Kategori
Buku Postingan Tamu Review

Pelajaran Kehidupan yang Mendalam: Review Buku Bumi Manusia

Mencari bacaan berkualitas yang memberikan pelajaran tentang kehidupan? Coba baca buku Bumi Manusia karya Pram ini.

Tulisan review buku Bumi Manusia ini adalah tulisan tamu dari Nik Sukacita.

—-

Novel roman sejarah Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer ini membuat saya terkagum kagum dengan di hadirkannya tokoh yg sangat berkarakter dan pemikiran yg tajam.

Lah yaaa Pram Gito loh…
Duniapun tahjum dengannya apalagi saya… Gak heran kalau buku ini diterjemahkan ke lebih 30 bahasa di dunia.

Dengan pemikiran tajam seorang Pram,
saya memberanikan memberikan satu pandangan tentang buku “Bumi Manusia” 

Sebelum lebih lanjut tentang apa dan bagaimana  saya belajar dari buku ini, saya ceritakan dilu tentang adanya tujuh tokoh yang menurut saya membuat saya belajar.

(1) Tuan Meilema
(2) Nyai Ontosoroh
(3) Annelies
(4) Minke
(5) Magda Peters
(6) Jean Marais
(7) Bunda Minke.

PS: Cover images from Goodreads

Bumi Manusia by Pramoedya Ananta Toer’s Blurb

Sebelum saya mengutarakan tentang ketujuh tokoh tersebut, baiknya saya memberikan sedikit ringkasan novel Bumi Manusia.

Bumi manusia ini menceritakan tentang seorang Minke,  pribumi dan mahasiswa HBS, yang jatuh cinta pada Annelies, wanita cantik anak Nyai Ontosoroh gundik Tuan Meilema.

Minke adalah putra seorang Bupati keturunan Ninggrat, punya seorang kawan bernama Jean Marais, pelukis asal prancis punya anak yg sering di ajak bermain oleh Minke. Di kampus, Minke punya Dosen yg menyayangi dia bernama Magda Peters.

Bagaimana Pram meramu cerita kehidupan seorang Minke yang terasa biasa saja menjadi sebuah buku yang sempat dilarang peredarannya di bumi Indonesia tercinta inilah yang sungguh menarik untuk disimak.

Review Buku Bumi Manusia: Sebuah Pelajaran Mendalam tentang Kehidupan

Membacalah, Tekunlah Belajar

Review Buku Bumi Manusia (dari laman Goodreads)

Tokoh Pertama yang ingin saya ceritakan NYAI ONTOSOROH .

Selir yg di beli Tuan Meilema dari ayahnya yg haus kekuasaan , tidak bisa membantah walau hati remuk. Dunianya berakhir disaat pertama kali Tuan Meilema membelinya. Mati hati, itu mungkin yg saya bisa katakan terhadap Nyai Ontosoroh kala dia mengalami peristiwa itu.

Kebenciannya begitu besar terhadap ayahnya, dan menjadikan ibunyapun tidak luput dari perasaannya yang begitu kuat, karena dia merasa seorang ibu harusnya membela anaknya.

Saya begitu kagum dengan Pram, ketika dia memberikan kisah bagaimana Tuan memperlakukan Nyai begitu manis, disayang, dididik menjadi seorang wanita yang cantik, kuat dan cerdas.

Dari hasil hubungan mereka lahir seorang putra dan putri. Nyai, tidak banyak bincang, kesukaannya membaca, belajar dengan tekun membuat dia mampu melipat gandakan perusahaan yang dimiliki oleh sang Tuan. Kepedihan hidupnya dia alihkan dengan membaca dan bekerja. Indahnya hidup dia rasakan saat bagaimana Tuan Meilema begitu menyayangi dia dan mendidiknya tapi semuanya direnggut kembali oleh keadaan saat putra sah sang Tuan dari Belanda datang mengambil semua hak-haknya. Kalimat Nyai yg tertanam di hati saya, saat dia menceritakan ke An, putrinya bagaimana tuan mengajarinya untuk selalu rapi.

