Kategori
Dana Pensiun Inspirasi Perencanaan Keuangan Saham

{Manajemen Keuangan} Gaji Kecil Gak Bisa Investasi? Alesan!

Mitos apa fakta pernyataan ini: GAJI KECIL GAK BISA INVESTASI? Menurut gue lebih banyak mitosnya.

Gue pernha ngoceh di twitter soal gaji kecil gak bisa investasi. Pertanyaan gue ke temen-temen (tentu saja dalam hati) waktu mereka bilang gak bisa investasi karena gaji kecil adalah:

“Seberapa kecil sih gaji lu?”

Tentu aja kan besar dan kecilnya gaji ini tergantung dari masing-masing orang. Kalo menurut gue mereka bilang kecil pastinya ada pembandingnya dan most likely pembandingnya adalah ukuran pengeluaran mereka.

Kalo dilihat dari masing-masing provinsi, umah minimum yang berlaku ya gak kecil-kecil banget loh. Coba cek daftar kenaikan Upah Minimum Provinsi tahun 2020 yang dipublish sama Bisnis dot com. Nilai upah minimum itu tentu saja sudah berdasarkan perhitungan hidup layak di setiap daerah.

Yuk lanjut pembahasannya! Apalagi kalo dilihat dari daftar upah minimum, gaji kecil itu ternyata gak kecil-kecil amat.

Gaji Kecil Pasti Gak Bisa Investasi!

  1. Seberapa Sih Gaji Kecil?
  2. Siapa yang Gajinya Kecil?
  3. Ketika Penghasilan Tak Mencukupi
  4. Ekonomi Di Jaman Serba Online
  5. Tapi, Duit Gue Tetap Gak Cukup!
  6. Investasinya Pilih Instrumen Apa?
    1. Emas dan Deposito
    2. ORI dan Sukuk Pemerintah
    3. Reksa Dana

Kesimpulan: Gaji Kecil Tak Bisa Investasi? Pikir Dulu! 😀

Gaji Kecil Gak Bisa Investasi? Mitos ato Fakta?

Gaji Kecil Gak Bisa Investasi Deh!

1. Seberapa sih Gaji Kecil yang Kecil itu? Sampe Bilag Gaji Kecil Gak Bisa Investasi

Gue terinspirasi buat ngebikin postingan ini karena suatu ketika di chat sebuah WhatsApp group, ada temen yang bilang:

“Manalah sanggup gue menyisihkan zakat 2,5%, boro-boro buat investasi. Gaji gue kecil masbrow, udah habis buat bayar kebutuhan tiap bulan.”

Dan pertanyaan berapa sih gaji lu itu langsung terlintas di pikiran gue.

Mau gak mau pikiran gue pun flash back ke kehidupan kami di tahun 1996-1997. Waktu itu gue masih SMP di Surabaya sana.

Ada suatu ketika temen-temen ribut ngomongin gaji orang tua mereka. Satu orang temen gue nyeletuk:

“Papaku gajinya sebulan Rp. 5 juta loh!” 

Sementara gue di pojokan gak berani gabung ke percakapan beberapa anak ini karena slip gaji dari Bapak yang gue pegang “cuma” menunjukkan angka Rp. 150 ribu.

Kalau dihitung dengan nilai rata-rata inflasi dari 2002 sampai 2017 waktu postingan ini ditulis pertama kali, sebesar 6,77% (data BPS gw cuma dapet sampe 2005). Perbandingannya adalah gaji papanya temen gue Rp. 19,8 juta sementara gaji bapak “cuma” Rp. 594 ribu rupiah dengan standar gaji sekarang. Semoga saja beberapa tahun dari sekarang sejak inflasi tetap terkontrol seperti sejak 2017 ya.

Bisa bayangin gak sih dengan gaji Bapak waktu jaman gue SMP itu, gimana Bapak dan Ibuk bisa menghidupi kami dan tetep bayar sekolah? Dalam ingatan gue, tiap tahun ajaran baru Bapak rutin ngadep ke kepala sekolah buat minta keringanan.

Baca juga tulisan-tulisan tentang Bapak: Bapak; Satu Lagi Cerita tentang Bapak dan Cerita Manis dari Bapak.

Kalo inget cerita Bapak dan Ibuk dulu, trus membandingkan sama temen-temen yang bilang karena gajinya kecil trus bikin mereka gak bisa investasi, bikin gue sedih. Kenapa kok sedih?

Yakarena dengan kondisi yang begitu terus, kok ya banyak orang yang akhirnya kek nyerah sama kondisi. Mereka gak mau investasi bukan karena mereka beneran gak mampu, tapi (cuma) karena mereka pikir mereka gak mampu.

