lakunya Rp 4,5 juta per bulan. Itu juga setelah kami beliin kasur, sofa, kulkas mini, TV dan dua AC.
Kalo ongkos sewa sebulan kami dapat segitu, dikurangi biaya-biaya listrik dan pemeliharaan tadi berarti sebulan anggep aja kami dapat bersih Rp 4 juta. Bakalan berapa lama balik modal dari sewanya aja?
125 bulan atau sekitar 10,5 tahun! Bahahahaha… Ini ngarepin balik modal dari sewa aja yes.
Tentu saja gue masih punya keuntungan kenaikan harga dari apartemennya. Tapi itu kalo gue niat jual. Kalo kagak gimana dong? Jadi ya memang dari sewa ini aja kan gue bisa ngarep dapet incomenya?
Gimana? Kira-kira pada bisa tahan gak dengan kondisi kek gini? Udahlah modalnya gede, dapetnya trickling banget kecil-kecil.
Ya ofkors gue sama istri bisa manfaatkan ini apartemen sebagai tempat kalo kami pengen short getaway atay city staycation. Jadi gak perlu sewa hotel di Jakarta. Bisa minep apartemen aja. 😀
5. Risiko Oversupply
Ngomongin return investasi tadi dari sewa, lama kan? Gimana kalo dijual lagi? Well ini sih memang jadi salah satu opsi paling masuk akal ya.
Baca juga: Panduan Lengkap Menyiapkan Dana Pensiun
Satu tahun pertama, kami sempat cek harga. Sempat nanya-nanya kalo mau beli apartemen kayak punya kami berapa harganya. Ternyata oh ternyata, sudah naik 50%!
Untung gede dong kalo misalkan langsung kami jual? Mestinya sih iya tapi kami belum berniat menjualnya. Dengan begitu, kami menghadapi satu risiko.
Risiko oversupply apartemen di Jakarta. Risiko oversupply ini bisa aja kejadian dimanapun. Karena misalkan ketika ada proyek apartemen di satu daerah laku. Orang pun rame-rame ngebangun apartemen.
Bermunculan lan pemukiman high rise building. Seperti hukum ekonomi pada umumnya, semakin banyak supply sementara demand tetap, maka harga akan otomatis turun.
Kalau ini yang terjadi, bisa-bisa modal yang kami keluarkan akan tetap sama dengan harga jualnya. Apalagi dengan adanya wacana perpindahan ibukota dan sebagainya.
Jadi, sebelum elo pada memutuskan untuk beli apartemen, coba dipertimbangkan baik-baik dan cari info sebanyak-banyaknya. Bagaimana kondisi supply high rise residential di daerah tempat elo mau beli/investasi apartemennya.
6. Tidak Ada Patokan Harga Baku
Satu lagi yang gue pelajari tentang investasi apartemen ini. Gak ada patokan harga baku berapa sih di market apartemen yang udah gue beli ini!
Baca juga: Ketika Harga Saham dan Reksadana Jatuh!
Jadinya syulit kalo mau ngitung berapa aset yang udah gue punya termasuk apartemennya. Ya paling gue pake patokan informasih harga jual di tower apartemen yang sama hasil telepon-telepon tadi. Yekan?
Gak kayak kalo misalkan lu pada investasi di reksadana atau saham. Kalo reksadana harga unitnya dihitung sama bank kustodian setiap hari dan dipublikasikan keesokan harinya.
Sementara saham, harganya ditentukan mekanisme pasar dan kita bisa akses kapanpun. Baik itu dari trading window kita maupun dari website umum macem Google Finance.
Ini yang kadang jadi bikin gue ngerasa insecure sama nilai investasi gue udah berapa. Bahahaha. Anaknya kan harus update terus gue ya bok! Wkwkwkwkwkwk.
Kalo kalian kek gue yang butuh tahu nilai investasi gue berapa setiap saat setiap waktu pertimbangkan ini ya. karena gak ada screen khusus yang kasih infonya. Kudu hunting sendiri.
7. Tidak Likuid
Ini salah satu kelemahan terbesar investasi apartemen: tidak likuid. Gak bisa dijual kapan aja kita butuh duitnya. Oh well bisa sih kapan aja dijual.
Baca juga: Tips Ngopi Hemat di Starbucks
Tapi kalo jualnya buru-buru, gak bakalan bisa dapet harga bagus. Gak kayak financial assets kayak saham atau reksadana. Meskipun mungkin pas kita butuh jual harganya lagi turun, tapi kita mau jual saat itu juga pun tidak akan membuat harganya naik atau turun. Kita akan mengikuti harga yang ada di pasar.
Tidak demikian dengan unit apartemen bukan?
Kalau kita mau menjual di harga yang kita inginkan, paling tidak kita harus menunggu sampai ada pembeli yang mau membeli apartemen kita di harga yang diinginkan. Ketika ada pembeli tertarik ternyata dia tidak mau membayar harga yang kita minta, maka pilihan yang tersisa adalah menerima penawaran harganya atau mencari pembeli lain.
Apakah siap dengan risiko ini?
Penutup: Biaya vs Capital Gain Investasi Apartemen
Investasi properti berupa apartemen sebenarnya tidak jelek. Hanya saja banyak faktor-faktor yang mungkin harus dipikirkan masak-masak.