“Perempuan yang tak dapat merawat kecantikan sendiri, kalau aku lelaki, akan ku katakan pada teman-temanku, jangan kawini perempuan semacam itu, dia tak bisa apa-apa, merawat kulitnya sendiripun tidak kuasa ” #jleb

Habis baca itu saya langsung nelen ludah… Hik… Saya termasuk orang yg tidak perduli dengan penampilan. Tapi percaya deh walau begitu kamar saya rapi kok, meja kerja saya rapi kok, semua tertata pada tempatnya, sampai isi lemari urutannya sesuai jenis pakain dan warna… 😀

Tapi siapa yg percaya itu semua kalau penampilan saya berantakan ?

Ah Nyai… kau benar… *habis baca buku ini langsung deh lebih banyak belajar berpenampilan rapi… Karena diapun berkata:

“Cantik menarik sungguh lebih baik daripada kusut, Dan setiap yg buruk tak pernah menarik”

Nyai… Nyai… Andaikata wanita atau putri putri Indonesia mengerti pesanmu ini… Alangkah indahnya…

Kau wanita yang sangat terpuruk, mampu menjadi wanita yg luar biasa karena mau BELAJAR dengan mendengar didikan dan banyak membaca buku.

Bangunlah Orang Lain

Ada dua tokoh yg menggambarkan karakter ini.

Tokoh kedua yg saya ceritakan, Tuan Meilema.

Lelaki berkebangsaan Belanda ini mungkin membuat banyak pembaca tidak menyukai karakternya, sayapun sempat emosi. Bukan karena dia suka hati beli wanita atau meninggalkan wanita tapi lebih ke kepengecutannya sebagai lelaki yg tidak mengambil SIKAP ketika masalah hadir dalam hidupnya.

Tapi akhirnya saya berpikir,  jika Tuan Meilema ini tidak mendidik Nyai dengan kasih sayang, mampukah sang Nyai lahir sebagai wanita yg kuat, cerdas dan mampu melipatgandakan kekayaannya? Yap, akhirnya sayapun menyadari dan berpikir, batas kekurangan seperti apapun dari kita sebagai manusia yang diberikan oleh pencipta, harusnya bisa membuat orang lain lebih baik.

Tokoh ketiga, orang yg membuat Minke menjadi murid CERDAS adalah Magda Peters. Dosen Belanda ini begitu menyayangi Minke, dia satu-satunya dosen yang membela Minke saat dia dikeluarkan dari kampus karena tinggal serumah dengan Annelies. Bahkan pada akhirnya Dosen ini harus dikeluarkan dari HBS dan di kirim kembali ke Negeri Belanda.

Yaaaaah…  memang selalu ada korban di setiap kisah.

Jadilah Penyemangat

Review Buku Bumi Manusia (Versi Bahasa Inggris dari Goodreads)

)Selanjutnya tokoh ke empat,
Annelies, putri Nyai Ontosoroh. Kecantikannya mengalahkan dewi dewi *Pram ini looh kalo bikin analogi, mengungkapkan kecantikan wanita di Annelies itu bikin sirik…  hahahahaha.

An, panggilannya tidak banyak yg bisa saya utarakan di tokoh ini, karena buat saya dia hanya tokoh yg menjadi penyemangat tokoh utama yaitu Minke, An, wanita yang digambarkan sangat cantik ini adalah sejatinya wanita rapuh, sangat berbeda dengan mamanya. Sang Nyai yang begitu perkasa menangani segala yang terjadi dalam hidupnya.

Dia menjadi korban keadaan tapi tidak mampu bertransformasi menjadi wanita kuat seperti mamanya. Namun demikian tanpa kehadiran dia di buku ini, Minke tidak menjadi lelaki yg utuh, kenapa? Karena dia begitu mencintai An, bahkan keluarganyapun dia lupakan untuk mendapatkan An.

Tokoh berikutnya adalah Jean Marais, seorang pelukis prancis menjadi tokoh kelima yng saya bahas di sini.

Dia adalah kawan Minke yg anaknya sering diasuh dan diajak oleh Minke untuk jalan sore… Jean ini sering menjadi tempat Minke bercerita tentang hidupnya, dia sering memberikan pandangan yg baik ke Minke, bahkan ketika sang tokoh utama jatuh cinta ke Annelies.

