Kategori
Film Review

Review Film Burnt: Perjuangan Mendapatkan Michelin Star

Review film Burnt ini mau gak mau membandingkannya dengan film Chef yang rilis setahun sebelumnya. Penasaran gimana perbandingannya? Baca yak!

Jadi, sudah pada nonton Deadpool kan? Kali ini mau review film Burnt yang dibintangi Bradley Cooper yang bercerita perjuangan seorang Chef untuk mendapatkan Michelin Star.

Rating: R (Restricted)
Genre: Drama, Comedy
Director: John Wells
Duration: 1 hrs 41 minutes
Star: Bradley Cooper (Adam Jones), Sienna Miller (Helene), Daniel Bruhl (Tony), Omar Sy (Michel), Matthew Rhys (Reece)
Critics Review: 6.6/10 IMDB; 42/100 metacritics; 29% Rottentomatoes

All images are from Burnt Movie Official Site

Blurb of the movie

Adam Jones (Cooper),  seorang chef pemegang dua Michelin Star,  bertekad meraih kembali dan melebihi prestasinya sebelumnya. Meraih tiga Michelin Star. Untuk itu dia menuju London,  kota di mana dia akan menggunakan restoran yang dimiliki oleh Tony (Bruhl),  koleganya di masa lalu,  sebagai kendaraan ambisinya.

Tetapi masa lalunya di Paris yang buruk akibat minuman dan obat masoh menghantuinya. Michel (Sy) menyabotase makanan yang disuguhkan kepada tim Michelin dengan menambahkan bumbu berlebihan. Upaya balas dendam karena Jones melepaskan tikus di restoran Michel di Paris ketika tim inspeksi kesehatan datang.

Review Film Burnt

Burnt inj film ke dua tentang masak-memasak dan kehidupan Chef yang gw tonton.  Sebelumnya gw nonton Chef (emang gak gw bikin reviewnya) tapi sayangnya belom nonton Julie&Julie (bener itu kan ya?). Selain itu gak pernah inget sih nonton film bertema sama.

Pas nonton film ini mau gak mau gw langsung membandingkan sama film Chef.  Premis yang diambil emang mayan jauh beda.  Chef cuma menceritakan gimana si tokoh utama bangkit dari keterpurukan dan menemukan dirinya kembali di dunia kuliner, sementara Burnt melipatkgandakannya dengan memburu Michelin Star setelah sang chef terpuruk.

Satu plot yang ambisius banget.  Terlalu ambisius malahan ya. Will get to this later on.

Never Mess With Your Life

Yep,  another chef with a screwed life trying to make amend. Pas tahu permasalahan utama dari Jones,  gw langsung mikir: ada apa sih sama para chef di Amerika sono?  Kok hidupnya pada kacau?

Ooh.  Ini Michelin Star chef toh yang kalo gw baca parah banget emang pressurenya.  Mungkin itu kali ya alesannya kok kacau.  Gitu pikir gw akhirnya. Tapi dari dua film (Chef dan Burnt) ini hidupnya para chef emang kacau digambarkan.  Hahaha. Emang gak boleh generalisir dari dua film doang sih.

Tapi inti yang mau gw sampaikan bahwa dari film ini adalah gak usah maen-maen ama hidup lu deh kalo misalkan udah di puncak kesuksesan.  Jangan jadi terlalu sombong.

“Kesombongan memang membutakan. Jangan pernah merasa sudah menang sementara masih berjuang. Seharum apapun angin yang bertiup.
#selfnote #bukannyinyir #kalongerasayamaap”

Tokoh utama di film Chef saking ngerasa paling hebat marah-marah abis sama kritikus makanan yang dihormati. Kelakuan buruknya diupload ke sosial media ditambah lagi dengan kata-kata kasarnya di sosial media karena kekurangtahuannya dengan segera menghabisi karirnya.

Sementara Jones di film ini,  di masa lalu juga seorang chef yang naik daun. Ketenaran dan dua Michelin Star membutakannya sampai akhirnya alkohol dan obat merusak semua yang sudah dia capai.  Termasuk di dalamnya menyakiti teman-teman dan orang-orang terdekatnya sampai dia harus lari dari Paris kembali ke Amerika.