2. Jadi, Siapa yang “Gajinya Kecil”?

Dengan upah minimum provinsi yang linknya gue share di atas, gak ada yang gajinya di bawah Bapak (setelah menghitung nilai saat ini disesuaikan dengan nilai inflasi) kan? Gue sebut lagi ya, gajinya bapak jaman dulu setara dengan Rp. 594 ribu per bulan.

Bulik (adeknya Ibuk)  di Surabaya kerja jadi buruh pabrik. Gajinya Rp. 1,3 jutaan. Apakah gaji itu kecil? Kalo gue ngitung biaya hidup di Surabaya sana dengan standar hidup Bulik, mestinya gaji itu cukup. Bahkan untuk disisihkan untuk sebagian investasi.

Tapi memang gue gak menutup mata juga masih banyak yang harus bisa bertahan hidup dengan gaji di bawah Rp. 500 ribu sebulan. Bahkan jauh lebih kecil dari gajinya bapak di jaman dulu.

Contohnya aja guru-guru honorer yang kalo baca beritanya sedih, bertahun-tahun harus bertahan dengan upah Rp. 250 ribuan sebulan. Tapi apa lantas beliau-beliau ini gak bisa ngapa-ngapain lagi? Masih ada kok yang bisa dilakukan.

3. Ketika Penghasilan Tidak Memungkinkan Memenuhi Kebutuhan Hidup

Sebelum lanjut lebih jauh, gue ulangi ya kalo rule of thumb manajemen keuangan ini:

1. Pastikan income lebih besar daripada pengeluaran.
2. Bayar utang dan pengeluaran pokok dulu setelah zakat.
3. Langsung sisihkan 10% dari income buat investasi.
4. Habiskan sisa uang yang kita punya.

Baca juga: Dasar Manajemen Keuangan Pribadi

Manajemen Keuangan Pribadi Harus Ada Target; Siapa Bilang Gaji Kecil Gak Bisa Investasi?

Nah kalo ternyata income masih lebih kecil daripada pengeluaran, apa yang perlu dilakukan? Potong pengeluaran yang gak perlu semaksimal mungkin. Atau kalo gak mungkin diturunin lagi pengeluarannya, cari tambahan pekerjaan.

Dengan gaji Rp. 150 ribu sekitar 20 tahun yang lalu, tentu saja Bapak sama Ibuk kudu cari tambahan pemasukan. Pengeluaran biaya sekolah gue sama adek gak mungkin ditekan sementara uang kontrakan, listrik dan keluarga masih harus dikasih makan.

Bapak gak menyerah, beliau kemudian mulai nyetir angkot sepulang kerja jadi pegawai honorer di satu instansi pemerintah. Gak berhenti di situ, Bapak juga makelarin orang jual beli mobil dan tanah dan juga ternak ayam.

Ibuk pun kemudian buka toko kecil-kecilan buat ngebantu Bapak, bahkan beliau juga terima order jahit baju dari sodara dan tetangga. Hampir apapun pekerjaan halal yang bisa dilakukan, dikerjakan sama Bapak dan Ibuk.

Jadi menyerah sama keadaan bukanlah pilihan. Satu-satunya jalan kalo memang gak bisa menekan pengeluaran lagi, ya cari tambahan penghasilan.

4. Era Informasi, (Hampir) Semuanya Serba Mungkin Dilakukan

Jaman Bapak sama Ibuk dulu, beda sama jaman sekarang. Dulu gak ada yang namanya internet. Bahkan punya rekening di bank aja jadi sebuah privilege yang gak kepikiran buat kami di jaman itu.

Akibatnya, pilihan investasi Bapak dan Ibuk juga terbatas. Beli saham dan reksadana di jaman itu sama sekali gak ada di pikiran Bapak dan Ibuk yang cuma lulusan SMP dan SD. Beli emas, paling banter cuma perhiasan yang dipake Ibuk dan dijual kalo pas waktu bayar sekolah.

Duit diputer di toko dan sedikit-demi sedikit disimpen di bawah kasur.

Nah kalo jaman sekarang, gampang banget buat bisa dapet informasi-informasi terkini untuk investasi. Bahkan untuk investasi di saham pun semakin terjangkau.

Baca juga: Pilihan Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap Dikala Situasi Tak Menentu

Bursa Efek Indonesia pun sudah mengubah ketentuan pembelian saham dari sebelumnya 1 lot terdiri dari 500 lembar saham jadi 1 lot terdiri dari 100 lembar saham saja. Reksadana? Bahkan sekarang gak perlu datang ke bank atau sekuritas buat belinya.