Penyemangat yg baik, itu kata yg tepat buat Jean Marais.

Wanita, Jadilah Bijaksana

Tokoh selanjutnya,  Bunda, tokoh ke enam ini sempat membuat saya merenung, hati saya tidak karuan, antara ditantang, kagum dan pedih bercampur jadi satu.

Pedih… Ibu atau wanita. Seorang istri seharusnya punya sikap… Tapi pada kenyataannya…

Kagum, saya sangat kagum ke Pram, begitu piawai menggoreskan karakter Bunda ini.

Ditantang, yap,  membaca karakter Bunda, sebagai wanita saya merasa ditantang untuk menjadi wanita seperti Bunda.

Bunda, seorang istri Bupati, melihat anaknya yg tidak sejalan pemikiran dengan bapaknya, mampu menjadi penengah yg sangat Bijaksana. Mampu memberi pengertian yg baik kepada putranya, mampu menjadi istri yg membela suaminya di depan anak yg tidak menyukai Bapaknya.

Bunda, begitu mengagumi kecantikan An, menantunya. Memberi petuah ke putranya yg luar biasa saat sebelum pernikahan Minke. Tenang, Tajam dan bijaksana ketika memberi petuah bagaimana menjadi Kesatria.

Inilah 5 syarat untuk menjadi seorang kesatria menurut Bunda:

1. Wisma (Rumah)

Tanpa rumah orang tak mungkin satria, dia gelandangan.

2. Wanita

Tanpa wanita satria menyalahi kondrat sebagai lelaki. Wanita lambang kehidupan, kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan, bukan sekedar istri untuk suami. Wanita sumbu pada semua, penghidupan dan kehidupan berputar dan berasal.

*tuh kan Pram, bikin hati bercambur lagi kan , *ambil cermin , bisa jadi wanita gitu ga yaa…

3. Turangga, (Kuda)

Ilmu pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, keahlian. Tanpa itu takkan jauh melangkahmu, pendek penglihatan.

4. Kukila ( Burung) 

Hobby, tanpa kukila manusia hanya sebongkah batu tanpa semangat.

5. Curiga (Keris)

Kewaspadaan, kesiagaan, alat untuk mempertahankan ke empat lainnya .

Wejangan yg sangat bijak di saat Minke menjadikan Annelies istri.

Bunda, tokoh yg memberi saya pengertian, bagaimana menjadi wanita bijaksana.

Tokoh Terakhir, Ketujuh.. . Minke…

Tokoh utama di buku Bumi Manusia.

*sebentar saya ambil nafas dulu…

Fiuh… Saya lagi bayangkan…

Minke ini ganteng, tenang, matanya tajam sesuai pemikirannya. Begitulah imajinasi saya ketika membaca tentang Minke.

Quotes by Pram (borrowed from Goodreads)

Minke, anak muda pribumi sekolah di HBS, suatu ketika di ajak kawannya berkunjung ke rumah Nyai, maksud hati Robert kawannya ini mengajak Minke menjadi bandingan, Minke yg pribumi sementara dia,  Robert,  peranakan. Robert mau mengenal lebih dekat An karena dia menyukainya.  Apa daya, Robert tidak dilirik sama sekali, An malah mengajak Minke berbicara bahkan ngobrol mengajak keliling rumah.

Minke terpesona dengan kecantikan An, dan lebih dr itu Minke terpesona dengan ketrampilan An dalam bekerja membantu Nyai.

Saat mengenal Nyai, Minke sangat kagum akan kepribadian Nyai, saking kagumnya dia membuat satu artikel, tentu dengan nama pena berbeda. Minke ini anak muda Cerdas, selain kuliah kehariannya juga menulis di salah satu koran.

Segala opininya dia tulis. Kepiawaiannya dalam menulis, pada saat tertentu, ketika Nyai mendapatkan masalah ketika Annnelies di renggut hak asuhnya oleh hukum saat itu, menulis menjadi sarana berperang Minke.