Premis tentang perjuangan kembali menata hidup yang berantakan dan mendapatkan kembali apa yang hilang seolah gak bisa lepas dari film tentang masak-memasak.  Gak salah kan kalo pesen yang gw tangkep adalah: jangan bermain-main sama hidup. Jangan sembarangan dan seenaknya meskipun kita ada di puncak dunia.

Semoga sih gw gak pernah melakukannya ya meskipun nanti berada di puncak *daerah Bogor *krikkrik.  Eh apa malah kudu aneh-aneh biar bisa dibikinin film? *digampar

Kesempatan Selalu Datang Lagi dan Bisa Dikejar

Kesempatan datang berapa kali? Buat yang jawab sekali gw akan langsung bilang: “TET-TOT!!! Salah!!”

“Kesempatan itu datang berkali-kali dan tergantung kesiapan kita menangkap itu kesempatan atau tidak.” – Petuah petinggi Bank Mandiri jaman gw masih jadi trainee

Yes, kesempatan itu datang berkali-kali dan itu sepertinya yang juga diyakini sama orang-orang di Amrik sono. Kesadaran inilah yang mestinya menumbuhkan daya juang buat gak gampang menyerah. Berjuang berkali-kali lagi setelah satu persatu kegagalan datang dan menyerang. 

Paling gak itu sih yang diceritakan di film ini. Dan itu sepaham ama pendapat gw kalo kita adalah pelaku di hidup kita, bukan korban seperti yang pernah gw tulis di postingan I’m not A Victim.

Goal terbesar Jones buat ngedapetin Michelin Starnya yang ketiga sempat disabotase sama Michel. Dia dengan menuangkan bubuk (lupa namanya 🙂 ) beraroma pedas ke masakan yang disajikan ke orang-orang yang diperkirakan adalah orang-orang Michelin karena memenuhi semua ciri yang selalu ditampilkan. Di situ rasanya dunia si Jones runtuh dan dia bahkan sempat mencoba bunuh diri di restoran saingannya sambil mabuk.

Tapi pas mabuknya hilang, ternyata dia langsung move-on. gak terpaku dan diam di masa lalu. Diam di kegagalan. Sampai akhirnya kejadian paling klise di sebuah film dengan tema seperti ini terjadi. Orang-orang yang dikira dari Michelin ternyata bukan dari Michelin, mereka adalah sales people sebuah perusahaan perangkat lunak yang kebetulan makan malam.

Dan ketika orang Michelin yang asli datang, ternyata syukur banget sudah gak ada duri di dalam daging di timnya Jones. Ah elah, sinetrong bangetttt dehhh!!  😛

Perbandingan dengan Film Chef?

Yes, mau gak mau kudu bandingin film ini sama Chef yang ditayangkan setahun sebelumnya, dan seperti biasa, waktu bikin review film ini, gw gak baca review filmnya di manapun sebelumnya biaryang gw tulis murni pemikiran gw *suka kepengaruh soalnya*

Dari segi konflik yang diangkat. Sebenernya menarik banget si Burnt ini kalo dibandingkan sama Chef. Gimana mantan pemabuk dan pengguna obat berjuang meraih lagi Michelin Starnya dengan tim yang sebagian membenci dia. Bandingkan sama Chef yang permasalah utamanya adalah gimana berdamai dengan diri sendiri dan bangkit jadi pribadi dan chef yang lebih baik. Tapi sayangnya Burnt gagal di eksekusinya. Tekanan peraih Michelin Star yang berat banget seperti sering gw baca gak kerasa disini.

Ya biasa aja gitu. Kayak gak beda sama pengelolaan restoran high class pada umumnya aja.