Temen gue si Jr. Planner pernah nulis ini di blognya tentang 3 Pilihan Tempat Pembelian Reksadana. Gue sendiri sudah buka account di Bareksa tapi memang belom bikin postingannya 😀 Jadi, siapapun yang punya koneksi internet mestinya bisa buka rekening reksadana dan mulai investasi.

5. Tapi Duit Gue Tetep Gak Cukup! Pokoknya Gaji Kecil Gak Bisa Investasi!

Oh, oke, sudah cari kerja tambahan tapi ternyata total penghasilan masih kurang gede buat ngebiayain semua pengeluarannya ya?

Kalo memang sudah berusaha nambah income sampai maksimal, berarti kita harus mulai menekan pengeluaran. Potong biaya-biaya yang gak perlu biar bisa menyisihkan barang seribu-dua ribu rupiah.

Kayak dulu, yang dilakukan Ibuk membuat gue bisa menghargai enaknya makanan sederhana warteg. Menu sayur pasti ada di meja, tapi lauk jangan harap ganti-ganti. Paling tempe, atau tahu. Telur pun selalu didadar untuk dibagi berempat. Kalo pengen variasi, Indomie/Sarimi dijadikan lauk dengan nasi segunung. Sebungkus kami bagi berempat.

Anak lain baca komik? jangan harap Bapak dan Ibuk beliin. Gue kudu kasih les ke adiknya temen/kenalan buat bisa ngumpulin duit beli komik. Jaman ada mulai orang pegang telepon genggam, gue pun ngumpulin duit dari les buat beli telepon genggam pertama gue dan juga pulsanya.

Live within your means lah paling gak.

Nah kayak bulik yang gue sebut tadi, dia gaji dah UMR di Surabaya sana, tapi selalu merasa kekurangan. Kenapa pasal? Karena di rumahnya ada TV kabel, home theatre, kulkas 4 pintu yang gedenya gak ketulungan dan seperangkat meja kursi makan yang rasanya terlalu mewah untuk di rumahnya. Dan yes, semua dibeli dengan kredit.

Baca juga: Harga Diskon Malah Bikin Boros!

Bukannya gue ngelarang orang buat seneng-seneng, tapi yamasa gaji habis buat hal-hal yang bahkan kalo gak ada pun gak ngaruh buat hidup.

Rokok terutama untuk temen-temen yang selalu ngaku gajinya kecil dan gak bisa investasi. Kalo pengeluaran rokok dipotong, bisa hemat berapa banyak? Paket internet yang kadang gak masuk akal dan kudu selalu dibeli demi menjaga eksistensi di grup-grup whatsapp.

those kind of things lah.

6. Okedeh Gue Simpen Duitnya, Trus Investasinya Gimana?

Beruntung gue bisa kerja di bank, jadi sedikit tahu tentang dunia investasi. Mata dan wawasan gue pun terbuka lebih luas tentang manajemen keuangan pribadi ini.

Baca juga: Kerja di Bank dan Tes Masuk Officer Developmen Program Bank Mandiri

Memang, kayaknya investasi itu sulit banget dilakukan, terutama kalo buat mencukupi kebutuhan sehari-hari aja udah kerasa berat. Tapi bukan satu hal yang gak mungkin dilakukan. Mungkin kebayangnya investasi itu erat kaitannya sama biaya administrasi bank.

Duit yang sudah sedikit, kalo disimpen di bank bisa-bisa habis gak bersisa kepotong biaya bulananan rekening bank. Itu yang sering banget gue denger dari nasabah gue dulu pas jadi Customer Service.

Baca juga: Jangan Sampai Tergoda Hadiah Tabungan Bank

Padahal, investasi kayak di reksadana dan atau beli saham, duit gak kepotong biaya-biaya administrasi kek di rekening bank.

Nah terus investasinya disimpen di mana aja?

6.1 Deposito dan Emas

Deposito dan Emas Sebagai Pilihan

Gue sendiri sih gak pernah menyarankan investasi di deposito, karena bunganya kecil dan setelah pajak gak akan bisa melawan inflasi. Jadi kalo ditaroh deposito duit gak akan berkembang dan malah habis kena inflasi. Yah, meskipun kita bakalan dapat jaminan 100% dari pemerintah.

Ohiya, jangan sampai lupa kalo depositonya pilih yang bunganya masuk ke depositonya ya! 😀

Sementara kalo di emas, selama ini perkembangan harga nilai emas masih bisa ngelawan inflasi.