Dia tuangkan segala pemikirannya melalui artikel di semua koran yg ada. Walau pada akhirnya An harus dipaksa pergi, kalah di mata hukum. Saat itu Minke berkata kepada Nyai,

“Kita Kalah, Ma…”

Namun Nyai menjawab,

“Kita telah melawan Nak, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. “

Minke, anak muda cerdas ini mengajarkan pada saya untum mengutarakan pemikiran dalam tulisan. Diterima atau tidak, menang atau kalah… Semua itu hanya sebuah pandangan…

Akhirnya, dari Minke inilah saya belajar menulis, menuangkan pemikiran saya tentang buku Bumi Manusia, yang mengajak kepembaca untuk tekun belajar, beri makna ke orang lain serta jangan takut mengungkapkan pemikiran. Sebuah pemikiran mendalam tentang kehidupan.

Jika semua dilandasi niat tulus… Kita tinggal berharap apa yang kita lakukan akan memberi dampak yg baik.

Ini pemikiran saya, mungkin pembaca yang lain punya pemikiran yang berbeda? Mari berbagi!

Belum membaca buku pertama dari tetralogi Buru karya masterpiece Pramoedya Ananta Toer  ini? Apalagi anda suka menulis ?

Ah sayang sekali kalau belum, coba baca deh Bumi Manusia ini.. Mungkin akan lebih banyak mendapatkan pelajaran daripada saya…

======

Tulisan ini adalah guest post dari sahabat (pengakuan sepihak) gw, Nik Sukacita, yang sudah beberapa kali berkolaborasi sama gw di acara Ngobrol Santai.  Heading dan judulnya gw sesuaikan dengan gaya  blog gw.  Ada beberapa tambahan minor di sana – sini yang gak mengubah alur cerita.

Tulisan-tulisan paling baru di blog ini:

Review Buku Bumi Manusia ini jadi review buku pertama di tahun ini setelah terakhir gw nulis tentang Bulan tahun lalu.  Gw sendiri baca buku ini tahun 2007 dan masih terpesona dengan cara Pram bercerita. Kalau mau baca-baca buku apa aja yang pernah gw review silahkeun dilihat di kategori review buku.

Thanks Nik buat tulisannya!

94 tanggapan untuk “Pelajaran Kehidupan yang Mendalam: Review Buku Bumi Manusia”

pertamax..

dari dulu suka banget ama opa Pram, tapi ya gitu baca tulisaannya belum 😀 hahah soalnya sukanya karena baca quote2 aja sih

tapi mungkin akan beli bukunya insyaallah habis baca review ini, menarik !!!

ini buku udah dibaca lamaaa… tapi gak juga di review.. hahaha..

“MENULISLAH. KALO SUARAMU TAK DIDENGAR, BARANGKALI TULISANMU DIBACA”

btw, reviewnya mantap.. slam buat nik 😀

eh iya..disitu disebutin pernah dilarang beredar buku ini, kenapa emangnya Dan? serius nanya 😀

Buku ini dulu dilarang karena katanya mengandung dan kental sekali dengan unsur marxisme dan komunisme gitu Des. Jangan tanya gw di bagian mananya ya. Padahal isinya bagus dan gak nyebut-nyebut itu sama sekali.

Pram memang beda. Review menarik. Tapi jujur, sempat bingung saat baca saat baca , knp auranya cewe sekali. Penampilanlah, Minke gantenglah (???) blognya Dani Rachmat? Oh Guest Posting #usapkeringat. Masukan tlg nama reviewernya ditaruh diawal, dong..:))

Bahahahaa. Feee. Gw sengaja taruh di belakang dan gak kasih info soal guest post untuk coba format guest post selain yang pernah gw publish. Beneran deh. Thanks to you for bringing it up dan thanks buat sarannya. Next time gw balik ke format awalnya. ??

Balas

Ini akismetnya ngaco Om. Semua komen dirimu langsung masuk spam. Apa karena alamat blognya dimulai dengan angka ya? Karena spam yang biasanya masuk alamatnya (either email atau alamat blognya) dimulai dan atau mengandung angka. Saya tiap hari cek satu-satu sih Om memang folder spamnya.

