Kategori
Perencanaan Keuangan

Wacana Jalan Berbayar: Bikin Anggaran Transportasi Melonjak?

Rencana jalan berbayar di Jakarta sepertinya tinggal menunggu waktu untuk direalisasikan. Meskipun ya, masih dalam wacana, katanya.

Gimana? Kira-kira apakah berpengaruh terhadap keuangan kamu?

Pasalnya, ini nanti bakalan masuk ke anggaran transportasi kan? Jika misalnya sehari-hari rutemu banyak melintasi jalan berbayar ini, hmmm … kira-kira bakalan seberapa ya, penambahan pengeluarannya?

[toc]

Menilik Sejenak Kebijakan Electronic Road Pricing di Jakarta

Rencana jalan berbayar, atau ERP, ini sebenarnya sudah mulai muncul wacananya sejak Sutiyoso menjabat sebagai Gubernur DKI, tepatnya tahun 2006. Saat itu, yang direncanakan akan berbayar adalah ruas jalan Blok M – Kota.

Saat Ahok menjabat, sisten ini sempat diujikan dan bahkan dipuji. Menurut Ahok, sistem ini bagus lantaran dapat mengenali beberapa kendaraan yang lewat. Sementara di era Anies, teknologi yang terbaru konon dipersiapkan, agar sistemnya menjadi lebih cerdas.

Sementara secara sistem masih digodok, rencana ERP dikatakan juga masih bermasalah pada regulasinya.

Direktur Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan rencana ERP masih terkendala masalah regulasi. Hingga saat artikel ini dibuat, peraturannya masih dibahas di DPRD DKI Jakarta.

Bakalan Ngefek Enggak nih, ke Anggaran Bulanan Kita?

Sepertinya sih akan berpengaruh juga, apalagi kalau kamu sehari-harinya banyak melewati ruas jalan berbayar tersebut. Rencananya, akan ada 25 ruas jalan yang akan diterapkan ERP ini. Menurut berita, tarif untuk sekali lewat akan bervariasi tergantung beberapa faktor, berkisar antara Rp5.000 hingga Rp19.000.

So, gimana nih mengatur anggaran transportasi agar pengeluaran transportasi tidak akan melonjak terlalu signifikan. Apalagi soal BBM kan kita juga harus siap dengan fluktuasi, kan?

Salah satu yang bisa kamu lakukan untuk menghindar dari pembengkakan pengeluaran adalah dengan menghindari rute jalan berbayar sebisa mungkin. Tujuan diterapkannya kebijakan ini adalah—salah satunya—mengurangi kemacetan. So, bisa jadi ini juga langkah yang bagus buatmu untuk ikut andil dalam mencapai tujuan tersebut.

Namun ada konsekuensinya. Bisa jadi, kamu harus mengambil jalan lebih jauh untuk bisa sampai lokasi yang akan kamu tuju. Ini artinya berangkat harus lebih pagi lagi, sekaligus bakalan mengonsumsi BBM lebih banyak.

So, lakukan beberapa hal berikut.

1. Hitung total pengeluaran untuk transportasi

Mungkin kamu malah belum pernah melakukan penghitungan total untuk transporrtasi nih. Pasalnya, kebutuhan untuk transportasi ini relatifnya kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan yang lain setiap harinya. Tapi jangan salah, kalau diakumulasikan ya lumayan juga.

Katakanlah kita lewat jalan berbayar bertarif Rp5.000 sekali sehari. Dalam sebulan bisa jadi Rp150.000. Yah, ini bisa dipakai buat nongkrong minum kopi kan?

Nah, jadi buatlah perhitungan total pengeluaran untuk transportasi dalam sebulan. Contohnya misalnya seperti ini.

ItemsNominal
Beli bensin per mingguRp200.000
Tarif jalan berbayar per mingguRp50.000
Biaya parkir per mingguRp100.000
TotalRp350.000 (per minggu)

Nah, kamu bisa membuatnya dalam harian ataupun mingguan seperti di atas. Items-nya juga bisa disesuaikan dengan kondisimu. Buatlah serealistis mungkin, sehingga nantinya akan mudah dicermati dan dievaluasi.

