Kategori
Perencanaan Keuangan

Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi untuk Freelancer

Halo, para #PemburuProyekan! Bagaimana nih, tahun baru kalian? Semoga di tahun ini, proyek moncer yak! Amin! Mari saling mengaminkan. Yang keduanya, semoga perencanaan keuangan pribadi kamu juga lebih baik. Gimana? Butuh contoh perencanaan keuangan pribadi supaya tahun ini keuanganmu lebih baik?

Kasih dah!

So, kalau memang di tahun 2022, keuangan kamu masih acak-acakan, nah, ini saat yang tepat buat mulai mengaturnya dengan lebih baik. Sekalian jadikan saja sebagai resolusi tahun baru kan? Enggak pernah ada jeleknya kok untuk belajar keuangan—pun enggak ada kata terlambat. Kamu bisa memulai kapan saja, di usia berapa pun.

Jangan salah, freelancer itu justru kudu wajib harus punya keterampilan mengelola keuangan lo! Kenapa? Ini beberapa alasannya:

  • Penghasilanmu itu enggak tetap. Kadang satu bulan banyak, bulan berikutnya paceklik. Satu bulan bisa saja tidak ada pemasukan sama sekali. Memang sih, maunya ya enggak gitu. Tapi kan ya, memang itu risikonya menjadi pekerja lepas.
  • Kamu kudu punya proteksi secara mandiri. Kalau kerja di kantor, umumnya sih pada langsung otomatis disertakan di BPJS Kesehatan. Kamu enggak lo! Makanya, kamu kudu punya asuransi sendiri, yang juga merupakan salah satu elemen penting dalam perencanaan keuangan.
  • Kamu harus bangun pensiun secara mandiri juga. Alasannya ya sama kayak BPJS Kesehatan.

So, masa sudah 2023, keuangan kamu masih belum tertata? Masa nunggu ketika kreativitas sudah mengering karena usia?

Jangan!

Yuk, dimulai atur keuanganmu sebagai freelancer, mumpung masih awal tahun. Jadi, enak nanti di akhir tahun kamu bisa evaluasi, terus bikin resolusi buat memperbaiki di tahun depan lagi. Mulai dari sini yuk!

[toc]

Perencanaan Keuangan Pribadi untuk Freelancer

1. Buat yang pasti

Pemasukanmu boleh saja enggak pasti, tapi kamu bisa bikin yang pasti-pasti. Apanya tuh? Yes, pengeluaran! Terutama pengeluaran yang sifatnya kewajiban. Apa saja?

  • Cicilan utang
  • Utilitas: listrik, air, pulsa
  • SPP anak
  • Uang makan
  • Proteksi: asuransi kesehatan, asuransi jiwa jika ada, dan asuransi lain yang sesuai dengan kebutuhan
  • Dan jenis-jenis pengeluaran lain yang sifatnya tetap dari bulan ke bulan

Nah, hitung deh semua kebutuhanmu yang bersifat wajib ini. Maka, itulah yang kamu jadikan sebagai standar pengeluaran tetap dan pasti setiap bulan.

Dari pengeluaran ini, kemudian kamu pun bisa menentukan “gaji” yang bisa kamu ambil dari penghasilanmu. Pastikan, pengeluaran tersebut TIDAK melebihi penghasilan ya!

Kembali ke atas

2. Pisahkan rekening

Kamu punya rekening untuk menerima fee, honor, allowance, atau apa pun istilahnya, yang kamu dapatkan dari klien. So, untuk operasional uang belanja sehari-hari—pengeluaran yang bersifat wajib itu—kamu sebaiknya punya rekening terpisah.

Dengan demikian, setiap bulan kamu bisa topup atau mentransfer sejumlah pengeluaran pasti yang sudah kamu hitung tersebut ke rekening belanja. Nah, kalau begini, sama saja dengan kamu menggaji dirimu sendiri kan?

Memang enggak harus terpisah sih. Tapi, ya namanya manusia, peluang tergodanya besar. Kalau rekeningnya jadi satu, takutnya kesabotase sendiri. Namun, kalau memang kamu orangnya punya disiplin yang tinggi, ya enggak apa-apa juga kalau mau cuma pakai rekening yang sama juga. Takut ribet kan? Nggak apa, tapi pastikan kamu bisa disiplin ya.

Kembali ke atas

3. Investasi 10 – 20% penghasilan

Dari penghasilanmu yang tidak tetap, kamu juga bisa berinvestasi secara tetap kok. Yang ditetapkan bukan angka atau nominalnya, tetapi persentasenya. So, mau banyak, mau sedikit pemasukanmu dalam sebulan, kamu tetap bisa berinvestasi. Nominalnya sedikit? Pasti juga karena pemasukanmu sedikit. Ya enggak apa-apa. Nanti kalau pas lagi rame, ya berinvestasilah juga sesuai persentase sehingga nominalnya jadi besar.