Mungkin ini berkaitan dengan teknik memasak yang ditampilkan difilmnya. Burnt gak bisa mengeksploitasi gambar-gambar makanan yang menggugah selera. Nonton film ini pagi-pagi waktu laper pun gak berhasil menggugah selera buat kepengen. Bandingkan sama Chef yang gw tonton bahkan setelah sarapan, masih bikin ngiler akan sizzling hot irisan daging dan telornya. Gimana crustynya roti waktu dipotong dan jadi mupeng berat sama makanan yang dijual di food trucknya.

Bokkk, kalo nonton Chef pastiin ada cemilan deh.

Selain itu, konflik di Burnt kerasa meng-copy 100% konflik yang ada di Chef. Bahkan penyelesaian masalah di akhir filmnya. Di Chef, duit yang diperoleh Carl dari kritikus makanan seterunya diadaptasi dengan Jones mendapatkan uang dari kekasih di masa lalunya. Dan semuanya pun membaik dari situ. Seperti hidup selalu penuh dengan keindahan,  tim Michelin Star pun datang dan Jones berhasil dengan sukses menyajikan hidangan andalannya.. Sugar icing on top of a very delicious super sweet and beautiful cake lah kondisinya.

Di akhir,  Chef ditutup dengan hidup yang berlanjut dan kebahagiaan yang sewajarnya meskipun scene yang ditampilkan adalah scene pesta.  Di Burnt,  meskipun ditutup cuma dengan senyuman, rasanya terlalu lebhey.  Gak masup akal.  Setiap tokoh utamanya senyum dan makan pie sederhana bersama di ruangan dapur mereka tapi kerasanya gak mungkin seindah itu.

Pencuri perhatian di film Burnt ini kalo gw bilang malah si Daniel Bruhl yang memerankan Tony.  Dengan pengalaman berbagai film – film non mainstream sebelumnya,  sosok Tony yang jatuh cinta sama Jones dan bertepuk sebelah tangan kerasa krusial meskipun bukan tokoh chef.

Kalo dibandingkan sama Chef mah jauh banget. Dan baru tahu perbandingan rating film di IMDBnya by the time gw ngetik paragraf ini karena baru nyari. Penasaran apa gw yang aneh ngerasa kalo Burnt itu gak terlalu bagus. ??

All in all di review film Burnt yang dibintangi sama Bradley Cooper ini gw bisa bilang kalo cerita dan scriptnya nanggung abis.  It could’ve been better. Tapi buat orang yang seneng masak kayak gw sih kudu lah nonton film ini.

[youtube url=https://youtu.be/IiGJlUVQDGk&rel=0]

Yours truly,

@danirachmat

64 tanggapan untuk “Review Film Burnt: Perjuangan Mendapatkan Michelin Star”

omaigaaad Bradely Cooper jadi chef? AAAAHHH dia makin keliatan seksi di mata gue hahahah
gue juga udh pernah nntn Chef, dan kalau ada yang lebih bagus dr Chef, gue bakalan lgsg masukin ke watchlist gue. Julie&Julie juga bagus yah? tar cari deh…

Hwaaaa aku penggemar Bradley cooper dan bener2 pengen nonton Burnt ini loh. Tapi sayang bioskop mahal n gak bs donlot *yanasib. Thank u ya review nya mas Daniiiii, aku nonton Chef ngiler banget tuh apalagi pas adegan dia masak di depan ScarJo.. Yummy abissss. Tetep lah ntar kalo udah dapet filmnya mau nonton si Burnt ini. Emaap ya reply di komen orang ???

Oalaaah… eke gak taua da film iniiiii
this is my kind of movie…. walopun di imdb cuman dapet rating 2 out of 10 pasti tetep nonton.. hihihi
btw, Julie&Julia baguuuussssssss

Baru aja nonton film ini, dan bener, nanggung abis filmnya. Untung ada Bradley cooper, jadi cukup betah nontonnya sampe akhir. Hehe.

Ish..ish..gue mau cari ah pelem ini ama chef juga..secara gue juga suka pelem bertema masak2 begindang.. 😀

Memang katanya jadi chef di restoran ternama itu stress banget. Kerja dari pagi sampai malam (mulai dari prepping pagi2 sampe masak malamnya), dan stress harus jaga standar yang begitu tinggi.