Baca juga: Apa Saja yang Gue Pelajari dari Investasi Emas

Kedua instrumen ini butuh dana lumayan gede buat mulai investasinya. Deposito kalo dari e-banking kudu mulai dari Rp. 1 juta, sementara kalo emas beli 1 gram sekitar Rp. 581ribuan. Jadi kalo asumsinya bisa nyisihin Rp. 100 ribu sebulan, berarti butuh sekitar 6 – 10 bulan untuk buka deposito atau beli 1 gram emas pertama.

6.2 ORI dan/atau Sukuk Ritel

Gue tahu untuk masuk ke obligasi ritel negara dan sukuk ritel bakalan butuh modal yang cukup gede. Minimal belinya Rp. 5 juta, tapi tetep gue sarankan karena kasih imbal hasil yang lebih tinggi dari inflasi. Ditambah pajak yang lebih kecil dibanding deposito.

Obligasi dan Sukuk Pemerintah

Soal keamanan? Justru jauh lebih aman dibanding deposito karena yang keluarin pemerintah. Pemerintah pasti bakalan bayar hutangnya.

Tapi dengan asumsi menyisihkan Rp. 100 ribu sebulan dan ditempatkan di deposito atau emas, berarti Rp. 50 juta bisa dicapai dalam 50 bulan ato kurang (dengan harapan deposito bunganya masuk ke pokok, ato kalo emas harganya emang naik).

Lama?

Well, bisa dipertimbangkan buat nambah porsi investasinya. Jangan pernah menunda-nunda juga untuk mulai investasi. Karena waktu adalah sahabat terbaik kita sebagai investor.

6.3 Reksadana dan Saham

Nah ini, sampai dengan beberapa minggu yang lalu, gue masih mikir investasi di saham butuh dana relatif gede. Kalo reksadana mah, tinggal beli di bank tempat buka rekening, bisa dari Rp. 500 ribuan.

Tapi ternyata gue salah, ternyata selain di bank, kita bisa loh beli reksadana di sekuritas dengan nilai pembelian awal dari Rp. 100.000. Bahkan untuk transaksi saham pakai akun transaksi online, kita cukup setor dana senilai saham yang mau kita beli.

Salah satunya di IndoPremier (iPot) dan BNI Securities. Well, ini BUKAN IKLAN dan gue GAK DAPET BAYARAN apapun menyebut nama mereka. Tapi purely dari hasil riset waktu bikin artikel ini.

Baca juga: Pertimbangan Buka Rekening Sekuritas

Hahaha, nah kan?! Jadi buka rekening securities itu gak harus dengan duit jutaan rupiah.

Selain dua sekuritas di atas, gue sempet tanya ke Mandiri Sekuritas. Di sana minimum depositnya Rp. 3 juta, sedangkan di beberapa sekuritas lain minimum depositnya Rp. 5 juta.

Demi kalian para pembaca blog ini, gue bahkan ngelist daftar reksadana yang bisa dibeli dengan pembelian awal Rp. 100.000.  Dan untuk cara nabung saham, silahkan baca postingan temen gue di Catatan Keluarga Muda ini.

Jadi, menurut gue sih ya, gak ada alasan lagi buat yang (ngerasa) punya gaji kecil. Lagian ini kan demi masa depan kita sendiri Masbroh, Mbaksis! DEMI.MASA.DEPAN!

Kesimpulan: Apakah Memang Gaji Kecil Tidak Bisa Investasi?

Kenapa gue ngomongin soal gaji kecil harus tetap bisa investasi ini? Karena gue sih denger kalo orang-orang kayak Bapak dan Ibuk dan temen-temen gue yang bilang gaji kecil ini selalu bilang kalo mereka cukup investasi di Anak. Dan ini pola pikir yang gue harap bisa diubah.

Membesarkan anak dan memberikan mereka pendidikan adalah kewajiban kita sebagai orang tua. Perkara nanti anak jadi apa, kita gak bisa ngatur. Mereka manusia dengan pemikiran dan kehidupannya sendiri. Begitu mereka dewasa, mereka berhak mengatur hidupnya bahkan tanpa ada kita di dalamnya.

Jadi, daripada nanti kecewa pas anak kita gak bisa (atau bahkan gak mau) bantuin kita pas tua, kita ada pegangan sendiri. Dari mana? ya dari hasil investasi kita yang syukur-syukur bisa cukup buat masa pensiun kita.

Monggo disimak video dari MetroManulifeTv ini. Yuk, mulai investasi. Sekarang!

29 tanggapan untuk “{Manajemen Keuangan} Gaji Kecil Gak Bisa Investasi? Alesan!”