Paling tidak, kamu sebaiknya berinvestasi antara 10% hingga 20% dari penghasilanmu setiap bulannya. Nah, jangan lupa untuk menentukan tujuan investasimu ya, dan sesuaikan dengan berbagai karakter instrumen yang ada.

Ingat, kesesuaian antara karakter instrumen, tujuan keuangan, dan juga profil risiko akan menentukan keberhasilan perkembangan portofoliomu.

Kembali ke atas

4. Jangan malas bikin anggaran setiap bulan

Dalam perjalananmu, bisa jadi kamu akan harus mengubah strategi keuanganmu beberapa kali. Hal ini normal, seiring perkembangan dan perubahan kondisi hidup yang kamu jalani.

So, jangan malas untuk secara berkala duduk dan memeriksa keuangan. Lakukan review dan financial check up secara berkala. Rutin akan lebih baik. Jangan lupa juga untuk mengajak pasanganmu untuk ngobrol soal keuangan, jika kamu sudah berkeluarga.

Kembali ke atas

5. Dana darurat is a must—dan lebih besar

Untuk para pekerja kantoran dengan gaji yang tetap, dana darurat wajib dimiliki dan nominalnya minimal banget 3 kali pengeluaran rutin bulanan. Sementara, kalau kamu adalah pekerja lepas dengan penghasilan yang tidak tetap, kamu sebaiknya punya lebih banyak dana darurat.

Mengapa? Karena ketidaktetapan penghasilanmu memunculkan risiko yang cukup tinggi. Pekerja kantoran—untuk kondisi normal—gajinya akan tetap. Bulan ini boncos, bulan depan pasti akan ada gaji lagi dan diterima di waktu yang sama. Sementara, kamu? Bulan ini boncos, bulan depan bisa saja masih boncos dan nombok. So, dana darurat is a must, dengan nominal yang sebaiknya  lebih besar. Berapa idealnya? 4 hingga 6 bulan pengeluaran rutin sekiranya sudah memadai.

Jika kamu punya tanggungan lebih banyak, ya … mau enggak mau harus menambah dana darurat lagi.

Kembali ke atas

Nah, itu dia beberapa basic yang harus kamu ketahui mengenai perencanaan keuangan pribadi untuk freelancer. Untuk lebih jelasnya, berikut ada contoh perencanaan keuangan pribadi yang bisa kamu sontek.

Simulasi Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi Freelancer

Mawar adalah seorang freelancer dengan penghasilan yang tidak tetap setiap bulannya. Mawar adalah seorang lajang, dan bekerja secara online dari rumah, sehingga pengeluarannya cukup besar pada paket data, sementara transportasi hanya beberapa kali saja harus keluar jika ada keperluan. Masih tinggal bersama orang tua, tetapi Mawar membantu dengan membeli token listrik dan PDAM, serta juga memberi sedikit uang untuk pensiun kedua orang tuanya. Ia membayarkan BPJS Kesehatan kedua orang tuanya, selain dirinya sendiri.

Tahun lalu menurut catatan keuangannya, ia ternyata menghasilkan Rp96 juta per tahun. Ini artinya setiap bulan, Mawar rata-rata bisa mendapatkan Rp8 juta.

Untuk pengeluaran tetapnya setiap bulan, Mawar membuat anggaran sebagai berikut.

PengeluaranNominal
Biaya makan 30 @ 70.000 (diserahkan ke ibu untuk dibelanjakan bahan makanan dan dimasak sendiri)2.100.000
Token listrik100.000
PDAM200.000
Paket data300.000
Orang tua1.000.000
Transportasi120.000
Iuran BPJS Kesehatan300.000
Dana darurat800.000
Investasi1.600.000
Kebutuhan rutin lainnya (skincare, jajan, dll)800.000
Total7.320.000

Nah, dari anggaran, Mawar masih ada sisa Rp680.000, yang bisa ia tambahkan ke dana darurat agar lebih cepat mencapai nominal ideal.

Kembali ke atas

Bagaimana? Cukup jelas kan? Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisimu sendiri, karena angka-angka di atas sekadar contoh perencanaan keuangan pribadi yang bisa dilakukan oleh freelancer.

Jangan lupa untuk follow akun Instagram Dani Rachmat ya, untuk berbagai tip keuangan dan investasi yang praktis dan bisa dipraktikkan sendiri. Juga berlangganan newsletter dengan melakukan registrasi di sini, yang akan dikirimkan setiap bulan berisi berbagai update dan tren di dunia keuangan. Jangan sampai ketinggalan berita!

2 tanggapan untuk “Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi untuk Freelancer”

Saya freelance sejak 2008, alhamdulillah udah tahunan biasa bikin catatan keuangan, dengan segala alokasi dana darurat, dana pendidikan anak, dana pensiun (yang masih berjuang mencapai 300x income rata2 bulanan spt saran Mamat). Doakan segera terwujud ya Kak!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version