Sempet dikalangan temen bergosip “jangan pernah pacaran sama chef, nanti kamu di nomer duain, nomer satunya masak” 😛

Mbak Evaaa. Maap baru dibales.
Kalo di film aja sampe kek giru (Chef ama Burnt ini) emang jadi ngebayangin kalo kenyataannya itu pasti jadi jauuuh lebih setress….

Balas

oh ga bagus ya? ah gw msh enjoy film ini, mungkin karena faktor bradley cooper #uhuk. gw belum nonton chef, tapi one hundred foot journeynya helen miren udah…chef masih kalah bagus soal keindahan penggambaran makanan..

Wah, Chef masih kalah ya ama One Hundred Food Journey? Penasaran jadinya. Kalo burnt ini karena gak ngefans banget ama BC jadinya ya biasa aja 😀

Balas

Ooo jadi Dani demen masak, buktiin dooong, bawa masakan apa gitu kalau kopdar lagi. malah request

Btw, kok film-film soal masak memasak dan chef ini mirip mirip ya premisnya: bangkit dari kegagalan -yang kadang datangnya konyol-. Seperti ada satu film yang serupa tapi dari Korea, tentang chef yang kehilangan kepercayaan dan namanya rusak gara-gara kesalahan fatalnya ketika menyajikan sashimi fugu. Dimana semua klien nya keracunan ikan buntal itu. Bagus deh filmnya, seru, kapan-kapan harus nonton Dan. Tapi maaf yaaa, aku lupa judulnya 😀

Om Bart, maapkan baru dibales, Jadi penasaran sama itu film koreanya. Nanti nyari aah… Hihihi..
Kalo soal buktiin masak mah ke sini aja Om kopdarnya 😀

Balas

Hihihi… Filmnya emang lucu juga sih emang Ratatouille Mbak Monda. Cuman agak geli gak sih lihat tikusnya? Realistis banget soalnya. 😀 Iya Mbak… Emang sering banget diputer di TV. Hihihi..

Mirip kayak The Hundred Foot Journey ya, ttg memperjuangkan bintang michellin. Tapi kayaknya aku lebih ‘ngiler’ liat masakan di Hundred Foot Journey, kalo di Burnt tampilan masakannya ketutup sama tampilan Bradley Cooper yang udah seksi dari sononya, hihi.

ati2 ya kalo bicara di medsos malah bisa balik membunuh mu, jangan sampe di puncak kejayaan malah jadi mendulang langit dan lupa berpijak pada bumi, tapi di kehidupan asli chef gak gitu kali ya

hmm sejenis ya sama chef, kayaknya jika tema kuliner ini bakal sedikit beti-beti ya tergantung konflik utama apa yang ingin diangkat. Dan kayaknya harus nonton keduanya deh >.<

hikz makin panjang list film yang belum ditonton

Hhhm selalu penasaran dengan film2 yang ada masak2 nya. Film Chef udah nonton, yang ini belom 🙂

Keren mas Dani sekarang bahas film sekalian memberikan rating. Aku belum nonton dua duanya, cuma kalau film dengan berlatar bekarang seorang pemasak aka chef, bayanganku filmnya itu selalu energik kebayangkan siatuasi di dapur yang selalu ramai.

Eh gue bingung deh Mas, postingan elo kenapa ya suka gak muncul di timeline WP gue jadi jaaah ada kelewat bbrp postingan
Kalo gue, film yg Chef bisa nonton sampe akhir karena seru (dan yes bikin laper), sedangkan Burnt ini biasa aja. Berapa kali sempet gue skip karena boring (untung nonton di DVD). Ketolong Bradley Coopernya yang cakep aja ehm

nonton Chef berkali2 krn ada mulu di tv hihihihi, julie&julie nonton sekali doang dan beda sih konfilknya sm chef, Dan, karena mereka tuh bukan chef beneran, ibu rumah tangga biasa yg suka masak gitu kan. Burnt-nya gw tungguin di Fox Premium aja keknya bhuahahahaha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version