Kategori
Office Life Rants

Maintain Expectation

Lunch
Kemis gini, mendekati weekend enaknya ngomongin kantor apa ya. Hal-hal yang berkaitan ama kerjaan gitu lah ya deh. Dibikin konsisten gitu maksudnya setiap Kemis nulis hal-hal yang berhubungan sama kantor. Eits bukan ngegosip-gosip atau merepet-repet lah ya.
Ini nih yang gw inget hasil dari trainingnya waktu jadi MT di tempat kerja pertama dulu. Gimana nanti kalo udah kerja kudu bisa ngejaga ekspektasi pihak-pihak yang berhubungan ama kita. Well I should translate expectation to “harapan” in Bahasa but “ekspektasi” is already commonly used lah ya?
Maintain ekespektasi gimana nih maksudnya?
Kalo kata trainernya dulu kesukses karir itu gak melulu ditunjang oleh kemampuan yang yahud di bidang teknis pekerjaan, tapi justru ke kemampuan untuk bisa menjaga harapan dari orang di atas kita. Ya karir maju kan faktor paling utamanya pasti adalah dikarenakan penilaian bagus dari atasan. Bener gak – bener gak?
Buat yang udah kerja dan nemu beraneka ragam orang, sering kan ya nemu orang yang ajaib banget tapi karirnya lancar ato malah orang yang kita sebagai sesama peers melihat gak ada masalah dan cenderung kerjanya bagus tapi karirnya mandek di situ-situ aja? Ini bukan mau ngomongin atasan yang subjektif ato apa gitu ya. Yah meskipun sebenernya kompleks banget sih ya kalo mau ngomongin karir itu. Banyak juga faktornya.
Tapi satu yang gw paling inget dari omongan si trainer itu, gimana atasan melihat kamu akan menentukan bagaimana karir kamu ke depan. Si bos belom tentu orang yang jahat kan ya. Contohnya gini deh, gw pernah ada di suatu kondisi di mana anggota timnya itu ada sebagian yang yah gitudeh ya tapi nurut banget diatur-atur sampe pada tahap dia butuh dikasih tahu untuk ngapain aja biar kerjaannya bisa jalan. Not necessarily dumb to the core sih, tapi beneran kudu dituntun banget. Di sisi lain ada beberapa anggota tim yang dinamis banget, luar biasa pinter-pinter dengan inisiatif cemerlang yang kayaknya apa juga diterabas untuk bisa ngegolin proyek *not necessarily in a bad way in which all rules are bent and broken.
Di tangan bos yang visioner, agresif dan membutuhkan terobosan-terobosan baru group yang dinamis bisa berkembang dengan subur. Banyak bisnis baru diakuisisi dan deal berjalan dalam hitungan minggu, bahkan hari. Bisa diduga, karir orang-orang yang cerdas menanjak cepat. Sampai kemudian terjadi pergantian pemimpin yang bertipe lebih konservatif dan membutuhkan banyak pengaturan ke dalam. Tim yang dinamis kurang bisa menyalurkan inisiatif-inisiatifnya kerena dia butuh orang yang lebih banyak menerima petunjuk dan pengarahan. Tim dengan tipikal yang jalan dengan arahan ketat memegang momennya. Sementara sisi yang satu lagi dianggap lebih rebellious.
Jadi bagaimana bisa mempertahankan harapan bos sesuai dengan tipenya penting banget kan?
Oh, jangan salah. Maintain ekspektasi bos itu gak cuman dari sisi bosnya loh. Kudu bisa baik-baik jaga hubungan sama peers. Rekan sejawat. Beberapa kali nemu baik dari bos sendiri maupun dari bos temen kalo ternyata mereka (para bos-bos) itu menilai perilaku anak buahnya juga dengan nanya ke temen-temen kantor kita. Tidak dengan interview manggilin ke ruangannya sih, tapi dengan ngelihat cara kita berinteraksi sama orang kantor yang lain.
Pernah merhatiin gak kalo bos manteman melakukan penilaian dari peers?
Jadi banyak kan ya yang perlu dipikirin buat bisa maintain expectation ini. Ada cerita gak soal ini manteman? Bagi dong. Siapa tahu bisa dipake buat dikantor.. 😀

44 tanggapan untuk “Maintain Expectation”

nggak mas bos ku nggak begitu, aku kadang dapat ilmu pekerjaan yg oke aja dari mas Dani…dari postingan2 yg berbau banker begitu seenggaknya tau2 dikitlah…daripada nggak ngerti apa2 atau sama sekali..disini sebenarnya aku mati kutu mas…

dan kadang menurut beliau ekspektasiku kurang mumpuni…ini mah namanya pelecehan hahaha

Seperti yang Mba Mikan bilang. Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung *eh bener gak nih ya*
Soal ekspektasi atasan, memang kembali lagi tergantung juga dari tipe atasan itu sendiri seperti apa. Tp ujung2nya ya balik ke kita sendiri. Bagaimana kita membawa diri kita dalam bekerja dan dalam suasana kerja bersama yang lainnya.
Bos bisa aja bilang, you are not as I expected. Bisa diartikan dia puas ataupun dia gak puas. Jadi harus pintar juga baca suasana hati si bos. Bukan dalam artian menjilat atasan ya.
Kalau gw sih lebih ke: just do your best you can. Never say I can’t when you even try it first. And keep good relationship with all.
Nyambung gak komennya Dan? Hehe

Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Tidak berarti langsung melempem kalo tipe orang yang innovatif ya tapi mungkin cara kerja sedikit dirubah menyesuaikan dengan speed atasan. Ya ga pak boss? wkwkwkwkwkw…..