Jika penghasilanmu—katakanlah—Rp10 juta per bulan, maka pengeluaran transportasi ini mengambil proporsi 14% loh, kalau pakai nominal seperti pada contoh. Wow banget kan?

2. Menghemat komponen yang ada dalam anggaran transportasi

So, dengan melihat perhitungannya, kamu akan bisa membuat perencanaan keuangan yang lebih baik. Kamu bisa mendapatkan gambaran sisi mana yang bisa lebih dihemat. Misalnya, masih dalam komponen anggaran transportasi, kamu bisa menghemat dengan mengubah pilihan transportasi pribadi menjadi umum.

Untuk wilayah Jakarta, fasilitas transportasi umum sekarang sudah sangat berkembang dan maju. Bisa dibilang, sudah mulai mengejar ketertinggalannya dengan beberapa negara maju, seperti Singapura ataupun Jepang. Ya, meskipun masih banyak yang harus dikembangkan lagi.

Jika nantinya transportasi umum menjadi lebih baik, ya kita sudah tak bisa ngeles lagi untuk lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi—apalagi untuk berangkat kerja sehari-hari.

Tapi yah, sekarang masih cukup problematik sih, sehingga masih banyak yang lebih suka pakai mobil sendiri buat ke kantor.

3. Menghemat pos yang lain

Pengeluaran membengkak akibat jalan berbayar bisa jadi hanya akan dialami di awal-awal penerapannya saja nanti. So, kamu bisa memperhitungkannya dengan menghemat pos pengeluaran lain. Misalnya, kurangin dulu deh, nongkrong ganteng dan cantik sambil ngopi di Starbuck. Atau kurangi belanja barang-barang yang tidak kamu butuhkan.

Untuk sementara, dana penghematannya bisa kamu gunakan sebagai tambahan di pos anggaran transportasi.

4. Nebeng

Kalau ada yang berangkat bareng dari arah yang sama, ya kenapa enggak saling nebeng saja? Tentu saja, bensin, tarif masuk jalan berbayar, biaya parkir, dan sebagainya akan ditanggung bersama.

Dulu sih ada Komunitas Nebengers. Sekarang, masih ada enggak ya? Sepertinya sih aplikasinya masih ada, dan ada yang kasih testi di tahun 2022. Silakan dicek sendiri-sendiri ya.

Sementara, kamu juga bisa janjian sama teman-teman sendiri—misalnya tetangga yang berangkat searah, atau teman kantor yang rumahnya searea. Tektokan, dan janjian sendiri.

5. Pindah dekat kantor

Nah, ini opsi terakhir yang sesuatu banget nih, karena, iya, kudu dipertimbangkan dengan saksama lantaran banyak sekali faktor yang akan muncul kemudian.

Misalnya, kamu sudah berkeluarga, kerja di Jakarta, rumah di Bekasi. Untuk menghemat ongkos bolak-balik Jakarta, kamu mempertimbangkan untuk kos saja di sekitaran kantor. Nah, ada pasangan dan anak yang harus juga jadi pertimbangan.

Meski demikian, ini opsi yang menarik juga untuk dicermati lo!

So, itu dia beberapa trik mengatasi melonjaknya pengeluaran transportasi sebagai buntut dari munculnya kebijakan jalan berbayar yang sekarang ini masih wacana. Mungkin terlalu jauh sih, karena banyak pihak juga yang menyarankan agar kebijakan ini direalisasikan paling cepat tahun depan. Untuk sekarang, pemerintah DKI Jakarta diseyogyakan menyiapkan sarana dan prasarana dulu hingga lengkap.

Meski masih jauh, enggak ada salahnya juga untuk mulai dipikirkan. Seenggaknya, kamu ada waktu kan buat utak-atik anggaran.

Jangan lupa untuk follow akun Instagram Dani Rachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang praktis dan bisa dipraktikkan sendiri. Juga berlangganan newsletter dengan melakukan registrasi di sini, yang akan dikirimkan setiap bulan berisi berbagai update dan tren di dunia keuangan. Jangan sampai ketinggalan berita!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version