Jadi lebih OK SukRi atau Reksadana ya Mas? aku punya Reksadana udah jalan 3 tahunan, kayanya kok ga sesuai harapan. pertumbuhannya sampe hari ini masih di angka kisaran 10%an dari sejak awal deposit. apa salah pilih produk ya? Hahaha…

pertama, yups uda lama bener ga nulis cak..aku tunggu terus padahal..

kedua, menurutku gaji kecil itu seperti ini

Gaji Kecil = Kebutuhan Primer (sandang, pangan, papan)

Jadi ketika gaji sudah habis untuk variabel tadi, bisa dikategorikan sebagai gaji kecil. Padahal pengembangan diri dan internet belum kecover

Kalau masih ada sisanya, berapapun itu, berarti seyogianya bisa untuk zakat dan investasi.

Sementara jika kurang, nampaknya dibawah UMR.

Semoga mendatang semua orang punya gaji yang bisa menutupi kebutuhan mereka.

Nah itu poinku Om. Kalo sudah tahu gajinya kecil, ya memang tanggung jawabnya ybs untuk cari kerjaan kedua, ketiga dan seterusnya. Dan juga mengembangkan keahlian yang bisa mendatangkan uang.

Nah dari situ mestinya masih bisa investasi toh? 😀

Balas

Memang dibutuhkan tekad baja untuk menyisihkan penghasilan untuk investasi. Dimulai dengan menyisihkan 10% adalah hal yang wajar sebagai awal. Lama-lama ditingkatkan sedikit demi sedikit, -bisa peningkatan 1% dalam jangka waktu tertentu- nanti gak akan terasa kalo kita bisa menyisihkan 20% gaji untuk investasi.

Bagi saya yang penting itu mana itu kebutuhan dan mana itu keinginan. Kalo mau mengikuti keinginan gak akan ada habisnya, gak bakalan bisa investasi dengan alasan gaji gak mencukupi.

Tulisan keren, Dan.

Makasih Mas Alris! Mohon maaf komennya masup ke spam. Untung lagi online ini.

Iya Mas, yang penting adalah tekad untuk memisahkan mana yang keinginan dan mana yang kebutuhan. Semakin bisa mengendalikan diri, kita bakalan heran akan duit yang bisa kit simpan.

Balas

Kalau menilik dari kondisi gw ya Dan… pernah dpt gaji hanya 500rb sebulan hingga puluhan juta hingga akhirnya ke 0. Masalah besar kecilnya gaji ini gak efek ke masalah investasi.
Jujur… pas gaji 500rb malah gw bisa paksa nabung 100rb per bulan. Tapi pas gede… karena gw setnya: gajian – byr hutang, buat makan dll, ongkos, kl ada sisa baru nabung, ya hasilnya gak nabung. boro2 investasi.

Menurut gw sih balik ke mindset sejak awal sih mnrt gw. Kalau memang mau, dari awal sudah set, target berapa diinvestasikan. Dan juga menyesuaikan gaya hidup…. gak usahlah sok sosialita tp kenyataan dompet gak sosialita banget. Peace…

Ahahahaha. Makasih Om insightnya! Share pengalamannya keren banget dah. Bener ya masalah investasi or menyisihkan sebagian uang buat ditabung itu memang balik lagi ke mindset kita.

Mau disisihin dulu ato mau dihabisin dulu baru kalo sisa disisihin. Thanks a lot Yan!

Balas

Nah kalau begitu mungkin perlu dipertimbangkan mencari pekerjaan kedua atau ketiga. Selain itu juga perlu ditinjau ulang prioritasnya 😀

Salam Kenal Bang! 😀

Balas

akhirnyaaaa ada juga postingan soal iniii!!!
Jadi mending reksadana atau saham mas Dani? lumayan nih kalau bisa beli 100k/bulan gt kan ya 😕

Dan aku baru inget dong kalau kepingin buka rekening di Bareksa tapi belum kesampean. Setuju banget Mas Dan! pay yourself first. Seketat-ketatnya anggaran, sebisa mungkin pisahkan 100 ribu di awal buat reksadana. Harus. Ga pake alesan. hehehe 😀

Halo kang Dani!
Salam kenal hehehe…

Instrumen investasi yang dibahas serem-serem bener kyknya kang..

kalo investasi di peer to peer lending tapi beragunan udah pernah review blom kang?

katanya lebih better dari deposito dan ada jaminannya?

kaya ini nih kang, mungkin temen-temenada yang mau cek juga..

(link dihapus oleh saya – dani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Konten dalam blog ini dilindungi oleh hak cipta
Exit mobile version