Oh awalnya saya kira nunggu moderation. Tapi gak ada keterangan nunggu moderation. Jadi mungkin kesalahan aplikasi WordPress. Eh ternyata masuk spam ya … oke deh saya komen satu saja 😀

Hii Mas Zilko, salam kenal yaa…saran saya kalau benar2 pengen,, sempatkan deh minimal 2 lebar tiap hari ,, entar nagih deh , bukunya Pram itu wajib di baca hehehehe

Yaaaaaan, coba bacaaa dah,, ini gue bilang seh yaa , kl emang suka nulis buku ini tuuh wajib di baca hahahaha

Saya belum pernah baca bukunya Pram, setelah baca review ini mungkin akan mencoba. Telat sih tapi ya sudahlah ya, semua orang di sekitar ngomongin tetralogi ini, kayaknya ketinggalan banget kalau saya nggak baca :haha. Penasaran juga sih dengan bagaimana tulisan Pak Pram yang kabarnya menyihir banyak orang.
Tokoh-tokohnya semua punya peran yang utama ya, semua menyumbang pelajaran dan kombinasi semuanya membuat buku ini menjadi sebuah karya yang utuh. OK, kita tak akan tahu bagaimana bukunya kalau tak pernah membacanya brb ke perpustakaan.

belum pernah baca bukunya, tapi sekelumit kalimat ini “Perempuan yang tak dapat merawat kecantikan sendiri, kalau aku lelaki, akan ku katakan pada teman-temanku, jangan kawini perempuan semacam itu, dia tak bisa apa-apa, merawat kulitnya sendiripun tidak kuasa” emang bikin makjleb hahhaa…

perempuan yang tak dapat merawat kecantikan sendiri, kalau aku lelaki, akan ku katakan pada teman-temanku, jangan kawini perempuan semacam itu, dia tak bisa apa-apa, merawat kulitnya sendiripun tidak kuasa ” #jleb

padahal setelah dinikahi…. laki-laki yang kemudian membuat mereka tidak canrik 😀

Makasih banget loh Omm… Maap saya belum sempat main ke sana. Saya simpen ya habis ini alamatnya. Dah beberapa minggu ini gak bewe saya euy…(T.T)

Mpun puyeng-puyeng Ning.. Huehehehe.
Bukunya sempat dilarang karena dianggap menyebarkan paham marxisme dan komunisme sama pemerintah berkuasa waktu jtu Mbakyu. Huehehe.

Kak Nik keren banget bikin reviewnya, berasa banget mendalamnya, aku belum baca buku2nya dong dan :p hadeuhh gak gaoel amat yak, tapi ini buku sarat dengan makna, mestinya gw kudu baca nih, itu makjleb banget soal kecantikan wanita, merasa tersindir sama Pak Pram nih

Reviewnya bagus banget…saya baca buku ini udah lama banget..bukunya khas sastra..beratttt euy..kudu konsentrasi penuh bacanya..dan dari 4 buku..paling suka ama yang bumi manusia..dan alasan saya suka buku ini..rada beda ama review..mau tau apa alasan nya? Krn setting cerita ..rumahnya nyai..terletak di Ketintang surabaya…rumah orang tua saya juga di ketintang..jd baca buku ini sambil ngebayangin rumah saya di masa penjajahan belanda…???lebay ya…

Dan saya belum pernah baca karya Pram 🙁 eh pernah cerpen doang. Dulu heboh harga buku2 Pram mahal selangit. Tapi sekarang udah diterbitkan ulang jadi beredar banyak di Gramedia. Moga nanti punya kesempatan baca.

Btw, Mas Dani… Waktu baca postingan ini saya sampai bolak balik ngelirik alamat blog. Ini beneran blognya Mas Dani atau saya tersesat? Karena disebutin wanita di reviewnya. Hehehe.. Ternyata memang yang nulis repiu-nya wanita 😀

Hihihihi… Maaf kalo bikin bingung ya Mbak… ???… Iya juga ya. Jaman waktu bukunya masih dilarang pasti harganya mahal banget ya mbak… Beruntung waktu saya beli larangan itupun sudah dicabut.