Mulai dari modal yang cukup besar, ketidaklikuid-an apartemen sebagai instrumen investasi sampai ke biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Belum lagi kita membicarakan mengenai asuransi dari unit apartemen yang harus ditanggung.
Baca juga: 6 Alasan Penting Investasi Saham
Jadi, dibandingkan berinvestasi properti di apartemen, kalau memang menginginkan investasi yang lebih ringan, bisa dipertimbangkan untuk investasi di saham, reksadana maupun obligasi pemerintah. Toh tujuannya adalah membangun asset dan mencapai tujuan keuangan di masa depan.
Tulisan-tulisan terbaru di blog ini:
- PPN Naik Jadi 12%, Apa Pengaruhnya untuk Keuangan Pribadi dan FIRE?Pemerintah telah menetapkan kebijakan baru terkait kenaikan PPN 12% yang akan diterapkan pada 2025 nanti. Konon, kebijakan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan penerimaan negara untuk mendukung pembangunan dan menjaga stabilitas anggaran. So, gimana nih, tanggapan kamu? Kenaikan PPN 12% ini sih sudah pasti akan ngefek ke berbagai aspek kehidupan sehari-hari kita. Terutama, dampaknya yang
- Gaya Hidup Frugal Living: Seberapa Efektif untuk Mencapai FIRE?Konon, salah satu gaya hidup yang cocok untuk diterapkan kalau kamu kepengin FIRE adalah frugal living. Kenapa? Ya, itu sih yang mau kita bahas di artikel ini. FIRE itu kalau dipikir-pikir memang tuntutannya besar. Ya, gimana enggak besar. Kan kamu mau pensiun dini. Mau bebas finansial. Nantinya, kamu akan hidup cukup panjang di masa pensiun.
- Tip Menabung Sederhana dan Efisien untuk FIRE yang Bisa Kamu CobaMencapai kebebasan finansial dan bisa pensiun lebih awal atau FIRE butuh strategi yang tepat. Salah satu kunci utamanya adalah tip menabung yang sederhana dan efisien. Dengan cara menabung yang terarah, proses menuju kebebasan finansial bisa menjadi lebih mudah dan terjangkau untuk diwujudkan. Banyak orang berusaha menabung, tetapi sering kali merasa kesulitan menjaga konsistensi atau menentukan
- Panduan Beli Saham untuk Pemula yang Ingin Mencapai FIREBagi banyak pemula, memahami cara beli saham pemula adalah kunci untuk membangun portofolio yang kuat dan berkelanjutan. Apalagi kalau pengin manfaatin saham sebagai instrumen untuk mencapai FIRE. Langkah awal yang tepat dalam investasi saham nanti bisa bantu untuk memaksimalkan potensi keuntungan sambil mengelola risiko dengan baik. Investasi saham juga memberikan peluang untuk mengembangkan dana secara
- Evaluasi Risiko dalam Menyusun Strategi Financial IndependenceSemua yang ada dalam hidup selalu mengandung risiko dan konsekuensi. Apalagi hal besar kayak punya tujuan keuangan financial independence. Financial independence adalah tujuan yang diidamkan banyak orang untuk mencapai kebebasan finansial tanpa ketergantungan pada pekerjaan tetap. Namun, perjalanannya panjang, Kawan. Bukan tanpa tantangan. Banyak faktor yang dapat menghambat atau bahkan menggagalkan rencana, terutama kalau kamu
Kalo ada yang mau ditambahin, langsung aja ditulis di komen ya manteman. Atau kalau mau lebih panjang diskusi bisa langsung kirim email ke halo@danirachmat.com.
Bisa juga manteman colek gue di Instagram @danirachmat ato Twitter @danirachmat juga. 😀
Nia Nastiti
Mas Daniii hahaa ngakak dulu yaa, aku termasuk yg ikut campaign di apt itu dan kebetulan prnh ngobrol sekilas sama Mas Dani yg udah punya unit di situ. Pas campaign itu udah over price menurut kemampuanku jd kebetulan aku akhirnya beli tp ga di situ. Aku punya satu pertimbangan lg kalau ga salah belum kebahas, maap klo ternyata aku yg skip. Satu hal yg perlu diperhitungkan juga kapan jadinya itu apartemen. Krn aku mengalamihal itu. Beli mau buat ditinggali drpd bayar kost, ternyata sampe punya anak belum jadi itu apartemennya padahal developernya gede dan B*MN pulak. Hihi
dani
Bahahahahaha….. Monmaap ya Niaaaaa.
Eh iya bener itu! Gimana performance developernya ya…
Makasih Nia!
Rumi
Salam mas,
tanya dong, di masa pandemi seperti sekarang worth gak sih investasi ke properti?
dani
Kalo emang harganya turun dan masih dapet margin lumayan kenapa nggak?
Aktsar Abdikar
Makasih infonya Mas Dani
Ada sih rencana investasi apartemen, tapi kalo udah sukses investasi di kos-kosan haha.
Gimana menurut mas, apakah ilmunya bakal banyak kepake?
dani
Jauh lebih kepake bakalan malah 🙂