Setuujuuuuuuu banget Pak Booooosss bahahahaha….kasian sih menurutku tipe orang yang begini karena sebenarnya what makes a good bos bukan how smart he is but how well he can manage and utilize his resources 😛

Saya tumben baca soal maintaining boss’ expectation dari sini. Kalau saya pribadi lebih ke mengalir saja, Mas. Tidak terlalu terpengaruh dengan apa anggapan/harapan atasan ke diri saya. Selama saya tahu saya sudah melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan diri, saya rasa itu cukup. Mungkin karena saya ada di birokrasi yang budaya umumnya beda dengan swasta? Atau sayanya agak naif? :hihi

Huehehehe. Biasanya bacanya apa dari sini? 😀
Wah saya ga tahu sama sekali kalo di birokrasi bagaimana, ini ditulisnya dari pengalaman kerja di BUMN dan swasta. Sebagus apapun kerjanya kalo gak sesuai ekspektasi atasan bisa juga beda hasil dari harapannya. Etapi bukan bermaksud menjilat sih ya. Tipis banget soalnya bedanya..

Maksud saya dari sudut pandang seperti ini, Mas :hehe.
Iya sih, memang tipis banget. Terus kadang suka banyak yang salah paham, dikiranya menjilat lho kok jadi curhat

Dalam penilaian saya terhadap anak-anak adalah mereka yang bisa membuat perbaikan dan mereka yang bisa membuat laporan. Atau dia yang bisa dua-duanya, membuat perbaikan sekaligus membuat laporan.
Semua pemimpin di pabrik melihat ini namun informal, ada di catatan masing-masing. Credit yang dicatat adalah dia sering tampil, yang itu sering membuat perbaikan, yang ini sering membuat laporan namun reject. Laporan reject malah lebih terkenal daripada laporan yang berhasil, karena si “trouble maker” ini sering berhadapan dengan para pemimpin dan bagusnya lagi, dia lebih cepat belajarnya dari kesalahan-kesalahan yang dibuat. Tanpa disadari oleh yang lain.

Hampir 9 tahun kerja di kantor sekarang, siapapun bossnya, gue belajar untuk berani bersuara dan punya pendapat sendiri, akhirnya gue menjadi orang yang dinilai punya sudut pandang lain dan dianggap wajar.
Selain itu, hal lain yang gue pegang teguh adalah “don’t bite the hand that feeds u” wwalau sudah resign, jangan sampai menjelek2an kantor lama. Soalnya bukan ngga mungkin (kalau harganya cocok dan banyak hal lainnya) kita akan kembali ke sana :)))

Setuju banget Mba Memez soal don’t bite the hand that feeds (and or fed) you. Siapa yang tahu kan ya kemana kita akan kembali (dalam pekerjaan maksudnya). Huehehe.
Btw postingan ini gak ada maksud menjelekkan sama sekali loh Mba.

Nice share (suddenly I bookmarked this articel haha), menjaga haapan orang diatas kita atau si bos,noted! lagi penting banget buat saya juga nih ^^ Yang paling saya inget dulu kakak saya pernah bilang, selain ngerjain kerjaan, kerja juga harus inisiatif,, kalo baik kenapa harus nunggu disuruh dan yang paling utama karena saya Accounting gimana kami, para accouting bisa memberi Kredit buat perusahaan gak cuman ngedebet aja dengan mereka ngegaji, semoga laporan yang dibuat juga dapat digunakan dengan baik, lebih maksimal untuk pihak management 😀

Waaaaah, makasih sudah di bookmark. Hihihi.
Iya bener, inisiatif bisa juga memenangkan pengisian harapan bos.
Ohiya saya cek spam dulu ya. Gak masuk moderasi soalnya. 😀

tapi kadang mungkin ada baik.nya kita kerjain apa yg kita bisa, keluarin inovasi2 yg ada, tanpa mikir expektasi apa2 dr boss. somehow, it will leads you higher. haha.. aku lagi mengalami itu mas soalnya.. expektasi boss kadang aneh2.. sampe stress mungkin ya kalo di pikirin terus gimana buat meet his expectation. jd mendingan kerjain yg terbaik terus aja.. eh, pas appraisal katanya dia suka dngn cara kerja aku dsb.. dan hopefully bs dpt bonuss.. *ngareppp.. tapi amin-in aja deh. ahahaha*

Klo soal ekspetasi pelanggan, kata bos saya, iya in aja apa maunya mereka. Walau setelah bilang iya itu, kitanya mesti kelimpungan dan mesti begadang buat ngerjainnya. Yang penting pelanggan yakin dan percaya bahwa kita mampu mengerjakan pesanan mereka.
Kalau soal ekspetasi bos, kayaknya bisa ditarik kesimpulan dari atas deh hehehe. Intinya IYA pak, siap mengerjakan tugas

Jangankan menjaga espektasi orang lain, aku masih sering kewalahan menjaga espektasi terhadap diri sendiri. Hehe. Pinginnya ini itu, begitu gak kesampaian, menyalahkan diri sendiri. Nah gawat juga ya ini >.<

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version