Pram memang membuat semua orang yang mengenalnya, jadi terpesona,
Sebelum sampe ahkhir, sempat bingung, ini adminnya kan cowok? kok yang review kayaknya cewek? Eh, ternyata emang cewek. Salam sok akrab 😀

Reviewnya ‘deep’ banget masdan hihi ternyata guest post yak 😀
Dari dulu suka sekali tulisan-tulisan Pramoedya tapi belum pernah kelar baca bukunya deh. Saking beratnya kalau pinjem perpus dulu berlarut-larut bacanya sampai diteror bapak perpus buat balikin buku dan dendanya, duh.

dulu baca pas kuliah apa ya. trus berhayal kalo yg d maksud pabrik berasnya nyai ontosoroh adl pabrik pari d ketintang skrg dah ilang mau djadiin perumahan pdhl cagarbudaya sby loh, krn dia sebut rumahnya d wonokromo deket rumahku xixixix. bayanginnya lebih seru lg sebelah sini rumahnya sebelah situ apanya hahaha . imajinasi tingkat tinggilah. udah baca triloginya? istri istri minke bikin iri dah. gak cuma An. nt sastra emang numero uno setelah pak pram dr segi sastra aku pilih ahmad tohari. baca deh ronggeng dukuh paruk. kalo generasi skrg blm nemu saingannya secara nulisnya malah pake bhs prokem bukan sastra.

Nah iya Tiih. Aku mocone pas pertama kali kerja. Warbiyasak emang bayanganku. Aku wis khatam Tih baca ini. Nah Ronggeng Dukuh Paruk ki sing aku penasaran.

Balas

Halloo Semua.. Salam Kenal,,, Terima kasih yaa buat komennya…
kalau suka baca, baiknya baca deh bukunya hehehehe…

Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya – Rumah Kaca (Pramoedya Ananta Toer)

kalimat keren yang saya ambil dari buku Pram lainnya yang tak kalah bagus ehehhe

Aku selalu inget endingnya ini:

“Kita Kalah, Ma…”

Namun Nyai menjawab,

“Kita telah melawan Nak, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. “

Suka banget sama tetralogi ini dan akan selalu menjadi buku favorit sepanjang masa. 🙂

pramudya selalu luar biasa dengan pemikiran2nya yang disampaikan kadang lugas, kadang menyenangkan 🙂 dan ya seperti itulah pramudya

perempuan yang tak dapat merawat kecantikan sendiri, kalau aku lelaki, akan ku katakan pada teman-temanku, jangan kawini perempuan semacam itu, dia tak bisa apa-apa, merawat kulitnya sendiripun tidak kuasa ” #jleb

Haduh, emang mak jleb bener deh kalimat Nyai itu. Wah harus sering2 pergi ke salon nih hehehe 😀

Wah guest post ya, pantesan bahasanya tidak-ala-ala-Mas-Dani. Bingung di pertengahan ada kata-kata ‘sebagai wanita, saya…’ lah terus kaget. Mas Dani masih dengan gender yang lama kan? Scroll ke bawah ternyata guest post. Hehehe.

Jadi pengen baca Bumi Manusia. Kemarin juga sempat baca resensi menarik tentang buku ini. Tapi waktu itu pernah baca beberapa bukunya Pram (salah satunya adalah Rumah Kaca, langsung Rumah Kaca nggak pake Bumi Manusia dsb sebelumnya), dan merasa nggak nyambung… Kayaknya saya emang bukan selera baca sastra lama, nggak menikmati. Selain Pram, pernah baca juga Mochtar Lubis dan beberapa penulis sastra lama lainnya, tapi masih belum nyambung. Tapi kalo Ahmad Tohari (kalau beliau masih bisa dikategorikan ‘penulis lama’), saya suka bangeeett, tulisannya dia khas dan rasanya saya udah naksir banget, baca buku-bukunya beliau selalu enak dan berkesan.

Wah, buku mas Pram memang banyak yang keren-keren kata teman-teman saya.

Jadi penasaran sama buku yang satu ini.

Terima kasih mas sudah di-review dan lengkap plus informatif banget hehe. 😀

Salam kenal. 🙂

saya masih belum baca-baca buku beliau mas. tapi suka ma kutipannya. terus tahu tentang beliau dari buku Ayah terbitan Republika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version